Filsafat perenial
Filsafat perenial (Latin: philosophia perennis), [note 1] yang juga disebut Perenialisme, adalah sebuah sudut pandang dalam filsafat agama yang meyakini bahwa setiap agama di dunia memiliki suatu kebenaran yang tunggal dan universal yang merupakan dasar bagi semua pengetahuan dan doktrin religius.
Gagasan perenialisme sudah ada sejak zaman kuno dan dapat ditemui dalam berbagai agama dan filsafat dunia. Istilah philosophia perennis pertama kali digunakan oleh Agostino Steuco (1497–1548),[1] yang mendasarkannya dari tradisi filosofis yang sebelumnya sudah ada, yaitu dari Marsilio Ficino (1433–1499) dan Giovanni Pico della Mirandola (1463–94).
Pada akhir abad ke-19, gagasan ini dipopulerkan oleh pemimpin Masyarakat Teosofis seperti H. P. Blavatsky dan Annie Besant dengan nama "Kebijaksanaan-Agama" atau "Kebijaksanaan Kuno".[2] Pada abad ke-20, gagasan ini dipopulerkan di negara-negara berbahasa Inggris oleh Aldous Huxley dengan bukunya The Perennial Philosophy, dan juga tulisan dari sekelompok pemikir yang kini dikenal dengan nama Mazhab Tradisionalis.
Sudut pandang ini bertentangan dengan saintisme dalam masyarakat sekuler modern.
Catatan
- ^ lebih lengkapnya, philosophia perennis et universalis; yang kadang disingkat menjadi sophia perennis atau religio perennis
Catatan kaki
Pranala luar
- Kabbalah and the Perennial Philosophy Diarsipkan 2008-12-27 di Wayback Machine.
- Slideshow on the Perennial Philosophy
- The End of Philosophy Diarsipkan 2009-12-08 di Wayback Machine. by Swami Tripurari
- Religious Pluralism and the Question of Religious Truth in Wilfred C. Smith
- James S. Cutsinger Perennial Philosophy and Christianity