Anindya Bakrie
Anindya Bakrie | |
---|---|
Wakil Ketua Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Pemberdayaan Daerah Kamar Dagang dan Industri (KADIN)[1] | |
Mulai menjabat 17 Desember 2015 | |
Direktur APEC Business Advisory Council | |
Mulai menjabat 2010 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Anindya Novyan Bakrie 10 November 1974 Jakarta, Indonesia |
Kebangsaan | Indonesia |
Suami/istri | Firdani Saugi |
Anak | Alisha Anastasia Bakrie Azra Fadilla Bakrie Akila Abunundya Bakrie |
Orang tua | Aburizal Bakrie (Father) Tatty Murnitriati (Mother) |
Kerabat | Anindra Ardiansyah Bakrie (Younger brother) Anindhita Anestya Bakrie (Younger sister)[2] |
Pendidikan | Stanford Graduate School of Business Northwestern University |
Pekerjaan | Pengusaha |
Dikenal karena | Direktur Utama dari Bakrie & Brothers CEO of Bakrie Global Chairman of PRSI Wakil Ketua KADIN |
Situs web | http://www.aninbakrie.com/ |
Sunting kotak info • L • B |
Anindya Novyan Bakrie (lahir 10 November 1974) pengusaha Indonesia di bidang Teknologi, Media, dan Telekomunikasi dan seorang filantropis.[3][4] Saat ini ia menjabat sebagai Direktur Bakrie Group[5], yang kepentingan bisnisnya mengendalikan sejumlah perusahaan publik dengan kapitalisasi pasar gabungan sekitar US $ 15 miliar.[6] Anindya merupakan pendiri sekaligus CEO dari Visi Media Asia (VIVA) Group yang memiliki stasiun televisi dengan lini Berita dan Olah Raga, yakni tvOne, lini hiburan yakni ANTV, dan portal berita VIVA.co.id.[7] Ia juga merupakan pendiri Bakrie Center Foundation yang menjadi wadah kegiatan filantrofi Anindya.[8][9]
Anindya saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Pembedayaan Daerah di Kamar Dagang dan Industri Indonesia[10] dan ditunjuk oleh Presiden sebagai Ketua APEC Business Advisory Council (ABAC) Indonesia,[11][12] yang didirikan melalui Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC), yang pada tahun 1995 merupakan wahana partisipasi formal sektor swasta dalam forum APEC, di mana Jack Ma adalah anggota mitra Tiongkok dan Carlos Slim merupakan anggota dari mitra Meksiko.
Anindya pernah menulis beberapa artikel di surat kabar. Beberapa tulisannya mengenai penundaan kunjungan Presiden Barrack Obama ke Indonesia[13] dan Peran Indonesia sebagai Pemimpin ASEAN[14] dimuat di laman opini The Wall Street Journal.
Kehidupan pribadi dan pendidikan
Anindya lahir di Jakarta, Indonesia pada tanggal 10 November 1974, merupakan anak dari pasangan Aburizal Bakrie dan Tatty Murnitriati.[15][16] Anindya adalah cucu tertua Achmad Bakrie yang merupakan pendiri Bakrie Group pada tahun 1942, yang sekarang dikenal sebagai Bakrie & Brothers. Anindya Bakrie menikahi Firdani Saugi dan memiliki tiga orang anak.
Anindya merupakan anak tertua dari tiga bersaudara, Anindya mengenyam pendidikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Triguna, lulus pada tahun 1986 sebelum melanjutkan Pendidikan menengah di sekolah Katolik khusus pria, Pangudi Luhur, yang keduanya berlokasi di Jakarta.[17] Dia kemudian bersekolah di Phillips Academy di Andover, Massachusetts, sebuah sekolah menengah atas di United States, dimana Presiden Amerika Serikat ke-41 George H. W. Bush (lulusan 1942) dan Presiden Amerika Serikat ke-43 George W. Bush (lulusan 1964) serta John F. Kennedy, Jr. (lulusan tahun 1979) merupakan alumni dari sekolah tersebut.[18]
Dilatarbelakangi oleh ketertarikan di bidang keuangan dan teknologi, serta keinginan mengikuti jejak bisnis Ayah serta Kakeknya, Anindya pada awalnya hendak mengambil ekonomi sebagai jurusan utama di bangku perkuliahan.[19] Namun kemudian, Anindya meraih gelar sarjana di bidang Teknik Industri dari Northwestern University, Illinois, pada tahun 1996.[20]
Ia kemudian mendapatkan gelar Master dari Global Management Immersion Experience (GMIX) program di Stanford Graduate School of Business pada tahun 2001[21]. Ia kemudian berusaha menjembatani mahasiswa untuk dapat mengenyam Pendidikan di Stanford Business School melalui Bakrie Center Foundation.[22] Pada tahun 2018, Anindya mengikuti Program People's s Bank of China School of Finance (PBCSF) EMBA (Angkatan 2018) di Universitas Tsinghua bersama dengan CEO Grab Anthony Tan dan Michael Sampoerna.[23]
Karier
Bisnis
Anindya memulai kariernya sebagai banker investasi di Salomon Brothers, Wallstreet, di Amerika Serikat pada tahun 1996.[19] Pada tahun 1997, ayah Anindya Bakrie, Aburizal Bakrie, memintanya untuk kembali ke Indonesia pasca kerusuhan 1998. Ketika baru mendapatkan gelar M.B.A dari Stanford, ia kemudian menjabat sebagai Deputy to Chief Operating Officer dan Managing Director of Bakrie & Brothers.[24] Selama periode tersebut, perusahaan memiliki hutang perusahaan sebesar 1,2 miliar dolar yang kemudian diubah menjadi ekuitas pada tahun 2001.[25]. Keberhasilannya dalam mentransformasi perusahaan diangkat menjadi cover story untuk Warta Ekonomi pada tanggal 20 Desember 2017.[26]
Pada tahun 2008, Visi Media Asia mengalami perputaran bisnis besar di mana ia mengakuisisi perusahaan dengan leverage tinggi dan berperingkat rendah, Lativi Media Karya.[27] Setelah menjual Bakrie Telekom untuk fokus pada media dan teknologi[28], Anindya menggandeng kedua stasiun TV, ditambah dengan portal berita online Vivanews secara publik pada tahun 2011. Bertindak sebagai Ketua, keputusan Anindya untuk menjual 14% saham mengamankan perusahaan dengan dana sebesar $ 73 juta, membuat valuasi grup VIVA sebesar $ 482 juta. Saham Grup Bakrie dipastikan pada angka 76%.[29]
Menangkap pertumbuhan pesat di perusahaan rintisan dan teknologi di Indonesia, Anindya juga berinisiatif menjadi investor utama di Convergence Venture[30], sebuah perusahaan modal ventura berbasis di Indonesia yang didirikan bersama dengan koneksinya di Stanford, Adrian Li pada tahun 2015.[31] Konvergensi dimulai dengan dana sebesar US $ 30 juta, didukung oleh mitra terbatas dari Indonesia dan Silicon Valley.[32] Dalam banyak berita, bisnis Anindya terlihat dekat dengan banyak perusahaan besar milik negara Tiongkok, termasuk Sinochem dan China JinMao.[33]
Telekomunikasi
Pada bulan Desember 2003, Anindya menjadi Presiden Direktur & CEO PT Bakrie Telecom, penyedia telekomunikasi nirkabel CDMA publik terbesar di Indonesia pada saat itu, dengan lebih dari 11 juta pelanggan pada tahun 2011.[34] Perusahaan ini menawarkan produk dan layanan telepon seluler, telepon rumah, panggilan langsung internasional, telepon jarak jauh, layanan akses internet, dan layanan bernilai tambah.[35] Bakrie Telecom kemudian menjadi perusahaan terbuka yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta pada Februari 2006 dengan kode BTEL dan mendapatkan tambahan modal dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) senilai US $ 300 juta pada Maret 2008.[36]
Dahulu BTEL bernama Ratelindo, Anindya kemudian mengubah namanya dengan mendirikan perusahaan telekomunikasi terbesar keempat se-Indonesia pada tahun 2012 yang pada saat itu hanya memiliki izin akses telepon tetap nirkabel karena menggunakan teknologi CDMA.[37] Menjadi penyelenggara akses telepon tetap nirkabel berarti pelanggan Bakrie Telecom harus melakukan registrasi jika ingin menggunakan telepon selulernya di luar area jangkauan normal. Ini merupakan kelemahan dari layanan tersebut yang dikeluhkan oleh banyak pelanggan. Meskipun demikian, basis pelanggan telah tumbuh dari sebelumnya di bawah 1 juta pelanggan menjadi lebih dari 15 juta pelanggan dalam waktu setahun.[38]
Saat itu, Bakrie Telecom menjadi penyumbang pendapatan tertinggi Grup Bakrie setelah unit batu bara Bumi Resources. [39] Namun, pembukuan perusahaan pada tahun 2012 juga mencatat kerugian $83 juta sementara pendapatan turun 0,7%. Fitch Ratings memangkas prospek perusahaan dari stabil menjadi negatif. Frekuensi Bakrie Telecom akhirnya dijual ke Grup Sinarmas.[40]
Anindya menanggapi dengan berfokus pada perluasan layanan data selulernya. Kemudian, Ia meluncurkan merek AHA, yang diyakini Anindya akan mengembalikan keuntungan karena pengguna membeli lebih banyak data (video, akses Internet, game, perbankan seluler) melalui telepon mereka. Saat itu, AHA memiliki 15% pangsa pasar dan pendapatan tahunan mencapai sekitar $ 8 miliar dan ia menargetkan untuk melipatgandakannya pada tahun 2015. Untuk memenuhi target tersebut, Bakrie Telecom telah menggelontorkan $ 400 juta dalam investasi selama tiga tahun terakhir. Meski memiliki pangsa pasar terbesar di seluruh Jakarta, Jawa Barat, dan Banten, Anindya akhirnya menjual semua sahamnya di bidang telekomunikasi dan memfokuskan diri pada sektor media dan teknologi.[41]
Dalam sebuah wawancara publik, dia menyebutkan telekomunikasi di Indonesia akan terus berkembang, tetapi tidak mungkin perusahaan swasta dapat bersaing dengan Telkomsel yang didukung dana pemerintah untuk berekspansi ke pulau-pulau kecil, oleh karena itu dia meramalkan akhir dari bisnis tersebut.[42]
Media
Anindya pertama kali berkecimpung di bidang media di perusahaan Cakrawala Andalas Televisi (ANTV). Pada tahun 2002, Anindya mengirim proposal restrukturisasi ke lebih dari 200 kreditor dan membujuk mereka untuk merestrukturisasi utang mereka menjadi ekuitas. Hutang dipotong menjadi nol, meskipun itu berarti memotong saham Bakrie dari 60% menjadi 21%. Anindya juga membuat penyesuaian konten, mengubah campuran dari pemrograman umum yang individual menjadi berfokus pada acara ramah keluarga seperti acara kuis, pertunjukan anak-anak dan pertandingan sepak bola.[43] Pada tahun 2015, Star TV, operator satelit dan kabel yang berbasis di Hong Kong, membeli 20% ANTV. Bakrie menolak untuk mengungkapkan berapa Star membayar untuk saham tersebut, meskipun analis mengatakan kemungkinan besar di bawah $ 20 juta.[44][45] Pada 2007, ia membeli stasiun TV kedua, Lativi Media Karya, dari pebisnis dan mantan menteri Ketenagakerjaan, Abdul Latief. Stasiun ini berganti nama menjadi TV One dan direkonstruksi untuk fokus pada berita untuk pemirsa kelas menengah. Bersama-sama, ANTV dan TV One menguasai sekitar 15,6% dari pengeluaran iklan TV di Indonesia. Pada 2011, Anindya bekerja sama dengan pengusaha Erick Thohir, untuk mengambil kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews. Di Visi Media Asia — atau grup Viva — Anindya adalah ketua dan Erick Thohir adalah presiden direktur.[46] Pada tahun 2011, Anindya bekerja sama dengan pengusaha Erick Thohir, adik dari orang terkaya lainnya di Indonesia, “Boy” Garibaldi Thohir, untuk mengambil alih kedua stasiun TV tersebut, ditambah portal berita online Vivanews, untuk publik. Visi Media Asia, lebih dikenal sebagai grup Viva, Anindya adalah ketua dan Erick Thohir adalah presiden direktur. Perusahaan mendapatkan $ 73 juta dana segar dengan nilai valuasi perusahaan $ 482 juta dengan Grup Bakrie memiliki 76% saham. Pada tahun 2012, Vivanews menduduki peringkat ketiga di antara situs berita Indonesia berdasarkan pengunjung dan tampilan halaman Alexa. ANTV dan tvOne masing-masing mengoperasikan sistem jaringannya sendiri dengan stasiun utama di Jakarta, didukung oleh tambahan 42 stasiun relay, di luar Jakarta, menjangkau lebih dari 200 juta orang di Indonesia.[47]
Teknologi
Pada tahun 2014, Bakrie Global Group yang dipimpin oleh Anindya menginvestasikan Series C di Path, sebuah jaringan sosial pribadi, dengan jumlah pengguna aktif dari Indonesia yang mencapai 4 juta orang.[48] Namun, situs jejaring sosial Path pada akhirnya ditutup pada tanggal 18 Oktober 2018.[49]
Industri
Pada April 2018, Anindya diangkat oleh pemegang saham Bakrie & Brothers (BNBR) menjadi komisaris utama.[50] Didirikan pada tahun 1947, BNBR mulai di bidang manufaktur baja, sebelum berkembang ke industri suku cadang mobil, industri bangunan, dan industri logam. Bakrie & Brothers saat ini merupakan salah satu konglomerat terbesar dan tertua di Indonesia[51] yang menguasai berbagai macam bisnis mulai dari industri dasar, konstruksi, properti, mineral, hingga proyek infrastruktur.[52]
Di bawah kepemimpinan Anindya, Bakrie & Brothers merintis bus listrik otomotif di Indonesia melalui peluncurannya di Bali pada 15 Oktober 2018. Untuk 2019, Bakrie & Brothers disebut-sebut akan menginvestasikan US $ 250-300 juta untuk proyek ini.[53]
Convergence Ventures
Pada tahun 2014, bersama dengan rekannya di Stanford, Adrian Li, dan Donald Wihardja, Anindya memulai Convergence Ventures. Convergence Ventures adalah pendanaan awal ventura dalam bidang teknologi yang berfokus pada perusahaan rintisan berbasis teknologi di Indonesia.[54] Dana kelolaan awal senilai US $ 30 juta. VC Fund berbasis di Jakarta bertujuan untuk mendukung para pendiri perusahaan rintisan dalam memanfaatkan pengalaman, jaringan, dan sumber daya mereka. Mitra strategis pendanaan merupakan para pemain lokal dan global, seperti Tingkok yaitu Baidu, Singapura Garena, dan Grup Emtek Indonesia. Selain itu, Usaha ini memiliki dewan penasehat investor yang berasal dari Silicon Valley, Tiongkok, dan India, yang dilaporkan berinvestasi di 19 perusahaan diantara perusahaan-perusahaan yang dimilikinya termasuk e27, Seekmi, Kata AI, Sevva, Sale Stock, Female Daily Network, Paktor, Males Banget, dan Indotrading.[55]
Dalam wawancara publik, Anindya menyebutkan Convergence Ventures tidak memiliki ambisi untuk menjadi pemegang saham mayoritas, namun ia berharap, melalui dana tersebut ia dapat membantu para start-up untuk mengembangkan ide orisinalnya dengan lebih baik dalam bisnisnya. Sejauh ini, Convergence Ventures hanya berinvestasi kurang dari 20% pada setiap permulaan.[56]
Layanan Publik
- Pada 31 Desember 2009, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menunjuk Anindya sebagai Chairman APEC Business Advisory Council (ABAC) melalui Keputusan Presiden Nomor 130/M Tahun 2009.
- Pada tahun 2012, ia mengambil peran kepemimpinan internasional sebagai Ketua Bersama untuk Kelompok Kerja Pengembangan Infrastruktur. Dalam kapasitasnya, ia memprakarsai keterlibatan pemerintah Indonesia di kemudian hari untuk menempatkan pembangunan infrastruktur dalam agenda APEC. Kemudian pada tahun 2013, dia mengambil posisi yang sama tetapi untuk Kelompok Kerja Integrasi Ekonomi Regional.
- Pada tahun 2018, Anindya diangkat oleh Presiden Joko Widodo sebagai Ketua ABAC melalui Keputusan Presiden Nomor 2 Tahun 2018. Anindya juga menjadi Co-Chair untuk Digital & Innovation Working Group.
- Anindya pernah mendampingi Presiden Joko Widodo ke KTT APEC di Dan Nang, Vietnam pada tahun 2017 dan Port Moresby, Papua New Guinea pada tahun 2018. Dalam pertemuan tersebut, isu-isu seperti pemberdayaan ekonomi, ekonomi maritim, keuangan inklusif, dan ekonomi digital dikedepankan.[57][58][59][60]
- Kamar Dagang Industri:[61]
- Tahun 2004: Anindya ditunjuk sebagai Ketua Komite Tetap Bidang Telekomunikasi
- Tahun 2008: Anindya ditunjuk sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Telekomunikasi, Teknologi Informasi, dan Media
- Tahun 2010: Anindya ditunjuk sebagai Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Keanggotaan, Pemberdayaan Daerah, dan Tata Kelola Perusahaan
- Sejak tahun 2015, Anindya adalah Wakil Ketua Umum Bidang Organisasi, Keanggotaan, dan Pemberdayaan Daerah
Keanggotaan Dewan
- Dia adalah anggota Wali Amanat di Eisenhower Fellowship sejak 2011[62]
- Anggota, Phillips Academy Andover’s Asia Council sejak 2012 [63]
- Anggota, Dewan Komite Kampanye Internasional Universitas Northwestern sejak Juli 2016[63]
- Anggota, Forum Ekonomi Dunia[63]
- Anggota, Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI atau Asosiasi Televisi Swasta Indonesia)[63]
- Pendiri dan Anggota Dewan Penasihat, Asia Pacific Media Forum sejak 2003[63]
- Bendahara Umum, Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (Ikatan Saudagar Muslim Indonesia)[63]
- The United State – Indonesia Society (USINDO)[63]
- Dewan Penasihat @america sejak 2011[63]
Catatan kaki
- ^ "Ini Susunan Lengkap Pengurus Kadin Indonesia 2015-2020". Diakses tanggal 22 February 2019.
- ^ "Autobiografi Anindya Bakrie". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-24. Diakses tanggal 27 December 2018.
- ^ "6 Fakta Anindya Bakrie". Diakses tanggal 27 December 2018.
- ^ Ardhi Sanjaya, Uyun (12 November 2018). "Kakak Ipar Nia Ramadhani Ulang Tahun, Karier Bisnisnya Tak Kalah Moncer dari Ardi Bakrie". Tribun News Bogor. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ "Indonesia's Bakrie Center Foundation to endow professorship at RSIS, NTU". news.ntu.edu.sg. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ "Anindya Novyan Bakrie - Bakrie Global Ventura". www.bakrieglobal.com. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ "Tumbul 27 Persen Visi Media Asia Bukukan Pendapaatan Rp 2686 Triliun". Tribun News. Diakses tanggal 2021-03-25.
- ^ "Anindya Bakrie, Kenal Bisnis Sejak Balita". Properti Kompas. Kompas. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2015-03-16). "Bakrie Center Foundation Sediakan 120 Beasiswa Pasca Sarjana – VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ "Kadinpedia". www.kadin.id. Diakses tanggal 25 Maret 2021.
- ^ Sukirno (17 December 2015). "Ini Susunan Lengkap Pengurus Kadin Indonesia 2015-2020". Bisnis.com. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ "Anindya Bakrie". World Economic Forum. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ "Anindya Bakrie: Paging for Mr. Obama in Indonesia Actions speak louder than words in international diplomacy". Wall Street Journal. Diakses tanggal 25 Maret 2021.
- ^ "Anindya Bakrie: Indonesia Takes the Stage Jakarta's leadership in Asean paves the way for an expanded global profile". Wall Street Journal. Diakses tanggal 25 Maret 2021.
- ^ Times, I. D. N.; Fathurohman, Irfan. "Ini Lima Fakta Pengusaha Muda Anindya Bakrie". IDN Times. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ "Profil Anindya Bakrie". Diakses tanggal 27 December 2018.
- ^ VIVA, PT VIVA MEDIA BARU- (2017-02-10). "Profil Anindya N Bakrie - VIVA". www.viva.co.id. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ ""Alumni Recognition of Andover"". Diakses tanggal 2021-03-27.
- ^ a b Finance, Detik. "Anindya Bakrie: Saya Spesialis Perusahaan Susah". Detik Finance. Detik. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ "Anindya Novyan Bakrie". World Economic Forum. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ "Anindya Novyan Bakrie". World Economic Forum. Diakses tanggal 2019-03-24.
- ^ Setiawan, Aries. "Bakrie Center Foundation Sediakan 120 Beasiswa Pasca Sarjana". Viva.com. Viva. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ Huang, Elaine. "Southeast Asian Tech Leaders Like Grabs Anthony Tan Now Look to China for EMBA-Education". KR-Asia.com. KR-Asia. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Bakrie & Brothers in spotlight after M&A, debt deals". Reuters. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ "Bakrie & Brothers in spotlight after M&A, debt deals". Reuters. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ Wibowo, Arinto Tri. "Cover Story Warta Ekonomi Revolusi Senyap Anindya Bakrie". Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Lativi Segera Beralih ke ANTV". Detik.com. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Bakrie Jual BTEL Rp 146 Triliun". Investor.ID. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Next Tycoons Anindya Bakrie Assembles a Media Powehous in Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Pemodal Besar Kian Gencar Biayai Start Up". Kontan. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Convergence Plants Seeds Around Indonesia". Convergencevc. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Indonesia Convergence Ventures Announces US 30 Mil Final Closing VC Fund". Digital News. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Star TV Buys into Network in Indonesia". NYTimes. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Indonesia's Telkom to rethink CDMA deal with Bakrie". Reuters. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Indonesian Companies: Bakrie Telecom". Indonesia Investment. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "IDX Company Profile" (PDF). IDX. Diakses tanggal 27 Maret 2020.
- ^ "Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhous in Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "BNBR Jual Saham Bakrie Telecom". Berita Satu. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Anindya Bakrie Konten Kunci Eksistensi Media di Masa Depan". ANTVKlik. ANTV. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Bakrie Jual Sebagian Saham Operator Esia Rp 14 Triliun". Detik.com. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "Anindya Bakrie Konten Kunci Eksistensi Media di Masa Depan". ANTVKlik. ANTV. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ Shmavonian, Karl. "Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia". Forbes. Forbes Asia.
- ^ "STAR TV Buys into Network in Indonesia". NY Times. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ "STAR TV Buys into Network in Indonesia". NY Times. Diakses tanggal 27 Maret 2021.
- ^ Shmavonian, Karl. "Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ Shmavonian, Karl. "Next Tycoons: Anindya Bakrie Assembles a Media Powerhouse In Indonesia". Forbes. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ Nanda Pratama, Aswab. "Path Akan Tutup Layanan, Ini 7 Fakta tentang Jejaring Sosial Itu". Tekno Kompas. Kompas. Diakses tanggal 19 March 2019.
- ^ Media, Kompas Cyber. "Path Resmi Tutup, Layanan Disetop 18 Oktober 2018". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2019-04-05.
- ^ Lismartini, Indah. "Duet Bakrie Bawa Harapan Baru Bagi Bakrie & Brothers". Viva. Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ "Corporate Rulers What Are Indonesia?". Indonesia Investements. Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ Hadyan, Reza. "Bakrie Brothers (BNBR) Siapkan Rencana Ekspansi Tahun Depan". Kontan.com. Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ Malik, Dusep. "Bus Listrik Buatan Bakrie mengaspal di IMF World Bank 2018". Viva. Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ Chopra, Ambika. "VC Firms Indonesia". Inc42.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ "Convergencvc About Us". Convergencvc (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ "Pemodal Besar Kian Gencar Biayai Start Up". Kontan. Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ https://id.investing.com/news/world-news/anindya-bakrie-indonesia-offers-role-model-for-alleviating-disparity-375854
- ^ https://www.wartaekonomi.co.id/read170386/anindya-bakrie-indonesia-offers-role-model-for-alleviating-disparity.html
- ^ https://ekonomi.bisnis.com/read/20181118/9/860948/jokowi-bahas-pembangunan-di-era-digital-dalam-pertemuan-abac
- ^ https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/146983/jokowi-indonesia-akan-jadi-ekonomi-digital-terbesar
- ^ "Anindya Bakrie". Viva News. Diakses tanggal 2021-03-26.
- ^ "Board of Trustees". EFWorld. Diakses tanggal 2021-03-28.
- ^ a b c d e f g h "Anindya Novyan Bakrie Profile". World Economic Forum. Diakses tanggal 2021-03-28.