Lompat ke isi

Awar-awar

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Juni 2021 07.22 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>"))
Awar-awar
Ki ciyat, Ficus septica
di Darmaga, Bogor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
(tanpa takson):
(tanpa takson):
(tanpa takson):
Ordo:
Famili:
Genus:
Subgenus:
Sycomorus
Spesies:
F. septica
Nama binomial
Ficus septica
Sinonim
Daftar
    • Ficus verrucosa
    • Ficus leucantatoma
    • Ficus venosa
    • Ficus leucopleura
    • Ficus leucosticta
    • Ficus rapiformis
    • Ficus radiata
    • Ficus hauilii
    • Covellia stictocarpa
    • Ficus geminifolia
    • Ficus oldhamii
    • Ficus philippinensis
    • Ficus casearia
    • Ficus didymophylla
    • Ficus laxiramea
    • Ficus kaukauensis
    • Ficus brunea
    • Ficus linearis
    • Ficus laccifera

Awar-awar (Ficus septica) adalah sejenis tumbuhan yang termasuk kerabat beringin, anggota suku Moraceae. Perdu atau pohon kecil ini biasa ditemukan di hutan semak atau di tempat-tempat yang meliar, di seluruh wilayah Malesia kecuali Semenanjung Malaya; getahnya yang terkandung pada akar, ranting, daun dan buahnya dimanfaatkan untuk mengobati keracunan dan sakit pencernaan. Nama-nama daerahnya, di antaranya, awar-awar (Jw., Bl.); bar-abar (Md.); ki ciyat (Sd.); sirih popar (Amb.); daussalo (Bug.); tobo-tobo (Mak.); tagalolo (Minh., Ternate); bobulutu (Gal.).[2]

Pengenalan

Kuncup dengan sepasang daun penumpu

Pohon atau perdu, tegak, biasanya tinggi 1-5 m,[3] walaupun di hutan bisa hingga 25 m.[4] Ranting-ranting bulat torak, berongga, gundul. Bila dilukai, mengeluarkan getah kuning muda atau hampir tak berwarna.[3]

Daun penumpu sepasang, besar, runcing. Daun-daun berseling atau berhadapan, dengan tangkai sepanjang 2,5-5 cm. Helaian daun besar, jorong bundar telur, 9-30 × 9–16 cm, pangkalnya membulat dan ujungnya menyempit tumpul, bertepi rata, sisi atas berwarna hijau tua dengan pertulangan daun berwarna pucat keputih-putihan, dengan 6-12 tulang daun sekunder, sisi bawah hijau muda. Buah periuk (syconium) berpasangan, tunggal, atau mengelompok hingga 4 butir, bertangkai pendek, pangkalnya dengan 3 daun pelindung, hijau muda atau hijau abu-abu, garis tengahnya lk. 1,5 cm.[3]

Agihan dan ekologi

Buah periuk

Awar-awar menyebar luas mulai dari Kepulauan Ryukyu di utara, Taiwan, seluruh kawasan Malesia (kecuali Semenanjung Malaya), Kepulauan Solomon hingga Vanuatu, dan Queensland di Australia bagian utara. Perdu ini biasa didapati di hutan-hutan hujan sekunder pada berbagai macam tipe tanah, hingga ketinggian 1800 m dpl.[5] Juga acap didapati di semak-semak, tepi jalan,[3] tepi sungai atau saluran air, dan lain-lain.

Ficus septica diserbuki oleh tawon agonid dari marga Ceratosolen. Biasanya jenis-jenis tawon agonid atau tawon beringin ini spesifik, satu spesies Ficus secara khusus diserbuki oleh satu spesies tawon. Akan tetapi untuk Ficus septica, baru-baru ini diketahui diserbuki oleh tiga spesies tawon, sebagaimana yang teramati di Taiwan selatan[6] dan dua spesies di Filipina.[7]

Pada pihak lain, buah awar-awar menjadi makanan bagi 22 spesies binatang, 14 jenis di antaranya adalah kelelawar. Kelelawar-kelelawar pemakan buah atau codot (Megachiroptera) itu sekaligus menjadi vektor pemencar biji-bijinya.[8]

Jenis-jenis hewan itu, yalah:

Manfaat

Akar, serta getah yang terkandung di daun-daun dan buahnya dipercaya berkhasiat obat. Di Filipina, daunnya dipakai untuk mengatasi reumatik, dan merangsang keluarnya keringat (sudorifika) untuk meringankan sakit kepala. Akarnya dipakai sebagai tapal luka bakar, dan rebusannya digunakan sebagai peluruh kemih (diuretika). Di Papua Nugini, daunnya dimanfaatkan untuk mengobati pilek, batuk, demam, serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh bakteria dan jamur; kepingan akar atau daun yang dicampur dengan air dan diminum dipakai untuk mengobati disentri atau diare. Akar yang dilumatkan, dicampur dengan air kelapa, diminum setiap hari untuk menyembuhkan infeksi saluran kemih.[5]

Akar siri boppar ini, menurut Rumphius, dapat digunakan sebagai obat anti-racun (antidota); misalnya untuk mengatasi keracunan karena memakan jenis ikan atau ketam (yuyu, kepiting) tertentu, atau keracunan umbi gadung. Akar ini, dicampur dengan akar pisang suanggi dan akar alang-alang, digunakan pula sebagai perangsang muntah (emetika). Getahnya tajam, dapat menimbulkan bisul-bisul bila terkena kulit, namun dapat dipakai untuk mengatasi herpes, kurap atau lain-lain penyakit kulit yang tidak sembuh-sembuh.[9]

Pada masa lalu, getah dari daun yang dipanaskan dalam abu juga diteteskan untuk menyembuhkan sakit telinga yang tuli. Akarnya sebagai anti-racun apabila terkena tusukan duri ikan yang berbisa. Daunnya, setelah diproses, juga digunakan sebagai subal atau campuran candu.[2]

Catatan kaki

  1. ^ Burman, N.L. 1768. Flora Indica: cui accedit series zoophytorum Indicorum, nec non prodromus florae Capensis: 226. Amstelaedami :Apud Johannem Schreuderum ;1768.
  2. ^ a b Heyne, K.. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia II: 695-6. Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. Jakarta. (versi berbahasa Belanda -1916- 2:68-9; sebagai Ficus leucantatoma Poir.)
  3. ^ a b c d van Steenis, C.G.G.J. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. PT Pradnya Paramita. Jakarta. Hal. 177.
  4. ^ Berg, C.C. & Corner E.J.H. (2005). "Moraceae". Flora Malesiana. I. 17. ISBN 1-930723-40-7. 
  5. ^ a b Rojo, J.P., F.C. Pitargue, & M.S.M. Sosef. 1999. Ficus L. in Padua, L.S., N. Bunyapraphatsara, & R.H.M.J. Lemmens (Eds.) Plant Resources of South-East Asia 12(1) - Medicinal and poisonous plants 1: 288. Prosea Foundation, Bogor.
  6. ^ Lin, R.-C., Yeung, C.K.-L., Fong, J.J., Tzeng, H.-Y. & Li, S.-H. (2011). "The lack of pollinator specificity in a dioecious fig tree: sympatric fig-pollinating wasps of Ficus septica in southern Taiwan". Biotropica. 43: 200–07. doi:10.1111/j.1744-7429.2010.00686.x. 
  7. ^ L. Conchou, L. Cabioch, L. J. V. Rodriguez, F. Kjellberg (2014). "Daily rhythm of mutualistic pollinator activity and scent emission in Ficus septica: Ecological differentiation between co-occurring pollinators and potential consequences for chemical communication and facilitation of host speciation". PLoS ONE. 9: e103581. doi:10.1371/journal.pone.0103581. 
  8. ^ Shanahan, M.; Compton, S. G.; So, S. & Corlett, R. (2001). PDF fulltext "Fig-eating by vertebrate frugivores: a global review" Periksa nilai |url= (bantuan). Biological Reviews. 76 (4): 529–72. doi:10.1017/S1464793101005760. PMID 11762492. 
  9. ^ Rumpf, G.E. 1743. Herbarium Amboinense: plurimas conplectens arbores, frutices, ... Pars III: 153, Tab. 96. Amstelaedami :apud Franciscum Changuion, Hermannum Uttwerf. MDCCXLIII.

Pranala luar