Kabupaten Bantul
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Kabupaten Bantul
Hanacaraka: ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀ Kota Geplak, Kota Gerabah | |
---|---|
Daerah tingkat II | |
Julukan: Kota Geplak, Kota Gerabah, Sahara van Java | |
Motto: Bantul Projotamansari (Produktif-Professional, Ijo Royo-royo, Tertib, Aman, Sehat, Asri) | |
Koordinat: 7°53′05″S 110°20′03″E / 7.88461°S 110.33411°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Daerah Istimewa Yogyakarta |
Tanggal berdiri | 8 Agustus 1950 |
Dasar hukum | UU No.15 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. |
Hari jadi | 20 Juli |
Ibu kota | Bantul |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Abdul Halim Muslih |
• Wakil Bupati | Joko B Purnomo |
Luas | |
• Total | 506,85 km2 (195,70 sq mi) |
Populasi (2018)[1] | |
• Total | 1.006.692 |
• Kepadatan | 1.986,17/km2 (5,144,2/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 95,77% Kristen 4,13% - Katolik 2,82% - Protestan 1,31% Hindu 0,08% Buddha 0,02%[2] |
• IPM | 80,01 (2020) ( Tinggi )[3] |
Zona waktu | UTC+07:00 (WIB) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | 0274 |
Kode Kemendagri | 34.02 |
DAU | Rp 1.009.528.274.000,00- (2019) |
Flora resmi | Sawo Kecik |
Fauna resmi | Burung Puter |
Situs web | www |
Bantul (bahasa Jawa: ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ꧀, translit. Bantul) merupakan salah satu kabupaten yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Tahun 2018 merupakan tahun pertama bagi Kabupaten Bantul memiliki jumlah penduduk mencapai 1 juta jiwa.[1] Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bantul tahun 2019 mencatat, jumlah penduduk kabupaten Bantul berjumlah 1.006.692 jiwa, dengan wilayah terbanyak ada di Kapanewon Banguntapan berjumlah 145.956 jiwa, dan paling sedikit berada di Kapanewon Srandakan berjumlah 29.414 jiwa.[1]
Moto kabupaten ini adalah Projotamansari, yang merupakan singkatan dari Produktif-Profesional, Ijo royo royo, Tertib, Aman, Sehat, dan Asri. Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di sebelah utara, Kabupaten Gunung Kidul di sebelah timur, Samudra Hindia di sebelah selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di sebelah barat.
Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya.
Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian sedikitnya 3.000 penduduk Bantul. Daerah yang terkena dampak terparah dari gempa tersebut adalah Pundong dan Imogiri.
Sejarah
Bantul memang tak bisa dilepaskan dari sejarah Yogyakarta sebagai kota perjuangan dan sejarah perjuangan Indonesia pada umumnya. Bantul menyimpan banyak kisah kepahlawanan, seperti perlawanan Pangeran Mangkubumi di Ambarketawang, upaya pertahanan Sultan Agung di Pleret, dan perjuangan Pangeran Diponegoro di Selarong. Kisah perjuangan pionir penerbangan Indonesia yaitu Adisucipto, pesawat yang ditumpanginya jatuh ditembak Belanda di Desa Ngoto. Sebuah peristiwa penting yang dicatat dalam sejarah adalah Perang Gerilya melawan pasukan Belanda. Saat itu, pasukan Indonesia berada di bawah kepemimpinan Jenderal Sudirman (1948) dan mereka banyak bergerak di sekitar wilayah Bantul. Wilayah ini pula yang menjadi basis, "Serangan Oemoem 1 Maret" (1949) yang dicetuskan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Tolok awal pembentukan wilayah Kabupaten Bantul adalah perjuangan gigih Pangeran Diponegoro melawan penjajah bermarkas di Selarong sejak tahun 1825 hingga 1830. Seusai meredam perjuangan Diponegoro, Pemerintah Hindia Belanda kemudian membentuk komisi khusus untuk menangani daerah Vortenlanden. Komisi tersebut bertugas menangani pemerintahan daerah Mataram, Pajang, Sokawati, dan Gunung Kidul. Kontrak kasunanan Surakarta dengan Yogyakarta dilakukan baik dalam hal pembagian wilayah maupun pembayaran ongkos perang, penyerahan pemimpin pemberontak, dan pembentukan wilayah administratif.
Pemerintah Hindia Belanda dan sultan Yogyakarta pada tanggal 26 dan 31 Maret 1831 mengadakan kontrak kerja sama tentang pembagian wilayah administratif baru dalam kasultanan disertai penetapan jabatan kepala wilayahnya. Saat itu Kasultanan Yogyakarta dibagi menjadi tiga kabupaten yaitu Bantulkarang untuk kawasan selatan, Denggung untuk kawasan utara, dan Kalasan untuk kawasan timur. Menindaklanjuti pembagian wilayah baru Kasultanan Yogyakarta, tanggal 20 Juli 1831 atau Rabu Kliwon 10 Sapar tahun Dal 1759 (Jawa) secara resmi ditetapkan pembentukan Kabupaten Bantul yang sebelumnya dikenal bernama Bantulkarang tersebut di atas. Seorang nayaka Kasultanan Yogyakarta bernama Raden Tumenggung Mangun Negoro kemudian dipercaya Sri Sultan Hamengkubuwono V untuk memangku jabatan sebagai bupati Bantul.
Berdasarkan peristiwa tersebut, tanggal 20 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Jadi Kabupaten Bantul. Selain itu, tanggal 20 Juli juga memiliki nilai simbol kepahlawanan dan kekeramatan bagi masyarakat Bantul mengingat Perang Diponegoro dikobarkan tanggal 20 Juli 1825.
Pada masa pendudukan Jepang, pemerintahan berdasarkan pada Usamu Seirei nomor 13 sedangkan stadsgemente ordonantie dihapus. Kabupaten memiliki hak mengelola rumah tangga sendiri (otonom). Kemudian setelah kemerdekaan, pemerintahan ditangani oleh Komite Nasional Daerah untuk melaksanakan UU No 1 tahun 1945. Akan tetapi, Yogyakarta dan Surakarta undang-undang tersebut tidak diberlakukan hingga dikeluarkannya UU Pokok Pemerintah Daerah No 22 tahun 1948. dan selanjutnya mengacu UU Nomor 15 tahun 1950 yang isinya pembentukan Pemerintahan Daerah Otonom di seluruh Indonesia.
Pusaka dan Identitas Daerah
Tombak Kiai Agnya Murni berasal dari kata agnya berarti perintah atau pemerintahan dan murni adalah suci/bersih. Sehingga dengan tegaknya pusaka itu membawa pesan ditegakkannya nilai kehidupan berperadaban sebagai pilar utama membangun pemerintahan yang bersih. Tombak pusaka Kiai Agnya-murni mengisyaratkan pamoring kawula Gusti. Dalam khazanah Jawa, dikenal istilah budaya berpamor agama. Sehingga dalam dimensi vertikal memiliki makna pasrah diri dan tunduk patuh insan ke haribaan Sang Khalik. Dalam dimensi horizontal mengisyaratkan luluhnya pemimpin dengan rakyat.
Tombak pusaka ini diberikan oleh sultan Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X pada Peringatan Hari Jadi ke-169 Kabupaten Bantul, Kamis 20 Juli 2007. Tombak ini memiliki dapur Pleret, yang mengisyaratkan Kabupaten Bantul agar mengingat keberadaan Pleret sebagai historic landmark yang menandai titik awal pembaruan pemerintahan Mataram Sultan Agungan yang cikal bakalnya berada di Kerta Wonokromo. Tombak yang memiliki pamor wos wutah wengkon (melimpahnya kemakmuran bagi seluruh rakyat), dapat eksis bila ditegakkan pada landeyan (dasar) kayu walikukun. Landeyan itu simbul keluhuran budaya berbasis ilmu berintikan keteguhan iman.
Geografi
Kabupaten Bantul terletak antara 07° 44′ 04″ – 08° 00′ 27″ Lintang Selatan dan 110° 12′ 34″ – 110° 31′ 08″ Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten Bantul 508,85 Km2 (15,90 5 dari Luas wilayah Provinsi DIY).
Topografi
Topografi sebagai dataran rendah 40% dan lebih dari separuhnya (60%) daerah perbukitan yang kurang subur, secara garis besar terdiri dari:
- Bagian Barat, adalah daerah landai yang kurang serta perbukitan yang membujur dari Utara ke Selatan seluas 89,86 km2 (17,73 % dari seluruh wilayah).
- Bagian Tengah, adalah daerah datar dan landai merupakan daerah pertanian yang subur seluas 210.94 km2 (41,62 %).
- Bagian Timur, adalah daerah yang landai, miring dan terjal yang keadaannya masih lebih baik dari daerah bagian Barat, seluas 206,05 km2 (40,65%).
- Bagian Selatan, adalah sebenarnya merupakan bagian dari daerah bagian Tengah dengan keadaan alamnya yang berpasir dan sedikit berlaguna, terbentang di Pantai Selatan dari Kecamatan Srandakan, Sanden dan Kretek.
Kabupaten Bantul dialiri 6 Sungai yang mengalir sepanjang tahun dengan panjang 114 km2. Yaitu:
- Sungai Oyo: 35,75 km
- Sungai Opak: 19,00 km
- Sungai Code: 7,00 km
- Sungai Winongo: 18,75 km
- Sungai Bedog: 9,50 km
- Sungai Progo: 24,00 km
Iklim dan Cuaca
Menurut klasifikasi iklim Koppen, wilayah Kabupaten Bantul memiliki iklim muson tropis (Am). Sama seperti kabupaten lain di Indonesia, musim hujan di Bantul dimulai bulan November hingga April dan musim hujan ini dipengaruhi oleh angin muson barat daya–barat yang bersifat lembab dan basah. Sementara itu, musim kemarau yang diakibatkan oleh angin muson tenggara–timur yang bersifat kering dan dingin berlangsung pada bulan Mei hingga Oktober. Curah hujan di Bantul adalah 1942 mm per tahun dengan hari hujan berkisar antara 100–130 hari hujan, dan bulan paling tinggi curah hujannya adalah Januari dan Februari. Suhu udara relatif konsisten sepanjang tahun, dengan suhu rata-rata berkisar pada 22° hingga 31° derajat Celsius.
Data iklim Bantul, DIY, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.4 (86.7) |
30.7 (87.3) |
31 (88) |
31.7 (89.1) |
31.5 (88.7) |
31.3 (88.3) |
30.5 (86.9) |
31 (88) |
31.2 (88.2) |
32 (90) |
31.8 (89.2) |
30.6 (87.1) |
31.14 (88.13) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.8 (80.2) |
27 (81) |
27.2 (81) |
27.7 (81.9) |
27.3 (81.1) |
26.5 (79.7) |
25.6 (78.1) |
26 (79) |
26.6 (79.9) |
27.4 (81.3) |
27.1 (80.8) |
27 (81) |
26.85 (80.42) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.3 (73.9) |
23.2 (73.8) |
23.4 (74.1) |
23.6 (74.5) |
23.1 (73.6) |
21.8 (71.2) |
20.8 (69.4) |
21 (70) |
22 (72) |
23 (73) |
23.4 (74.1) |
23.3 (73.9) |
22.66 (72.79) |
Presipitasi mm (inci) | 320 (12.6) |
324 (12.76) |
282 (11.1) |
186 (7.32) |
82 (3.23) |
51 (2.01) |
25 (0.98) |
15 (0.59) |
28 (1.1) |
89 (3.5) |
223 (8.78) |
289 (11.38) |
1.914 (75,35) |
Rata-rata hari hujan | 22 | 20 | 17 | 14 | 8 | 5 | 2 | 1 | 3 | 8 | 16 | 18 | 134 |
% kelembapan | 86 | 86 | 86 | 84 | 83 | 82 | 79 | 78 | 80 | 81 | 83 | 85 | 82.8 |
Rata-rata sinar matahari harian | 5.7 | 6.2 | 6.5 | 7.5 | 7.8 | 7.8 | 8.3 | 8.4 | 7.8 | 7.7 | 6.7 | 6.3 | 7.23 |
Sumber #1: Climate-Data.org [4] & BMKG[5] | |||||||||||||
Sumber #2: Weatherbase [6] |
Batas Wilayah
Batas wilayah kabupaten Bantul antara lain;
Utara | Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman |
Timur | Kabupaten Gunungkidul,Kabupaten Sleman |
Selatan | Samudra Hindia |
Barat | Kabupaten Kulonprogo |
Pemerintahan
Daftar Bupati
No. | Bupati | Mulai Menjabat | Akhir Menjabat | Wakil Bupati | Ref. | |
---|---|---|---|---|---|---|
1. | Raden Tumenggung Mangun Negoro | 20 Juli 1831 | ||||
2. | Raden Tumenggung Jayadiningrat | 1845 | 1851 | |||
3. | Raden Tumenggung Tirtonegara | 1851 | 1852 | |||
4. | Raden Tumenggung Nitinegara | 1852 | 1855 | |||
5. | Raden Tumenggung Danukusuma | 1855 | 1878 | |||
6. | Raden Tumenggung Djojowinoto | 1878 | ||||
7. | Raden Tumenggung Djojodipuro | 1878 | ||||
8. | Raden Tumenggung Surjokusumo | |||||
9. | Raden Tumenggung Mangunyudo | 1899 | 1913 | |||
10. | K.R.T. Purbadiningrat | 1913 | 1918 | |||
11. | K.R.T. Dirdjokusumo | 1918 | 1943 | |||
12. | K.R.T. Djojodiningrat | 1943 | 1947 | |||
Masa Pemerintahan Indonesia | ||||||
13. | K.R.T. Tirtadiningrat | 1947 | 1951 | |||
14. | K.R.T. Purwaningrat | 1951 | 1955 | |||
15. | K.R.T. Partaningrat | 1955 | 1958 | |||
16. | K.R.T. Wiraningrat | 1958 | ||||
17. | K.R.T. Setyosudono | 1958 | 1960 | |||
18. | K.R.T. Sosrodiningrat | 1960 | 1969 | |||
19. | K.R.T. Prodjohardjono (Pejabat) | 1969 | 1970 | |||
20. | R. Sutomo Mangkusasmito, S.H. | 1970 | 1980 | |||
21. | Suheram Partosaputro | 1980 | 1985 | |||
22. | K.R.T. Suryo Padmo Hadiningrat (Moerwanto Suprapto) | 1986 | 1991 | |||
23. | K.R.T. Yudadiningrat (Sri Roso Sudarmo) | 1991 | 1998 | |||
24. | Drs. H. Kismosukirdo (Pejabat) | 1998 | 1999 | |||
25. | Drs. HM. Idham Samawi | 1998 | 2004 | |||
26. | Drs. Mujono NA (Penjabat) | Desember 2004 | Januari 2005 | |||
27. | Drs. HM. Idham Samawi (Terpilih kembali melalui pilkada) | 2005 | 2010 | Drs. Sumarno, Prs. | ||
28. | Hj. Sri Surya Widati | 2010 | 2015 | Drs. Sumarno, Prs. | ||
29. | Sigit Sapto Rahardjo (Pejabat) | 2015 | 2016 | |||
30. | Drs. H. Suharsono | 17 Februari 2016 | 2021 | H. Abdul Halim Muslih | ||
31. | Budi Wibowo, S.H., M.M. (Pejabat) | 2020 | 2021 | |||
32. | H. Abdul Halim Muslih | 26 Februari 2021 | Petahana | Joko B. Purnomo |
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Bantul dalam lima periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||||
---|---|---|---|---|---|---|
2004–2009[7] | 2009–2014[8] | 2014–2019[9] | 2019–2024[10] | 2024–2029 | ||
PKB | 6 | 3 | 4 | 6 | 7 | |
Gerindra | (baru) 3 | 6 | 8 | 6 | ||
PDI-P | 16 | 11 | 12 | 11 | 12 | |
Golkar | 5 | 5 | 5 | 5 | 6 | |
NasDem | (baru) 2 | 1 | 0 | |||
PKS | 5 | 5 | 4 | 4 | 6 | |
PAN | 7 | 7 | 6 | 5 | 2 | |
PBB | 0 | 0 | 1 | 1 | 0 | |
Demokrat | (baru) 1 | 5 | 1 | 2 | 3 | |
PPP | 3 | 4 | 4 | 2 | 2 | |
Ummat | (baru) 1 | |||||
PKPB | (baru) 2 | 2 | ||||
Jumlah Anggota | 45 | 45 | 45 | 45 | 45 | |
Jumlah Partai | 8 | 9 | 10 | 10 | 9 |
Kapanewon
Kabupaten Bantul memiliki 17 kapanewon dan 75 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 931.356 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 508,13 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 1.832 jiwa/km².[11][12]
Daftar kapanewon dan kalurahan di Kabupaten Bantul, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kapanewon | Hanacaraka | Kodepos[13] | Jumlah Kalurahan |
Daftar Kalurahan |
---|---|---|---|---|---|
34.02.05 | Bambanglipuro | ꦧꦩ꧀ꦧꦁꦭꦶꦥꦸꦫ | 55764 | 3 | |
34.02.12 | Banguntapan | ꦧꦔꦸꦤ꧀ꦠꦥꦤ꧀ | 55798 | 8 | |
34.02.08 | Bantul | ꦧꦤ꧀ꦠꦸꦭ | 55711-55715 | 5 | |
34.02.11 | Dlingo |
ꦢ꧀ꦭꦶꦔ | 55783 | 6 | |
34.02.10 | Imogiri | ꦲꦶꦩꦒꦶꦫꦶ | 55782 | 8 | |
34.02.09 | Jetis | ꦗꦼꦛꦶꦱ꧀ | 55781 | 4 | |
34.02.16 | Kasihan | ꦏꦱꦶꦃꦲꦤ꧀ | 55799 | 4 | |
34.02.03 | Kretek | ꦏꦿꦺꦠꦺꦏ꧀ | 55772 | 5 | |
34.02.07 | Pajangan | ꦥꦗꦁꦔꦤ꧀ | 55751 | 3 | |
34.02.06 | Pandak | ꦥꦤ꧀ꦝꦏ꧀ | 55761 | 4 | |
34.02.14 | Piyungan | ꦥꦶꦪꦸꦁꦔꦤ꧀ | 55792 | 3 | |
34.02.13 | Pleret | ꦥ꧀ꦭꦺꦫꦺꦠ꧀ | 55791 | 5 | |
34.02.04 | Pundong | ꦥꦸꦤ꧀ꦝꦺꦴꦁ | 55771 | 3 | |
34.02.02 | Sanden | ꦱꦤ꧀ꦢꦺꦤ꧀ | 55763 | 4 | |
34.02.17 | Sedayu | ꦱꦼꦢꦪꦸ | 55752-55753 | 4 | |
34.02.15 | Sewon | ꦱꦺꦮꦺꦴꦤ꧀ | 55797 | 4 | |
34.02.01 | Srandakan | ꦱꦿꦤ꧀ꦢꦏꦤ꧀ | 55762 | 2 | |
TOTAL | 75 |
Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kapanewon, yang dibagi lagi atas sejumlah kalurahan dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kapanewon Bantul, sekitar 11 km sebelah selatan Kota Yogyakarta.
Kapanewon | Ibukota |
---|---|
Sanden | Gadingharjo |
Kretek | Donotirto |
Pundong | Srihardono |
Imogiri | Imogiri |
Dlingo | Dlingo |
Pleret | Pleret |
Jetis | Trimulyo |
Bambanglipuro | Sumbermulyo |
Pandak | Gilangharjo |
Pajangan | Sendangsari |
Bantul | Bantul |
Sewon | Sewon |
Banguntapan | Banguntapan |
Piyungan | Srimulyo |
Sedayu | Argorejo |
Kasihan | Tirtonirmolo |
Srandakan | Trimurti |
Penduduk
Jumlah penduduk Bantul pada tahun 2017 adalah 995.264 jiwa dengan kepadatan 1.963,62 jiwa/km2,[1] Kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak dan terpadat di Kabupaten Bantul adalah Kecamatan Banguntapan dengan jumlah penduduk 120.123 jiwa dengan kepadatan 4.218 jiwa/km2. Mayoritas mata pencaharian penduduk di bidang pertanian (25 %) , perdagangan (21 %), Industri (19 %) dan jasa (17 %) .
Transportasi
Kabupaten Bantul dilintasi oleh Jalan Nasional sebagai jalan arteri primer, di antaranya Jalan Pansela (Dalam Pembangunan) melewati kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek. Jalan Nasional penghubung Kota Yogyakarta melewati Jalan Bantul segmen utara, Jalan Lingkar timur Kota Bantul, Jalan Bakulan, dan Jalan Parangtritis segmen selatan. Dan juga Jalan Nasional penghubung Kota Yogyakarta dan Jakarta di kawasan Jalan Wates segmen Sedayu, serta sebagian segmen Jalan Nasional di ring road Yogyakarta. Untuk jalan provinsi di antaranya Jalan Srandakan, Jalan Bantul segmen selatan, Jalan Parangtritis segmen utara, Jalan Wonosari segmen Banguntapan dan Piyungan, Jalan Imogiri Timur, Jalan Imogiri Barat, dan Jalan Jogja outering road Sedayu - Pandak - Bantul - Imogiri - Jetis - Pleret - Banguntapan. Jalur perkeretaapian di Bantul sudah dibangun sejak zaman kolonial Belanda. Jalur kereta api di Bantul terdiri atas jalur Yogyakarta - Bandung di Kecamatan Sedayu dengan Stasiun Rewelu (hanya digunakan untuk depo BBM), serta jalur rel kereta mati yang direncanakan akan dihidupkan kembali antara Yogyakarta - Bantul - Brosot dengan stasiun di Madukismo, Cepit, Bantul Kota, Palbapang, dan Srandakan, dan juga jalur mati Yogyakarta - Kotagede - Pleret - Pundong.
Pariwisata
Perayaan (Event)
Kabupaten Bantul memiliki beberapa event, yaitu:
- Kirab Budaya HUT RI
- Kirab Budaya HUT Bantul
- Lomba Pawai Paskibra HUT RI
- Lomba Pawai Drumband HUT RI
- Festival Layang-layang Bantul
- Kirab Budaya Dlingo
- Bantul Expo[14]
Rekreasi
Pantai Parangtritis merupakan objek wisata yang paling terkenal di kabupaten ini. Selain itu terdapat beberapa objek wisata pantai seperti: Pantai Parangkusumo, Pantai Depok, Pantai Samas, Pantai Pandansimo, Pantai Goa Cemara, dan Pantai Kuwaru. Objek wisata alam lain antara lain adalah Gua Selarong dan Gua Cerme. Wisatawan juga dapat mengunjungi objek wisata budaya/religi seperti Pemakaman Imogiri. Objek Wisata Populer di Bantul Akhir-akhir ini Adalah Desa wisata Mangunan Terletak Di kecamatan Dlingo
Sementara itu, terdapat berbagai desa wisata di Kabupaten Bantul yang umumnya merupakan desa penghasil kerajinan. Desa-desa tersebut antara lain adalah Kasongan (penghasil gerabah), Pundong (penghasil gerabah), Pucung (penghasil kerajinan kulit), Gendeng (penghasil kerajinan kulit terutama wayang), dan Krebet (penghasil kerajinan kayu termasuk topeng batik). Batik Bantul sangat terkenal, dan dapat diperoleh baik di sekitar makam Imogiri, Giriloyo (utara Imogiri), dan di Wijirejo. Kerajinan kulit untuk barang sehari-hari (tas, jaket, sandal dan sebagainya) juga dapat diperoleh di desa Manding.
Selain di desa-desa wisata tersebut, kerajinan juga dapat diperoleh di Pasar Seni Gabusan yang terletak di Jalan Parangtritis.
Media Massa
Terdapat beberapa stasiun radio di Bantul seperti Radio Persatuan 94.2 FM dan lain-lain
Olahraga
Kabupaten ini merupakan markas dari klub sepak bola Persiba Bantul (berdiri tahun 1967) dan klub amatir Protaba Bantul.
Kuliner Khas
Kabupaten Bantul memiliki makanan khas, yaitu:
- Geplak
- Gudeg Manggar
- Sate Klathak
- Miedes (Bakmi Pedes)
- Bakmi Pentil
- Bakmi Letheg
- Tolpit
- Peyek Undur-Undur
- Peyek Tumpuk
- Oseng-oseng Mercon
- Karangan
- Wedang Uwuh
Seni dan Budaya
Kesenian
- Jathilan Diponegaran adalah salah satu kesenian tradisional yang menjadi ikon Kabupaten Bantul. Kesenian ini mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro saat perang. Penarinya terdiri dari seorang pria yang menjadi Pangeran Diponegoro dan beberapa wanita yang membawa keris yang menjadi pasukannya.
- Reog Wayang adalah kesenian tradisional khas Kabupaten Bantul. Reog Wayang adalah kesenian tari yang dimainkan oleh beberapa orang yang berkostum dan memerankan tokoh dalam cerita pewayangan. Reog Wayang biasanya dimainkan oleh 20 lebih penari, dengan mengangkat tema kisah-kisah pewayangan.
Batik
- Batik Gringsing adalah salah satu motif batik khas Kabupaten Bantul. Motif batik Gringsing berupa bulatan-bulatan kecil seperti sisik ikan yang saling bersinggungan. Warna asli batik Gringsing sogan, tetapi sekarang menggunakan warna-warna lain seperti merah, hijau, kuning atau lainnya. Makna simbolik dari motif Gringsing adalah doa atau harapan agar terhindar dari pengaruh buruk dan kehampaan.
- Batik Ceplok Kembang Kates juga merupakan motif batik khas Kabupaten Bantul. Motif ini menggunakan ide dasar tanaman kates atau pepaya, motif utamanya biji dan bunga, dengan motif tambahan putik, terdapat isen-isen cecek dan sawut. Warna yang diterapkan pada motif ini merah, hijau, dan biru. Makna simbolik Ceplok Kembang Kates sebagai simbol semangat mempertahankan bangsa, negara, dan kesejahteraan masyarakat.
Julukan
- Kota Geplak : Karena Kabupaten Bantul memiliki kuliner khas yaitu Geplak. Geplak terbuat dari parutan kelapa dan gula pasir atau gula jawa, rasanya yang manis membuat masyarakat suka akan makanan ini. Industri geplak umumnya dapat ditemui di daerah Bantul, Yogyakarta.
- Kota Gerabah : Kabupaten Bantul memiliki daerah tujuan wisata yang cukup terkenal yaitu Kasongan. Kasongan merupakan daerah industri gerabah terbesar di Kabupaten Bantul. Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci, pot, hiasan dinding, meja, kursi, dll. Hasil kerajinan tersebut telah diekspor ke mancanegara seperti Eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.
- Sahara van Java : Kabupaten Bantul memang layak dijuluki sebagai Sahara van Java, karena di Bantul terdapat tempat wisata yang cukup terkenal yaitu Gumuk Pasir Parangkusumo. Gumuk Pasir adalah gundukan pasir ini berasal dari hasil erupsi Gunung Merapi yang endapannya dibawa oleh sungai-sungai yang bermuara di Pantai Selatan, antara lain Sungai Opak dan Sungai Progo. Tak jauh dari Gumuk Pasir terdapat Pantai Parangtritis dan Pantai Parangkusumo, kedua pantai ini memiliki pasir berwarna hitam yang mirip seperti gurun pasir, hal ini yang menambah kesan Bantul memang layak dijuluki Sahara van Java.
Gumuk Pasir ini sangat istimewa dan langka, karena hanya ada sedikit di dunia. Karena tempatnyanya yang mirip Gurun Sahara di Afrika maka Kabupaten Bantul dijuluki Sahara van Java atau Saharanya Pulau Jawa.
Pendidikan
Kampus Institut Seni Indonesia Yogyakarta, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Ahmad Dahlan terletak di kabupaten ini. Beberapa perguruan tinggi lain juga melakukan pembangunan kampusnya di wilayah Kabupaten Bantul, antara lain Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta. Dan adapula kampus dibawah naungan Kementerian Perindustrian yaitu Politeknik ATK yang terdapat di jalan Ringroad Selatan untuk Kampus 2 dan di jalan ateka untuk Kampus 1.
Bahasa
Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Bantul.[15] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Bantul.[16] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Bantul adalah bahasa Indonesia.
Tokoh Terkenal
- Soeharto, Mantan Presiden RI
- Subagyo Hadi Siswoyo, Mantan KASAD
- Lasiyah Soetanto, Mantan Menteri Negara Peranan Wanita
- Ibnu Triwidodo, Kepala Staf Kodam Jaya
- Probosutedjo, Pengusaha
- Mohamad Sobary, Budayawan & Kolumnis
- Suwarjono, Ketua Aliansi Jurnalis Independen
- Aprilia Yuswandari, Pebulu tangkis Nasional
- Nopendi, Pesepak bola Nasional
- Muhammad Rian Ardianto, Pebulu tangkis Nasional
- Seno Nugroho, Pedalang Yogyakarta
Pahlawan Nasional
Lihat pula
Referensi
- ^ a b c d "Kabupaten Bantul Dalam Angka 2019". www.bantulkab.bps.go.id. BPS Bantul. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ "Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Bantul". www.kependudukan.jogjaprov.go.id. Pemprov Yogyakarta. Diakses tanggal 25 Februari 2020.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 21 Januari 2021.
- ^ "Bantul, DIY, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 17 September 2020.
- ^ "Buku Prakiraan Musim Hujan 2023-2024 – Rerata Curah Hujan Kabupaten Bantul Zona Musim 270, 271, dan 274 periode 1991-2020" (PDF). BMKG. hlm. 133. Diakses tanggal 17 September 2023.
- ^ "Bantul, Indonesia". Weatherbase. Diakses tanggal 17 September 2020.
- ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2004-2009
- ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2009-2014
- ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2014-2019
- ^ Perolehan Kursi DPRD Bantul 2019-2024
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ Kode Pos Kabupaten Bantul
- ^ Bantul Ekspo merupakan sebuah pameran pembangunan wilayah se kabupaten Bantul, even tahunan yang diadakan di kabupaten Bantul, diselenggarakan di Pasar Seni Gabusan (PSG), yang menampilkan produk-produk lokal juga sebuah ajang pameran dari instansi pemerintahan kabupaten Bantul. Bantul Ekspo atau sering disingkat dengan BE biasanya di adakan pada bulan Juli seminggu sehabis hari jadi Kbupaten Bantul, diselelnggarakan selama kurang lebih 10 hari.
- ^ "Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 23 Mei 2020.
- ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 4. ISBN 9786028449182.
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi
- (Indonesia) Panduan Pariwisata Yogyakarta dan sekitarnya[pranala nonaktif permanen]
- (Indonesia) Wisata Bantul dan sekitarnya
- (Indonesia) Informasi Seputar Bantul