Lompat ke isi

Katang belang-banyak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Juni 2021 08.27 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>"))
Bungarus multicinctus (Many-banded krait)
Bungarus multicinctus Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN191957 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found.
SpesiesBungarus multicinctus Edit nilai pada Wikidata
Blyth, 1861
Distribusi

Wilayah persebaran Bungarus multicinctus.

Bungarus multicinctus dalam bahasa Inggris disebut many-banded krait, atau Taiwanese krait, atau Chinese krait, adalah spesies ular elapid yang sangat berbisa, dapat ditemukan di sebagian besar wilayah Republik Rakyat Tiongkok dan Asia Tenggara. Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh ilmuwan Edward Blyth pada tahun 1861.

Spesies ular ini memiliki dua subspesies yang telah dikenal, dinominasikan dengan nama ilmiah "Bungarus multicinctus multicinctus" dan "Bungarus multicinctus wanghaotingi".[4] Habitatnya sebagian besar menghuni daerah berawa di seluruh wilayah persebarannya, meskipun dapat juga berada dalam tipe habitat lainnya. Ular ini telah digunakan sebagai sumber modifikasi glikoprotein sehingga memungkinkan koronavirus 2019-nCoV menginfeksi manusia, menyebabkan wabah koronavirus baru 2019–2020 yang dimulai dari Tiongkok.[5]

Spesimen setelah ganti kulit.
Bungarus multicinctus di Taiwan.


Referensi

  1. ^ Ji, X.; Rao, D.-q. & Wang, Y. (2012). "Bungarus multicinctus". 2012: e.T191957A2020937. doi:10.2305/IUCN.UK.2012-1.RLTS.T191957A2020937.en. 
  2. ^ "Bungarus". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 4 January 2014. 
  3. ^ "Bungarus multicinctus". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 4 January 2014. 
  4. ^ "Bungarus multicinctus". Integrated Taxonomic Information System. Diakses tanggal 13 July 2014. 
  5. ^ Cross‐species transmission of the newly identified coronavirus 2019‐nCoV