Surya Majapahit
Surya Majapahit (Matahari Majapahit) adalah lambang yang kerap ditemukan di reruntuhan bangunan yang berasal dari masa Majapahit. Lambang ini mengambil bentuk Matahari bersudut delapan dengan bagian lingkaran di tengah menampilkan dewa-dewa Hindu. lambang ini membentuk diagram kosmologi yang disinari jurai Matahari khas "Surya Majapahit",[1] atau lingkaran Matahari dengan bentuk jurai sinar yang khas. Karena begitu populernya lambang Matahari ini pada masa Majapahit, para ahli arkeologi menduga bahwa lambang ini berfungsi sebagai lambang negara Majapahit.
Dewa-dewa Hindu
Bentuk paling umum dari Surya Majapahit terdiri dari gambar sembilan dewa dan delapan berkas cahaya Matahari. Lingkaran di tengah menampilkan sembilan dewa Hindu yang disebut Dewata Nawa Sanga. Dewa-dewa utama di bagian tengah ini diatur dalam posisi delapan arah mata angin dan satu di tengah. Dewa-dewa ini diatur dalam posisi:
- Tengah: Siwa
- Timur: Iswara
- Barat: Mahadewa
- Utara: Wishnu
- Selatan: Brahma
- Timur laut: Sambhu
- Barat laut: Sangkara
- Tenggara: Mahesora
- Barat daya: Rudra
Dewa-dewa pendamping lainnya terletak pada lingkaran luar Matahari dan dilambangkan sebagai delapan jurai sinar Matahari:
- Timur: Indra
- Barat: Baruna
- Utara: Kuwera
- Selatan: Yama
- Timur laut: Isana
- Barat laut: Bayu
- Tenggara: Agni
- Barat daya: Nrtti
Lambang ini digambar dalam berbagai variasi bentuk, seperti lingkaran dewa-dewa dan sinar Matahari, atau bentuk sederhana Matahari bersudut delapan, seperti lambang Surya majapahit yang ditemukan di langit-langit Candi Penataran.[2] Dewa-dewa ini diatur dalam bentuk seperti mandala. Variasi lain dari Surya Majapahit berupa Matahari bersudut delapan dengan gambar dewa Surya di tengah lingkaran tengah mengendarai kuda atau kereta perang. Ukiran Surya Majapahit biasanya dapat ditemukan di tengah langit-langit Garbhagriha (ruangan tersuci) dari beberapa candi seperti Candi Bangkal, Sawentar, dan Candi Jawi. Ukiran Surya Majapahit juga kerap ditemukan pada stella, ukiran Halo atau Aura, pada bagian belakang kepala arca yang dibuat pada masa Majapahit. Ukiran ini juga ditemukan di batu nisan yang berasal dari masa Majapahit, seperti di Trowulan.
Referensi
Umum
- Pameran "Kejayaan Kerajaan-kerajaan Kuno Indonesia" di Istana Anaka-anak Taman Mini Indonesia Indah yang menampilkan artifak Majapahit koleksi museum Trowulan.
- ^ Bullough Nigel, (1995). Historic East Java, Remains in Stone, 50th Anniversary of Indonesia Commemorative Edition. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 109.
- ^ Bullough Nigel, (1995). Historic East Java, Remains in Stone, 50th Anniversary of Indonesia Commemorative Edition. Jakarta: ADLine Communications. hlm. 91.