Daun ungu
Lua error in Modul:Autotaxobox at line 156: attempt to index a nil value.
Daun ungu | |
---|---|
G. pictum | |
Klasifikasi ilmiah | |
Spesies: | [[Template:Taxonomy/Graptophyllum]]'''G. pictum'''
|
Nama binomial | |
[[Template:Taxonomy/Graptophyllum]]G. pictum | |
Sinonim | |
Justicia picta L. |
Daun ungu (Graptophyllum pictum) atau biasa disebut juga daun wungu adalah tumbuhan obat dari Papua Nugini dan Polinesia yang kemudian menyebar ke Indonesia. Spesies ini memiliki nama daerah sebagai berikut: demung, tulak, wungu (Jw), daun temen-temen, handeuleum (Sd), karotong (Md), temen (Bl), kadi-kadi, kobi-kobi (Tn), dan daun putri (Am).[1]
Deskripsi
Daun ungu adalah tumbuhan perdu[2] yang tegak. Tingginya adalah 1,5-8 m.[3] Batangnya termasuk batang berkayu, beruas, permukaannya licin dengan warna ungu kehijauan.[4] Daunnya tunggal, bertangkai pendek, bentuknya bulat,[2] pertulangannya menyirip, permukaan atasnya mengkilap, dan tepinya rata.[4] Bunganya majemuk, keluar di ujung batang, dengan rangkaian tandan yang berwaran keunguan dengan panjang 3-12 cm. Buahnya berbentuk kotak yang lonjong,[2] berwarna ungu kecoklatan. Bijinya bulat dan putih dan berkulit tebal.[2] Akarnya berjenis tunggal dan berwarna coklat muda.[4]
Penyebaran dan habitat
Spesies ini aslinya berasal dari Papua Nugini dan Polinesia. Kemudian, diperkenalkan ke Indochina, Semenanjung Malaya, Filipina, dan Indonesia. Di Jawa, daun ungu tumbuh sampai pada 1250 mdpl. Tumbuhan ini dibudidayakan sebagai tumbuhan pagar dan tumbuhan hias, yaitu yang bervarietas daun yang berwarna merah.[3] Untuk habitatnya, biasanya daun ungu tumbuh di tempat yang banyak disinari matahari. Selain itu pula, ia tumbuh di tempat yang lembap, dan hangat.[5]
Kemampuan dan manfaat
Untuk pemakain luar, daun ungu dapat digunakan untuk melembutkan kulit, borok, bisul, dan bengkak karena terpukul.[2][3] Sementara untuk pemakaian dalam, daun ungu dapat mengobati batu ginjal, wasir, dan hepatitis.[2] Selain itu, tumbuhan ini dapat menurunkan gula darah. Spesies ini berpotensi sebagai anti-diabetes, dan lebih berkualitas lebih baik dibandingkan dengan metformin (obat standar anti-diabetes).[6] Namun, percobaan menunjukkan daun ungu menyebabkan kematian hewan yang dipercobakan, yakni tikus-albino swiss.[6] Sehingga diperlukan studi tentang toksisitas jangka panjang.[7]
Referensi
- ^ A. N. S. 1989, hlm. 31.
- ^ a b c d e f Nala 2003, hlm. 33.
- ^ a b c Dharma 1987, hlm. 74.
- ^ a b c "Strobilanthes crispus BL" (PDF). Departemen Kesehatan. 14 November 2001. Diakses tanggal 6 January 2013.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Neal 2012, hlm. 93.
- ^ a b Olagbende-Dada et al. 2011, hlm. 1039.
- ^ Olagbende-Dada et al. 2011, hlm. 1043.
Bacaan
- Dharma, A.P. (1987). Indonesian Medicinal Plants (dalam bahasa Inggris). Jakarta: Balai Pustaka. ISBN 979-407-032-7.
- Nala, Abu (2003). Manfaat Apotik Hidup (dalam bahasa Indonesia). Temanggung: Bina Karya.
- Neal, Nellie (2012). Gardener's Guide to Tropical Plants (dalam bahasa Inggris). Minneapolis: Cool Springs Press. ISBN 1-59156-533-9 Periksa nilai: checksum
|isbn=
(bantuan). - A.N.S, Thomas (1989). Tanaman Obat Tradisional. 2. Yogyakarta: Kanisius. ISBN 979-413-809-6.[pranala nonaktif permanen]
- Olagbende-Dada, S. O.; Ogbonnia, S. O.; Coker, H. A. B.; Ukpo, G. E. (2011). "Blood glucose lowering effect of aqueous extract of Graptophyllum pictum (Linn) Griff. on alloxan-induced diabetic rats and its acute toxicity in mice" (PDF). African Journal of Biotechnology. 10 (6): 1039–1043. doi:10.5897/AJB10.1038. ISSN 1684-5315.
Pranala luar
- Daun ungu dalam Plantamor.