Lompat ke isi

Sekolah virtual

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 April 2021 10.46 oleh Pejalan08 (bicara | kontrib) (copy-edit)

Sekolah daring (sekolah virtual) mengajar keseluruhan atau sebagian besar proses pembelajaran menggunakan metode virtual. Artinya, interaksi antara murid dan guru tidak perlu dilakukan bertatapan muka secara langsung, atau hanya untuk pelengkap. Sekolah virtual memungkinkan murid untuk memperoleh kredit atau memperoleh ujian yang diakui untuk dapat melanjutkan ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Dalam proses belajar di sekolah virtual dapat menggunakan komputer yang terhubung dengan jaringan internet.[1]

Model Pembelajaran

Di Indonesia yang menggunakan sistem sekolah virtual salah satunya adalah Bina Nusantara University di Jakarta. Bina Nusantara University (Binus) memiliki program belajar khusus untuk mahasiswa secara virtual. Model pembelajaran yang bervariasi, mulai dari pembelajaran jarak jauh yang menyediakan bahan pembelajaran untuk belajar serba mandiri, secara langsung dalam kelas yang interaktif dimana murid atau mahasiswa belajar dengan pengajar dalam satu grup kelas (sinkron). Ukuran kelas berkisar antara grup kecil yang terdiri dari 6 murid atau mahasiswa, untuk mempelajari ratusan pelajaran dengan interaksi pribadi (pembelajaran sinkron) yang dapat berjalan pada grup kecil yang terdiri dari 6-30 murid, sedangkan pembelajaran jarak jauh dapat diikuti oleh beberapa murid, atau mungkin lebih banyak. Hal ini sering diasumsikan bahwa adanya kurang komunikasi sosial pada sekolah virtual, oleh karena itu bagi murid atau mahasiswa yang masih muda menjadi perhatian karena kurangnya interaksi sosial. Model pembelajaran jarak jauh dimana bahan pembelajaran sudah dikirimkan, apakah sudah sesuai atau tidak asumsi ini, sebagai satu-satunya interaksi dengan manusia adalah menandai kerja dengan guru, Dan bahkan banyak yang tidak termasuk dari layanan tersebut. Namun secara langsung, interaktif, pelajaran sekolah virtual dibangun secara sosial. Murid atau mahasiswa berada dalam satu kontak dengan satu sama lain dan pengajar melalui aplikasi yang disediakan oleh sekolah virtual, baik melalui email, maupun dalam pelajaran maupun di luar pelajaran mereka. Siswa juda dapat berkomunikasi melalui telepon, jika diijinkan. Melalui berbagai macam kontak sosial dapat membuat pribadi berkembang. Beberapa sekolah vitual menangani secara khusus dan terutama kasus siswa-siswa muda untuk pelatihan dalam keterampilan sosial, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk pelajaran yang lebih efektif. Dalam fungsi komputer sekarang ini komputer telah berkembang, baik dari perangkat lunak maupun perangkat keras. Perubahan ini disebabkan oleh faktor brainware (manusia) yang terus berubah. Demikian pesatnya perkembangan ini sehingga mampu menciptakan dunia maya atau virtual yang sudah banyak digemari oleh anak-anak, orang dewasa bahkan orang tua sehingga masyarakat tertarik mengikuti sekolah virtual. Komputer adalah alat penghitung khusus hingga mendapatkan hasil yang mutlak. (Gordon, 1973) Komputer juga adalah bagian dari teknologi yang mampu membawa perubahan besar pada kehidupan manusia. Komputer yang sering dipakai siswa dalam menyusun jadwal kelas adalah suatu mesin elektronik yang menerima dan mengolah data sedemikian rupa sehingga menghasilkan informasi dalam bentuk digital yang bisa disimpan dalam memori. Komputer dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu computer digital dan computer analog. Perangkat keras merupakan peralatan di dalam suatu pengolahan data di computer digunakan sebagai instalasi pengolahan data individual. Perangkat keras kurang sempurna dipakai jika tidak ada perangkat lunak di dalamnya. Perangkat lunak merupakan petunjuk-petunjuk yang ditulis oleh manusia untuk mengaktifkan fungsi dari perangkat keras di komputer. (Dermawan, 2012)


Sejarah

Pertengahan 1990-an[2] merupakan munculnya sekolah virtual. Saat ini banyak sekolah virtual merupakan sekolah penyesuaian. Pada awalnya sekolah virtual dimulai dari Australia, Selandia baru, Amerika utara dan United States (Amerika Serikat), secara umum dimana area yang kepadatan penduduknya rendah yang membuat sekolah konvesional menjadi sulit didapat dan mahal. Pada tahun 2008 merupakan tahun dengan angka tertinggi anak yang putus sekolah [2][3] Pada tahun 2008 merupakan tahun dengan angka tertinggi anak yang putus sekolah. Seperti zaman komputerisasi, sejak maraknya metode baru berkurang yang menandakan keterampilan manusia padahal penting untuk menentukan keberhasilan, dalam hal ini mengajar dan kesejahteraan. Dimana retensi ini diakui baik, yaitu disinkronkan, model terstruktur secara sosial; dan dalam program MOOC masalah isolasi dan pembelajaran secara koresponden ditemukan. Kadang-kadang yang disebut dengan pembelajaran jarak jauh, sekolah dengan koresponden menawarkan murid sebuah alternatif tradisional dan pertemuan dalam gedung sekolah. Gedung ini dimanfaatkan untuk menjadi pos layanan bagi interaksi murid dan guru, atau menggunakan dua jalur transmisi radio, atau kadang melalui penyiaran di televisi. Siswa diharapkan untuk dapat mempelajari pembelajaran secara mandiri, dan dalam beberapa kasus, bertemu dengan pengawas untuk diujikan. Sekolah virtual sekarang sudah ada di seluruh dunia. Dalam satu dekade terakhir, instruksi secara virtual mengalami peningkatan di Kanada dan Amerika Serikat.[4] Beberapa sekolah virtual mempunyai hubungan dengan sekolah lainnya (terutama di Amerika serikat), dimana siswa dapat duduk di lab komputer dan dapat mengerjakan tugas mereka secara virtual. Siswa dapat menyelesaikan sekolah di rumah atau mereka dapat memilih belajar secara bermasyarakat, khusus di rumah dan kelas virtual.[5]

Biaya dan Lokasi

Metode virtual sudah terintegrasi dengan ketentuan Negara, biaya mengikuti standar sekolah negeri. Dalam kata lain, biaya harus dipenuhi oleh siswa atau orang tua. Banyak sekolah di Amerika serikat menciptakan layanan virtual sendiri untuk menghindari membayar penyedia dari luar. Sebagai contoh siswa dapat lulus dari daerah mereka sendiri tanpa meninggalkan daerah mereka sendiri. Dalam kebanyakan kasus, siswa diberikan buku elektonik, dan bahkan layanan internet untuk menyelesaikan sekolah di rumah. Dengan sumber daya dari internet sebagai perpustakaan, dan kemudahan dalam membuat bahan pembelajaran secara virtual, biasanya sedikit menggunakan tulisan dari buku manual. Kebanyakan program menggunakan material yang tidak menggunakan biaya, atau sudah termasuk dalam biaya sekolah. Buku teks biasanya digunakan untuk ujian.

Kelebihan dan Kekurangan

Advokasi sekolah virtual dan pembelajaran secara online mempunyai kelebihan antara lain:

  • Berkurangnya biaya dan juga perjalanan yang dibutuhkan; dengan ketergantungan terhadap pelajaran yang lebih besar. Cuaca yang dapat mengganggu perjalanan tidak relevan (meskipun arah tertentu sering terjadi gangguan. Demikian dengan gangguan kesehatan baik itu penyakit ringan ataupun cedera, tidak akan menghentikan belajar, karena tuntutan untuk bertemu secara fisik tidak dibutuhkan. Transkrip pelajaran bisa dipasang dengan absen.
  • Banyak murid yang mempunyai kondisi atau kesehatan pribadi untuk bertemu secara langsung di sekolah tidak memungkinkan, sehingga bisa menggunakan sekolah virtual.
  • Pengaturan terhadap perlakuan intimidasi menjadi mudah, seperti akses ke kelompok dapat langsung disesuaikan ketika masalah dinaikkan misalnya intimidasi dapat dinonaktifkan seperti dibuat hanya bisa sebagai pengamat, tanpa aktif di grup. Mereka juga dapat dinonaktifkan secara langsung berdasarkan penyelidikan. Rekaman dapat digunakan sebagai bantuan investigasi, meskipun hal ini mempunyai sisi privasinya.
  • Individu dan keluarga yang membutuhkan pengaturan yang fleksibel untuk pindah, dapat mencari sekolah virtual sesuai yang dibutuhkan. Bagaimanapun, sikronisasi pelajaran secara langsung tidak memberi batasan pada zona waktu, yang mana sekolah virtual cenderung mengikuti sekolah virtual seperti di Eropa dan di Amerika.
  • Integrasi dari internet yang digunakan dapat menyediakan konten data yang diperlukan, dan murid atau siswa dapat mahir melalui riset secara online. Dengan begitu, siswa dapat mengasah kemampuan dan ambisi, yang mana dapat mengembangkan yang mereka sukai dengan menggunakan sumber daya internet.
  • Sekolah virtual bisa menjadi alat untuk usia, penampilan, dan latar belakang yang tidak jelas. Grup ini bisa di kategorikan ke dalam kemampuan pribadi.
  • Siswa atau murid mendapatkan keuntungan dari pemaparan pada budaya lain yang ada di dunia, dimana mempunyai sejarah, geografi, kepercayaan dan politik, dan mengembangkan kemampuan sosial.
  • Pekerjaan paruh waktu yang dimiliki siswa, merupakan keuntungan dari jadwa fleksibilitas sekolah virtual, meskipun banyak yang tidak dapat mengerti secara langsung dengan menggunakan pembelajaran virtual.


Tidak seperti sekolah pada umumnya, murid di sekolah virtual tidak selalu berinteraksi dengan pengajar, sementara di lain waktu di sekolah pada umumnya dan menggunakan cara yang berbeda. Oleh karena itu, sekolah virtual tidak dianggap sebagai program pembelajaran secara langsung. Karena murid tidak berinteraksi dengan guru dengan tatap muka secara langsung, dan para pengkritik sering menyindir “kurangnya sosialisasi” sebagai sebuah kekurangan dari pembelajaran secara virtual. Beberapa sekolah virtual termasuk grup pembelajaran di internet yang mana interaksi dilakukan secara online. Murid dapat bertemu di grup menggunakan chat atau cara lain secara online. Bukti baru baru ini di berikan oleh salah satu sekolah virtual yang menggunakan pembelajaran virtual dimana sosialisasi menjadi berbeda, yang merupakan salah satu kekurangan. Sehinggan hal ini dianjurkan untuk murid yang terdaftar di sekolah virtual terlibat kegiatan sosial di luar sekolah, terutama untuk anak-anak yang sekolah di rumah. Anggapan lain kekurangan dari pembelajaran jarak jauh menjadi tambahan untuk siswa untuk tetap fokus di rumah, dan banyak siswa melaporkan ketinggalan pada tugas yang merupakan aspek sulit di pembelajaran secara virtual. Banyak siswa tertarik untuk sekolah secara virtual karena berbagai alasan, khususnya orang yang selalu berpergian ke berbagai lokasi, yang mana dapat dilakukan pada sekolah virtual. Kritikus berpendapat bahwa sekolah virtual harus dianggap serius, karena program virtual harus mematuhi hukum yang yang berlaku. Salah satu cara yang dilakukan sekolah virtual agar dapat efektif adalah dengan cara mengimplementasi standar yang berlaku di sekolah pada umumnya kepada murid-muridnya. Untuk mengatasi kritik ini, Asosiasi K-12 Pembelajaran Virtual International (iNACOL) mengembangkan standar yang dikeluarkan pada September 2007, dan di ubah pada 12 october 2011. Beberapa orang percaya bahwa ini adalah salah satu langkah penting untuk memantau program virtual, tetapi dimana setiap sekolah virtual harus terakreditasi, kualitas akreditas bervariasi secara signifikan. Misalnya, AACSB merupakan lembaga akreditas untuk sekolah bisnis dan tidak ada sekolah virtual menerima akreditas dari agensi.

Berkenaan dengan sekolah itu sendiri, mereka juga melihat keuntungan untuk menawarkan sekolah virtual. Ketika sebuah sekolah kecil atau pedesaan tidak memiliki staf pengajar yang tersedia atau kemampuan untuk mengajar kursus yang mereka akan dinyatakan tidak dapat mengajar, sekolah virtual melihat kesempatan ini.

Kerugian untuk sekolah virtual termasuk biaya pembangunan, perbedaan dalam akses karena kesenjangan secara digital, serta isu-isu mengenai akreditasi. Tidak semua orang memiliki akses ke teknologi digital yang akan memungkinkan mereka untuk menghadiri sekolah virtual,[2][6] meskipun dalam beberapa kasus, perpustakaan lokal atau program komunitas mungkin menawarkan akses ke komputer dan bahan penelitian. Juga, dalam hal kekurangan, karena fakta bahwa sekolah virtual masih relatif baru, jarang ada metode yang mengevaluasi efektivitas sekolah virtual.[6]

Pada tahun 2011, sebuah laporan di rilis oleh universitas Stanfors melalui penelitian pada hasil pendidikan (CREDO) yang dibandingkan dengan kinerja siswa di Sekolah Pennsylvania terhadap kinerja mereka pada masyarakat. Penelitian ini menemukan bahwa murid di sekolah Pennsylvania bisa “dikatakan lebih buruk” daripada sekolah pada umumnya pada mata pelajaran membaca dan matematika, meskipun memiliki keuntungan seperti keluarga yang makmur. Penelitian ini menunjukan beberapa faktor kunci, termasuk rasio guru kepada murid, akuntabilitas rendah terhadap absensi murid, dan tinggi angka dropout murid karena kurangnya keberhasilan kontribusi sekolah.

Lihat juga

Referensi