Lompat ke isi

Pura Kutri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Agustus 2021 06.51 oleh HsfBot (bicara | kontrib) (v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>"))
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Kutri adalah nama suatu kompleks pura, terdiri dari 3 bagian, yaitu Pura Puseh, bagian Pura Bukit Darma, dan Pura Kadarman. Ketiganya bagian dari Pura Bukit Darma. Dari luar menuju halaman tengah, disambung dengan pintu bernama Kori Agung. Di depan pintu, pengunjung disambut dengan sepasang arca Dwarapala dan arca gajah. Di dalamnya ada lima bangunan dari halaman tengah ke lebih dalam lagi, harus melewati pintu yang dijaga sepasang arca kuda yang sedang duduk, ditemani arca sepasang naga. Di dalamnya juga ada lima bangunan, salah satunya arca Buddha dalam posisi bhumisparsa mudra, artinya tangan kanan posisinya waramudra, tangan kiri dhyanamudra. Lalu ada arca Ganesha dan Lingga. Total ada 5 archa dan semuanya diletakkan di atas pelinggih.

Untuk melihat arca Durga Mahisasurmaradani, kita harus melewati pintu yang dihiasi arca Mahakala dan Nacaiswara, juga sepasang arca harimau. Lalu kita harus mendaki tangga yang lumayan tinggi dan panjang, barulah sampai ke Pura Kadarman. Di situlah arca Durga Mahisasuramardini berada.

Terletak di Dusun Kutri, Desa Buruan, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar, Bali.

Pura Puseh

[sunting | sunting sumber]

Untuk menuju Pura Puseh, kita harus melalui pintu masuk Candi Bentar. Area tersebut dijaga sepasang arca Dwarapala. Di halaman dalamnya terdapat banyak bangunan lagi, salah satunya disebut Gedong Tertutup. di dalamnya disimpan arca batu Bodhisattwa Amoghapasa. i.[1]

Pura Kedarman

[sunting | sunting sumber]

Bangunannya kecil, terletak di puncak bukit karang, di atas Pura Bukit Dharma dan Pura Puseh Bale Agung. Arca Durga Mahisasuramardini yang bertangan delapan ada di sana. Tangan kanannya memegang cakra, memegang ekor kerbau Mahisa, dhanu (busur), khetaka (perisai), khadga (pedang), . Tangan kirinya memegang khetaka (perisai), dhanu (busur), rambut raksasa Mahisa, dan sangkha. Arca ini tinnginya 2,2 meter, langsing, mahkotanya sudah aus, seolah memakai baju tipis. Diduga arca ini adalah perwujudan ibunda Erlangga, yaitu Raja putri Gunapriyadharmapatni. Selain itu ada arca Durga Mahisasuramardini dengan delapan tangannya, kelopak teratai dengan potongan 2 kaki yang patah sampai mata kaki.Arca lainnya yang ada di Pura ini adalah arca Ganesa, dan arca sepasang terompah. Keduanya ada dalam satu lapik. Ada pula lingga kembar dan beberapa fragmen arca.

Ahli sejarah Stutterheim, mengelompokkan arca-arca di Pura Bukit Darma ini pada periode abad 10-13 Masehi.

Arca Bodhisattwa Amoghapasa yang ada di Pura Puseh dipercaya sebagai jelmaan raja Dharmawangsawardhana yang memerintah tahun 1022 - 1049, menggantikan raja Udayana. Tapi ada juga yang berpendapat bahwa arca tsb perwujudan raja Erlangga, karena Erlangga wafat pas tahun 1049. dan Erlangga juga punya nama lain Dharmawangsasa. Erlangga juga disebut sebagai pengganti raja Udayana. Sehingga disimpulkan Dharmawangsawardhana dan Erlangga adalah orang yang sama. Artinya Erlangga tidak cuma berkuasa di Jawa, tapi sampai ke Bali.

Ritual Budaya

[sunting | sunting sumber]

Pada hari Piodalan sebagian arca mewakili pantheon budaya Hindu dan Buddha. Arca Lingga dan Ganesha mewakili budaya Hindu, sedangkan arca Bodhisattwa dan Dhyani mewakili budaya Buddha.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Sedyawati, Edi, 1938-. Candi Indonesia. Latief, Feri,, Indonesia. Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman, (edisi ke-Cetakan pertama). [Jakarta]. ISBN 978-602-17669-3-4. OCLC 886882212.