Lompat ke isi

Bangsa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Maret 2021 15.52 oleh IvanLanin (bicara | kontrib) (→‎Lihat pula: Buang tautan ke Wikipedia lain)
Berkas:Kewarganegaraan.jpg
Sampul buku Praktik Belajar Kewarganegaraan diterbitkan oleh Center for Civic Education bekerja sama dengan Depdiknas

Bangsa adalah suatu kelompok manusia yang memiliki identitas bersama, dan mempunyai kesamaan bahasa, ideologi, budaya, sejarah, dan tujuan.[1] Mereka umumnya dianggap memiliki asal usul keturunan yang sama.[2]

Definisi

Definisi bangsa menurut para ahli.[3]

Bangsa adalah sekelompok manusia yang berada dalam suatu ikatan batin yang dipersatukan karena memiliki persamaan sejarah, serta cita-cita yang sama.[4]

Bangsa merupakan sekelompok manusia yang memiliki persamaan karakter karena persamaan nasib dan pengalaman sejarah budaya yang tumbuh berkembang bersama dengan tumbuh kembangnya bangsa.[3]

Bangsa merupakan komunitas politik yang dibayangkan dalam wilayah yang jelas batasnya dan berdaulat.[3]

Bangsa itu terjadi karena adanya persamaan ras, bahasa, adat istiadat dan Agama yang menjadi pembeda antara bangsa satu dan bangsa lain.[5]

Etimologi dan Terminologi

Kata nation pertama kali muncul dari bahasa Perancis Kuno yaitu nacion – yang berarti kelahiran (naissance), "tempat kelahiran" -, yang didapat awalnya dari bahasa latin yaitu natio (nātĭō) yang mempunyai arti literal yaitu kelahiran.

Black's Law Dictionary menjelaskan arti bangsa yaitu:

nation, n. (14c) 1. Sekelompok manusia yang berjumlah banyak yang mempunyai kesamaan asal, bahasa dan tradisi yang kemudian mengkonstitusikan entitas politik. constituting a political entity. Saat sebuah bangsa secara kebetulan berdampingan dengan negara, karena itu disebut juga dengan istilah nation-state atau bangsa dan negara.

2. Sebuah himpunan manusia yang hidup di dalam area teritori yang sudah terdefinisi dan terorganisir di bawah sebuah pemerintahan yang independen; sebuah negara yang memiliki kedaulatan dalam berpolitik.

Kata "nation" terkadang digunakan sebagai persamaan kata untuk:

  • State (polity) atau sovereign state: sebuah pemerintahan yang mengontrol sebuah teritori spesifik tertentu, yang mungkin atau tidak mungkin berkaitan dengan grup etnis tertentu.
  • Country: sebuah teritori geografis, yang mungkin atau tidak mungkin memiliki afiliasi dengan pemerintah atau grup etnis.

Jadi frase "nations of the world" bisa jadi direferensikan kepada tingkat tertinggi dari pemerintahan (sama seperti nama untuk United Nation), berbagai teritori geografis yang besar, atau berbagai grup etnis yang besar. Tergantung pada arti kata “nation”  digunakan kapan, arti “nation state” sendiri dapat digunakan juga untuk membedakan wilayah negara yang lebih besar dari kota kecil di negara tersebut, atau juga membedakan negara yang memiliki beberapa negara bagian dari mereka yang memiliki satu grup etnis.

Bangsa Abad Pertengahan

Dalam bukunya yang berjudul Kingdoms and Communities in Western Europe 900-1300, Susan Reynolds menyatakan bahwa banyak kerajaan abad pertengahan Eropa adalah bangsa-bangsa yang sudah dapat dikatakan modern. Adrian Hastings dalam bukunya yang berjudul The Construction of Nationhood : ethnicity, Religion and Nationalism menyatakan bahwa Raja Inggris Anglo Saxon memobilisasi kebangsaan penduduk dalam kesulitan mereka mengusir Norse invasions. Dia berargumen bahwa Alfred the Great, khususnya pada kebangsaan yang berprinsip alkitabiah, dengan menggunakan bahasa alkitabiah di dalam pasal hukum dan pada saat kekuasaanya buku Alkitab pilihan ditranslasikan menjadi bahasa Old English untuk menginspirasi masyarakat kebangsaan inggris untuk melawan penjajah Norse. Hastings berargumen untuk pembaharuan untuk kebangsaan inggris (mengikuti hiatus setelah  Norman conquest) awal dari peristiwa translation of the complete bible into English by the Wycliffe circle in the 1380s, kemudian membuat English nationalism dan bangsa Inggris berdiri sejak itu. [13]

Awal Mula Bangsa Modern

Lihat pula: Negara Kebangsaan

Dalam artikelnya yang berjudul "the Mosaic Moment: An Early Modernist Critique of the Modernist Theory of Nationalism", Philip S. Gorski berpendapat bahwa bangsa modern yang pertama kali terbentuk adalah Republik Belanda yang dibangun oleh politik nasionalisme modern yang berakar dari nasionalisme biblikal. Pada tahun 2013, dalam artikelnya yang berjudul "Biblical nationalism and the sixteenth-century states", Diana Muir Appelbaum memperluas argumen Gorski untuk menerapkan bangsa yang baru, Protestan dan pada abad keenam belas. Pendapat yang serupa dikemukakan oleh Anthony D. Smith dalam bukunya yang berjudul “Chosen Peoples: Sacred Sources of National Identity and Myths and Memories of the Nation”.

Dalam bukunya yang berjudul "Nationalism: Five Roads to Modernity", Liah Greenfeld memberikan argumen bahwa nasionalisme ditemukan di Inggris pada tahun 1600. Menurut Greenfeld, Inggris merupakan bangsa pertama yang ada di dunia.

Ilmu Sosial

Pada akhir abad ke 20, banyak ahli ilmu sosial berargumen bahwa ada 2 tipe bangsa, yaitu the civic nation, Perancis adalah contoh dari prinsip tersebut. Kemudian ada ethnic nation, Jerman adalah contoh dari prinsip itu. Tradisi warga Jerman dikonseptualisasi oleh filsuf awal abad 19 seperti Johann Gottlieb Fichte, dan ditunjukan kepada manusia yang memiliki kesamaan bahasa, agama, budaya, sejarah dan ethic origins, itulah pembeda mereka dari manusia dari bangsa lain.[22]  Ini adalah visi, antara yang lain, diantara yang lain, of Ernest Renan.[22]

Analasis masa kini cenderung berdasarkan studi sosio-sejarah tentang building of national identity sentiment, mencoba untuk menindetifikasi individu dan mekanisme kolektif, baik sadar atau tidak, sengaja atau tidak. Menurut beberapa dari studi ini, dapat dilihat bahwa the State  seringkali mempunyai peran yang signifikan, dan komunikasi, terutama dari segi ekonomi, juga mempunyai signifikasi yang tinggi. [22]

Faktor-Faktor Pembentukan Bangsa Menurut Dasar Identitas

Faktor-faktor pembentukan suatu bangsa sangat berkaitan dengan identitas yang menyatukan masyarakat.[3] Faktor tersebut antara lain sebagai berikut:

  • Primordial yang termasuk dalam faktor ini yaitu ikatan kekerabatan, kesamaan suku bangsa, daerah, bahasa dan adat istiadat.[3]
  • Sakral dalam faktor ini yaitu adanya kesamaan agama yang dianut oleh masyarakat dan dalam hal ini agama dapat membentuk suatu ideologi doktrin yang kuat dalam masyarakat, sehingga keterkaitannya dapat menimbulkan bangsa.[3]
  • Tokoh menjadi salah satu faktor pembentuk bangsa karena bagi masyarakat, tokoh dijadikan sebagai panutan untuk mewujudkan misi-misi bangsa.[3]
  • Sejarah merupakan salah satu faktor pembentukan bangsa karena sejarah dan pengalaman masa lalu seperti penderitaan akan melahirkan solidaritas sehingga memungkinkan untuk membentuk satu tekad dan satu tujuan antar kelompok masyarakat.[3]
  • Perkembangan Ekonomi dikatakan sebagai faktor pembentukan bangsa karena semakin meningkatnya perkembangan ekonomi semakin beragam pula kebutuhan masyarakat sehingga membuat masyarakat semakin ketergantungan satu sama lain dan secara tidak langsung akan membuat masyarakat ingin membentuk satu kesatuan yaitu bangsa sebagai jalan untuk memenuhi kebutuhan satu sama lain.[3]

Kebangsaan Indonesia

Sejarah Indonesia Sebagai Bangsa

Bangsa Indonesia tumbuh sebagai hasil interaksi masyarakat yang terjadi secara alamiah.[6] Di sini ada kehendak yang tumbuh karena sejarah yang sama untuk jadi satu kesatuan bangsa yang merdeka.[6] Akan tetapi Ernest Renan berpendapat bahwa tidak ada satu hal yang mutlak sama.[6] Di dalam masyarakat selalu ada perbedaan-perbedaan, maka dalam masyarakat selalu ada toleransi dalam setiap interaksi yang tujuannya agar tidak ada konflik.[6] Kapan bangsa Indonesia tumbuh? secara alamiah bangsa Indonesia tumbuh atau muncul sebagai hasil intaraksi antara masyarakat Indonesia yang majemuk dan hal ini menjadi roh bangsa, seperti halnya bangsa Jerman yang sering menyebutnya dengan roh rakyat.[6] Para filsuf Jerman mengaitkan roh bangsa dengan menyatukan masyarakat dengan alam yang satu.[6] Namun, berbeda dengan Indonesia, Jerman bersatu karena perang penyatuan wilayah alamnya, sedangkan Indonesia bersatu karena adanya nasib yang sama.[6] Tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928, secara sadar pemimpin kita merumuskan sumpah pemuda, yang pada dasarnya adalah sumpah bangsa.[6] Jadi secara politis dinyatakan dasar bangsa Indonesia berdiri pada saat sumpah pemuda tersebut.[6] Bangsa Indonesia yang tampil kemudian menegara pada tanggal 17 agustus 1945.[6] Bangsa dan negara itu kemudian menjadi satu kesatuan, Ernest Renan berpendapat bahwa ada bangsa dan negara yang tidak menjadi satu.[6] Contohnya yang sering kita dengar adalah sebutan negara Australia tidak ada bangsa Australia.[6]

Faktor-Faktor Pembentukan Bangsa Indonesia

Berikut ini merupakan faktor-faktor penting bagi pembentukan bangsa Indonesia.[7]

  • Persamaan asal keturunan etnis.
  • Persamaan pola kebudayaan.
  • Persamaan tempat tinggal yang disebut dengan khas tanah air.
  • Persamaan sejarah.
  • Persamaan cita-cita.

Faktor-Faktor Pemersatu Bangsa Indonesia

Berikut ini merupakan faktor-faktor pemersatu bangsa Indonesia sebagai perekat persatuan.[7]

Lihat pula

Bacaan lanjutan

  • Anderson, Benedict. 1991. Imagined Communities. ISBN 0-86091-329-5 .
  • Brubaker, Rogers. 1996. Nationalism Reframed: Nationhood and the National Question in the New Europe. Cambridge University Press. ISBN 0-521-57224-X .
  • Canovan, Margaret. 1996. Nationhood and Political Theory. Cheltenham, UK: Edward Elgar. ISBN 1-85278-852-6 .
  • Delanty, Gerard and Krishan Kumar (eds) Handbook of Nations and Nationalism. London: Sage Publications, 2005.
  • Geary, Patrick J. 2002. The Myth of Nations: The Medieval Origins of Europe. Princeton University Press. ISBN 0-691-11481-1 .
  • Gellner, Ernest. 1983. Nations and Nationalism. Ithaca: Cornell University Press. ISBN 0-8014-1662-0 .
  • Hobsbawm, Eric J. 1992. Nations and Nationalism Since 1780: Programme, Myth, Reality. 2nd ed. Cambridge University Press. ISBN 0-521-43961-2 .
  • Renan, Ernest. 1882. "Qu'est-ce qu'une nation?"
  • Smith, Anthony D. 1986. The Ethnic Origins of Nations London: Basil Blackwell. pp 6–18. ISBN 0-631-15205-9 .
  • Weber, Max. 1978 [1922]. Economy and Society, eds. Guenther Roth and Claus Wittich. Berkeley: University of California Press.

Referensi

  1. ^ Petrus Citra Triwamwoto.2004.Kewarganegaraan. Jakarta:Grasindo.118
  2. ^ Mely G.2008. Etnis Tionghoa di Indonesia. Jakarta:Yayasan Obor Indonesia.43
  3. ^ a b c d e f g h i Chotib, M. Dhazali, Tri suharno, Suardi Abubakar, Muchis Catio.2006. Kewarganegaraan 1 menuju Masyarakat Madani. Jakarta:Yudhistira.5-6
  4. ^ B.Herry-Priyono.2010.Guru-Guru keluhuran. Jakarta:PT Kompas Media Nusantara.67
  5. ^ Retno Listyarti.2008.Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Erlangga.3
  6. ^ a b c d e f g h i j k l Boangmanulu J.2008. Pendidik,Missionaris,& Motivator. Jakarta:Gunung Mulia.328-329
  7. ^ a b Aim Abdulkarim.2004.Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Grasindo.147-149