Lompat ke isi

Solusi Bangun Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.
Anak perusahaan BUMN diperdagangkan publik
Kode emitenIDX: SMCB
IndustriSemen
Didirikan1971
Kantor
pusat
Indonesia
Cabang
4 pabrik
Tokoh
kunci
Aulia Mulki Oemar (CEO), Fadjar Judisiawan (Presiden Komisaris)
ProdukSemen
MerekDynamix
PendapatanRp 9.45 Triliun (2016)
Rp - 8.95 Milyar (2016)
Rp - 285 Milyar (2016)
Total asetRp 19.763 Triliun (2016)
Total ekuitasRp 8.06 Triliun (2016)
Karyawan
2.638 (2016)
IndukSemen Indonesia
Situs websolusibangunindonesia.com

PT Solusi Bangun Indonesia Tbk. (SBI, IDX: SMCB, beroperasi dengan merek dagang Dynamix) adalah perusahaan produsen semen di Indonesia, dan merupakan anak perusahaan dari Semen Indonesia Group (SIG).

SBI menjalankan usaha yang terintegrasi dari semen, beton siap pakai, dan produksi agregat. SBI mengoperasikan empat pabrik semen di Narogong (Jawa Barat), Cilacap (Jawa Tengah), Tuban (Jawa Timur), dan Lhoknga (Aceh), dengan total kapasitas 14,5 juta ton semen per tahun, dan mempekerjakan lebih dari 2.400 orang.

Dahulu perusahaan ini bernama Semen Cibinong dan pernah mengakuisisi Semen Nusantara. Perusahaan diakuisisi oleh Holcim pada 2006. Pada tahun 2018, perusahaan ini dibeli oleh Semen Indonesia dan mulai September 2019, Holcim Indonesia berganti nama menjadi Dynamix dengan nama perusahaan PT Solusi Bangun Indonesia Tbk.

Sejarah

Semen Cibinong

Pada tahun 1962, Direktorat Geologi Departemen Pertambangan RI membentuk tim survei studi kelayakan pembangunan pabrik semen di Jawa Barat. Semen Gresik bekerja sama dengan Direktorat Geologi menandatangani kerja sama penelitian bahan baku semen di daerah Klapanunggal, Bogor. Proyek tersebut berlangsung mulai dari Juni hingga Desember dengan bantuan pendanaan dari International Finance Corporation.[1]

Pada 1971, PT Semen Tjibinong didirikan. Kaiser Cement and Gypsum Corporation bertindak selaku konsultan pembangunan pabrik, dan direalisasikan oleh kontraktor Indonesia dan Mitsubishi Heavy Industries Jepang.[1] Pada Agustus 1975, PT Semen Cibinong dan Indocement selesai dibangun dan diresmikan oleh Presiden RI Soeharto.[1] Perusahaan ini memproduksi semen portland dengan merek Semen Kujang. Pada 8 Agustus 1977, perusahaan ini melepaskan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dengan singkatan emiten SMCB. SMCB mencatatkan diri sebagai salah satu perusahaan pertama yang diperdagangkan secara publik di Indonesia dengan menerbitkan 178.750 saham dengan harga Rp10.000,00 per lembar.[2][3]

Pada 1987-1988, perusahaan ini sempat dijual ke Hanson, lalu jatuh ke tangan PT Tirtamas Majutama milik Hashim Djojohadikusumo sehingga mengubahnya menjadi penanaman modal dalam negeri (PMDN).[4] Banyak usaha milik Djojohadikusumo yang dijaminkan untuk bisnis lain lewat bank. Pada 2002, pascakrisis ekonomi, Djojohadikusumo tersandung kasus BLBI karena dana yang harus dikucurkan ke kreditur justru mengalir ke grup usahanya sendiri.[5]

Semen Nusantara dan akuisisi lainnya

Semen Nusantara adalah perusahaan semen yang berpusat di Cilacap.[3] Perusahaan tersebut didirikan oleh tiga pemilik modal yaitu PT Gunung Ngadeg Jaya dari Indonesia dan dua perusahaan Jepang Onoda Cement dan Mitsui pada 4 Maret 1974. Dalam operasinya, perusahaan ini berbekal beberapa konsesi izin untuk melakukan penambangan kapur dan tanah liat di Nusakambangan, Desa Tritih Wetan, serta pabrik di Desa Karangtalun. Peletakan batu pertama pabrik Semen Nusantara dilakukan pada 19 Juni 1975 dan diresmikan 5 April 1977.[6]

Pada 1 September 1977, Semen Nusantara mulai berproduksi secara komersial. Perusahaan ini menggunakan mesin-mesin yang didatangkan dari Prancis, Jerman, Jepang, dan Denmark serta mempekerjakan 1.800 karyawan Indonesia dan 150 karyawan asing selaku tenaga ahli.[6] Semen yang diproduksi oleh Semen Nusantara adalah jenis semen portland Type I dengan merek Semen Borobudur.[3]

Selain memproduksi semen, Semen Nusantara bekerja sama dengan Perusahaan Jawatan Kereta Api untuk mengangkut semen. PJKA kemudian membangunkan jalur menuju pabrik semen tersebut dari Stasiun Gumilir. Semen Nusantara juga memiliki satu unit lokomotif pelangsir, diberi nomor seri BB305 01 buatan pabrik Nippon Sharyo Jepang. Namun saat ini lokomotif tersebut sudah tidak beroperasi.[7]

Pada 14 Juli 1993, Semen Cibinong resmi mengakuisisi Semen Nusantara, setelah sebelumnya mengubah statusnya dari patungan Indonesia-Jepang menjadi sepenuhnya PMDN pada 10 Juni tahun yang sama.[6] Pada 1995, Semen Cibinong membeli pabrik Semen Dwima Agung di Tuban, dan menjadikannya Semen Cibinong Unit Tuban.[3]

Diakusisi Holcim

Logo Holcim

Holcim (LafargeHolcim) melirik Semen Cibinong dan menjadi pemegang sahamnya pada 13 Desember 2001.[8] Perusahaan ini mengubah namanya menjadi PT Holcim Indonesia Tbk. pada 1 Januari 2006, setelah Holcim mengakuisisi saham perusahaan sebanyak 77,33%.

Diakusisi Semen Indonesia

Logo produk semen Dynamix

Referensi

Kutipan

  1. ^ a b c Ariwibowo 2017, hlm. 56-57.
  2. ^ "Semen Cibinong, Jejak Langkah Emiten Pertama BEI | Market". Bisnis.com (dalam bahasa Inggris). 2018-07-24. Diakses tanggal 2021-05-31. 
  3. ^ a b c d Arief, Irvin Avriano. "SMCB: Dari Soeharto, Hashim Djojohadikusumo hingga Jokowi". market. Diakses tanggal 2021-05-31. 
  4. ^ Administrator (1987-12-12). "Akhirnya Cibinong di Tangan Hasyim". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-05-31. 
  5. ^ News, Tagar (2017-12-23). "Profil Hashim Djojohadikusumo, Mendadak Ekspor Lobster". TAGAR. Diakses tanggal 2021-05-31. 
  6. ^ a b c Puspitasari 2005, hlm. 39-40.
  7. ^ "Heritage - Kereta Api Indonesia". heritage.kereta-api.co.id. Diakses tanggal 2021-05-31. 
  8. ^ "Semen Cibinong Berubah Jadi Holcim Indonesia". detikfinance. Diakses tanggal 2021-05-31. 

Daftar pustaka

Pranala luar