Lompat ke isi

Amir Syarifuddin (akademikus)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Amir Syarifuddin
Berkas:Amir Syarifuddin & Irwan Prayitno.jpg
Lahir(1937-05-09)9 Mei 1937
Belanda Pakan Sinayan, Banuhampu, Agam, Hindia Belanda
KebangsaanIndonesia Indonesia
PekerjaanPengajar, politisi
Dikenal atasRektor IAIN Imam Bonjol
Anggota MPR RI
Suami/istriAfni Bustami

Prof. Dr. H. Amir Syarifuddin (lahir 9 Mei 1937)[1][2] adalah seorang ahli hukum Islam, pengajar dan politisi Indonesia. Ia pernah menjabat Rektor IAIN Imam Bonjol, Ketua MUI Sumatra Barat, anggota penasihat MUI Pusat, serta anggota MPR RI.[3]

Riwayat

Kehidupan pribadi

Amir Syarifuddin lahir pada tahun 1937 di Pakan Sinayan, Banuhampu, Agam, pada masa Hindia Belanda.[3] Amir menikah lagi pada 29 Juli 1977 dengan Afni Bustami yang juga seorang akademisi. Ia menikahi adik dari istri pertamanya yang telah lebih dulu meninggal dunia.[4]

Karier

Prof. Amir pernah menjabat sebagai Rektor Institut Agama Islam Negeri Imam Bonjol (IAIN Imam Bonjol) Padang, Sumatra Barat, menggantikan H. Hasnawi Karim yang menjabat Caretaker Rektor sepanjang 1982-1983.[5] Ia menjabat Rektor IAIN Imam Bonjol yang ke-9 selama dua periode (1983-1993) sebelum digantikan oleh rektor berikutnya, Dr. H. Mansur Malik.[3][5] Ia juga dikenal sebagai pendiri dan juga Direktur Pascasarjana IAIN Imam Bonjol.[3]

Sebagai politisi, Amir Syarifuddin pernah menjadi anggota MPR RI selama dua periode pada masa-masa sebelum kejatuhan Orde Baru (tahun 1999). Sebagai ulama, ia juga dipercaya menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat periode 1995-2000, serta sebagai salah seorang anggota penasihat MUI Pusat periode 2010-2015. Sedangkan sebagai Guru Besar, Prof. Amir pernah pula menjadi profesor pelawat pada Fakultas Pengkajian Islam Universitas Kebangsaan Malaysia (UKM), Selangor, Malaysia.[3]

Pada tahun 1984 salah satu karya tulisnya yang berjudul Pelaksanaan Hukum Kewarisan Islam di Minangkabau mendapat penghargaan dari Depdikbud RI sebagai buku terbaik di bidang ilmu sosial.[3]

Referensi