Lompat ke isi

Suku Saibatin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Agustus 2021 03.44 oleh 182.3.100.132 (bicara) (memperbaiki ketikan)
Siger Suku Saibatin
Siger bahasa lampung nya (seger, sigokh) Suku Saibatin yang dipakai penganten perempuan
Informasi umum
Gaya arsitekturMahkota Siger Suku Saibatin
KotaLampung

Suku Saibatin (Aksara Lampung: ) adalah Masyarakat Adat yang bermukim di wilayah Atap Sang Bumi Ruwa Jurai[1] Provinsi Lampung. sejak dahulu mereka tidak memiliki kebiasaan transmigrasi, Rumah tradisional mereka adalah Rumah Panggung yang dimaksudkan untuk melindungi si pemilik rumah dari binatang buas, rumah- rumah asli tradisional ini masih dapat kita jumpai hingga saat ini di Kabupaten Lambung Barat, Provinsi Lampung. Suku Belalau adalah Suku-suku yang berasal dari tengkuk bukit sulang humakha Way Semaka dan Way Tippon sebagaimana suku-suku lainnya.. Suku adat dan budaya Saibatin mendiami daerah Pegunungan dan pesisir pantai tanah Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga barat. Siger Saibatin adalah Siger 7 (tujuh) yang dipakai pengantin perempuan. Siger Mahkota pengantin 7 (tujuh) siger pengantin yang di pakai pengantin laki-laki.

Berbeda dengan Komunitas Budaya Pepadun, Komunitas Adat dan Budaya Saibatin atau Peminggir menganut sistem kekerabatan patrilineal. Dengan demikian, masyarakat adat Suku Lampung saibatin dalam satu kelompok hanya ada satu batin atau memiliki satu junjungan yang menjadi pemimpin tertinggi. Kedudukan adat hanya bisa diwariskan melalui garis keturunan lurus tak terputus dari tertua atau garis Ratu. Meski demikian, Komunitas Adat dan Budaya Saibatin memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi.[2]

Sejarah

Sebagaimana asal-usul masyarakat Suku-suku Indonesia yang lain. Suku-suku Lampung merupakan bagian dari bangsa Austronesia yang leluhurnya diperkirakan berasal dari kepulauan Formosa yang bermigrasi ke Kepulauan Filipina, Sumatra Bagian Pesisir Utara, Sulawesi, Kalimantan dan kemudian berakhir di Selatan Sumatera. Dalam studi bahasa yang pernah dilakukan, Etnis Lampung memiliki akar kesamaan bahasa dengan masyarakat tradisional Puyuma di kepulauan Formosa.

Beberapa catatan sejarah dari Tiongkok menuliskan, bahwa pada abad ke VII masyarakat telah membicarakan suatu wilayah didaerah Selatan (Namphang) dimana terdapat kerajaan yang disebut TOLANG P’OHWANG (Tulang Bawang), nama negara yang pernah ada di daerah ini dimasa dynasty Han, Lang P’ohwang, To berarti orang dan Lang P’ohwang adalah Lampung, Menunjukan bukti bahwa telah datang kenegeri Tiongkok, utusan dari masyarakat lemah Lampung pada abad ke VII, hingga saat ini jaman pra-sejarah di tahun 2021 Kerajaan Tulang Bawang ini belum ada yang bisa memastikan pusat titik kebesaran kerajaan Tulang Bawang tersebut. Didalam sejarah Putri indarwati (sibulan) dari sekala brak mendirikan negeri baru menuju matahari terbit daerah tersebut dinamakan manggala, menggala tulang bawang saat ini, Kepaksian Sekala Brak atau sebutan saat ini adalah Kerajaan Sekala Brak telah berdiri pada abad ke-12, 688 Hijriyah yang memiliki empat titik kebesaran Kepaksian Pernong Sekala Brak berada di Hanibung, Paksi Belunguh tanjung menang, Bejalan Di Way puncak, Nyerupa tapak siring, Pada Jaman Prasejarah saat ini Kepaksian Sekala Brak dengan sebutan Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Sebuah Struktur Organisasi dibawah naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berkomitmen tentang keberadaan NKRI sebagai payung dari pada bangsa Indonesia dan Sekala Brak Adalah bagian dari pada Pilar-Pilar Penguat Kekokohan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Dalam kronik Taiping Huanyu Ji yang ditulis oleh Yue-Shi dari abad ke X, lebih jelas lagi disebutkan nama-nama negeri di kawasan Nan-hai (Laut Selatan), antara lain dua buah negeri yang disebutkan berurutan: To-lang dan Po-hwang. Negeri To-lang hanya disebut satu kali. Tetapi negeri Po-hwang cukup banyak disebut, sebab negeri ini telah mengirim utusan ke negeri Tiongkok pada tahun 442, 449, 451, 459, 464 dan 466. Prof. Gabriel Ferrand, pada tulisannya dalam majalah ilmiah Journal Asiatique, Paris, 1918, hal. 477, berpendapat bahwa kedua nama itu mungkin hanya satu nama: To-lang-po-hwang, lalu negeri itu dilokasikan Ferrand di daerah Tulangbawang, Lampung. Prof. Dr. Raden Mas Ngabehi Poerbatjaraka, dalam bukunya Riwajat Indonesia I,Jajasan Pembangunan, Djakarta, 1952, hal. 25, menyetujui kemungkinan adanya kerajaan Tulangbawang, meskipun anggapan itu semata-mata karena menyatukan dua toponimi dalam kronik Tiongkok.

Suku Lampung atau yang biasa disebut Ruwa Jurai Linguistik Culturil Terdiri dari dua unsur keturunan asal yang tergolong dalamMasyarakat Lampung yang berbahasa “A”, Masyarakat Lampung yang berbahasa “O” Sosiologis terdiri dari du unsur golongan masyarakat yang terdapat sekarang Masyarakat Lampung Asli, Masyarakat Lampung Migrasi. Melati 4 bunga, setiap bunga mempunyai 4 daun bunga yang berkelompok lima, Kuntum Bunga melambangkan 4 Kepaksian asal Kepaksian Sekala Brak yang terdiri dari 4 titik kebesaran Istana Gedung Umpu Pernong di Hanibung, Umpu Belunguh Tanjung menang , Umpu Bejalan di Way di Puncak dan Umpu Nyerupa di Tapak siring, Kelompok Daun Bunga Setelah berkembang dan tersebarnya masyarakat di seluruh daerah Lampung, maka terbinalah 5 daerah Keratuan yang masing-masing dipimpin oleh Ratu di Belalau, Ratu Darah Putih (Geringan), Ratu di Pungung, Ratu Pemanggilan, Ratu di Puncak. Suku-suku Lampung adalah suku lampung yang berasal dari Negeri Sekala Brak yang berada pada bagian ujung selatan pulau Sumatra. Pada awal mulanya, suku-suku ini berdiam di tengkuk hematang sulang (bukit sulang). Selain di Provinsi Lampung, suku Lampung juga sebagian tersebar di provinsi Sumatra Selatan bagian selatan dan tengah seperti daerah Martapura, Muaradua di daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, sebagian kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, sebagian Ogan Komering Ilir, sekitar danau Ranau di dekat perbatasan Lampung dan provinsi Sumatra Selatan, sebagian didaerah Merpas Nasal Kaur, Kabupaten Kaur di sebelah selatan Bengkulu, serta juga terdapat didaerah Cikoneng, Serang di pantai barat Banten dan kota Cilegon. Tidak hanya tersebar di kota Bandar Lampung, suku Lampung juga tersebar di wilayah-wilayah perkotaan besar lainnya seperti wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), Palembang, Kota Serang, Kota Tangerang Selatan, Karawang, Kota Bengkulu dan Kota Bandung.

Adat Istiadat

Masyarakat Adat Lampung terdiri atas dua sistem Pemerintahan Adat yakni Masyarakat Komunitas Adat Budaya Lampung Saibatin (Peminggir/Pesisir) dan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun/Pedalaman). Dengan penjelasan sebagai berikut:

Masyarakat Komunitas Adat dan Budaya Lampung Saibatin

Masyarakat Komunitas Adat Budaya Saibatin dari dahulu hingga saat ini dinamakan Masyarakat Adat Lampung Peminggir (Pesisir). Karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung. Beberapa kepaksian serta kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan adat Saibatin antara lain: Bandar Lima Way Lima, Bandar Enom Semaka, untuk di Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak Kepaksian Pernong, Kepaksian Nyerupa, Paksi Buay Belunguh, Paksi Buay Bejalan Diway, Marga dari pada empat Kepaksian tersebut adalah Marga Ulu Krui, Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Melinting Tiyuh Pitu, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Pitu Kepuhyangan Komering, Telu Marga Ranau dan Cikoneng Pak Pekon. Sistem Pemerintahan Adat Saibatin Struktur pemerintahan dari pada ini bisa piramid tertinggi adalah Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian ini memegang kekuasaan menentukan mutlak Bertitah, Berita dan Lain Sebagainya semua berpusat kepada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua hak-hak kebesaran ada pada Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian semua yang dipakai Struktur dibawahnya atas perintah atas berkenan, titah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, dibawahnya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah pemapah dalom, pemapah dalom ini sepertinya wakil Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, pemapah dalom ini ada 2 (dua) yang pertama terdiri dari mempunyai 2 (dua) kaki Perdana mentri dan perdana utama pemapah dalom ini mempunyai garis juga kepada kampung batin garis lurus ke kampung batin ini adalah dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian tapi garis koordinasinya kepada pemapah dalom kalau garis lurusnya dari Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian, didalam Istana Gedung Dalom ada pengapungan batin, pemapah dalom, para puakhi saudara Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian dengan Istilah Sagedung "Isi ni Gedung" isi Gedung (isi Istana) Puakhi ni Saibatin saudara nya Saibatin itu belum keluar dari Gedung (Istana Gedung Dalom) masih menyatu terhadap Istana Gedung Dalom Struktur dibawah keluarganya Sultan/Saibatin Raja Adat Dikepaksian adalah suku-suku balak yang tersebar di sepanjang pesisir Pugung Malaya, Ranau bahkan di wilayah tanggamus ini dinamakan suku-suku balak, ada juga pesumbaian dan Khaja-Khaja baca (raja-raja) Jukuan, dibawah raja Sumbai baru Batin dibawah batin namanya Kebbu di pimpin oleh seorang Radin di bawah radin bulambanan, lamban-lamban sebelum dia berkeluarga dia lamban biasa tapi setelah dia berkeluarga baru mempunyai kedudukan[3][4].

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang (Pepadun)

Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Penyimbang atau yang sering kali juga dinamakan Masyarakat Komunitas Budaya Lampung Pepadun berdiam didaerah pedalaman Lampung. Beberapa kemargaan yang menggunakan sistem pemerintahan budaya Penyimbang antara lain : Abung Siwo Mego, Mego Pak Tulangbawang, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay, Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir, Marga rebang semendo.

Pedoman Hidup Suku-suku Lampung

Daun Bunga Sekala yang terdapat pada Puncak Lengkungan Siger atas dimana ujungnya mengenai tiang Payung Agung. Bunga sekala itu menjulang dari 4 daun kembangnya (dari bawah) yang mengandung arti Menjulang dari 4 daun bunga Semua Jurai yang berasal dari Kepaksian Sekala Brak yang dilambangkan oleh Kerajaan Adat Paksi Pak Sekala Brak mempunyai filsafat hidup Bunga Sekala berdaun Lima melambangkan bahwa Filsafat Pi’il Pesenggiri itu bertemali 5 alam pikiran serta 7 pedoman hidup suku lampung sebagai berikut :

Pedoman Hidup

  1. Berani menghadapi tantangan: mak nyerai ki mak karai, mak nyedor ki mak bador.
  2. Teguh pendirian: ratong banjir mak kisir, ratong barak mak kirak.
  3. Tekun dalam meraih cita-cita: asal mak lesa tilah ya pegai, asal mak jera tilah ya kelai.
  4. Memahami anggota masyarakat yang kehendaknya tidak sama: pak huma pak sapu, pak jelma pak semapu, sepuluh pandai sebelas ngulih-ulih, sepuluh tawai sebelas milih-pilih.
  5. Hasil yang kita peroleh tergantung usaha yang kita lakukan: wat andah wat padah, repa ulah riya ulih.
  6. Mengutamakan persatuan dan kekompakan: dang langkang dang nyapang, mari pekon mak ranggang, dang pungah dang lucah, mari pekon mak belah.
  7. Arif dan bijaksana dalam memecahkan masalah: wayni dang rubok, iwani dapok.

Filsafat Pi’il Pesenggiri

  1. Pi’il Pesenggiri ; Pi’il artinya berjiwa besar, Pesenggiri artinya menghargai diri.
  2. Juluk Adek ; Juluk artinya Gelar sebelum Kawin, Adek artinya gelar setelah Kawin.
  3. Nemui Nyimah ; Nemui artinya terbuka hati untuk menerima tamu, Nyimah artinya suka memberi dengan ikhlas.
  4. Nengah Nyappur ; Nengah artinya suka berkenalan, Nyappur artinya pandai bergaul.
  5. Sakai Sambaian ; Sakai artinya suka tolong menolong, Sambaian artinya bergotong royong.

Bahasa Lampung

Artikel Utama : Bahasa Lampung

Bahasa Lampung, adalah sebuah bahasa yang dipertuturkan oleh Suku Lampung yang berada di Provinsi Lampung, selatan Sumatera Selatan, selatan Bengkulu dan pantai barat Banten. Berdasarkan pemetaan bahasa. Bahasa Lampung memiliki Dua Sub-Dialek yaitu Sub-Dialek A dan Sub-Dialek O yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

Sub-Dialek A (api) dipertuturkan oleh beberapa Suku-suku di Lampung antara lain: Sekala Brak, Bandar Enom Semaka, Bandar Lima Way Lima, Melinting Tiyuh Pitu, Saibatin Marga Ulu Krui, Saibatin Marga Way Sindi, Marga Tenumbang, Marga Pugung Tampak, Marga Pugung Malaya, Marga Pidada, Marga Pasakh Krui, Marga Ngakhas, Marga Ngambukh, Marga La'ai, Marga Bengkunat, Marga Belimbing, Marga Bandakh, Marga Pulau Pisang, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Tanggamus, Pembesar Adat Jamma Balak Saibatin Suku Marga Kabupaten Pringsewu, Pesumbaian 17 Pesawaran, Saibatin Marga Way Handak Lampung Selatan, Marga Balak, Marga Lunik, Marga Bumi Waras, Marga Lima Way Handak, Enom Belas Marga Krui, Pitu Kepuhyangan Komering, Telu Marga Ranau, Cikoneng Pak Pekon, Pubian Telu Suku, Buway Lima Way Kanan dan Bunga Mayang Sungkay Sementara Sub-Dialek O (nyow) dipertuturkan oleh beberapa Marga di Lampung antara lain : Abung Siwo Mego dan Mego Pak Tulangbawang Marga melinting peminggir, Marga teluk peminggir, Marga pemanggilan peminggir, Marga rebang semendo.

Aksara Lampung

Artikel Utama : Aksara Lampung

Aksara lampung yang disebut dengan Had Lampung adalah bentuk tulisan yang memiliki hubungan dengan aksara Pallawa dari India Selatan. Macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam Huruf Arab dengan menggunakan tanda tanda fathah di baris atas dan tanda tanda kasrah di baris bawah tetapi tidak menggunakan tanda dammah di baris depan melainkan menggunakan tanda di belakang, masing-masing tanda mempunyai nama tersendiri. Artinya Had Lampung dipengaruhi dua unsur yaitu Aksara Pallawa dan Huruf Arab. Had Lampung memiliki bentuk kekerabatan dengan aksara Rencong, Aksara Rejang Bengkulu dan Aksara Bugis. Had Lampung terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambing, angka dan tanda baca. Had Lampung disebut dengan istilah KaGaNga ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan dengan Huruf Induk berjumlah 20 buah. Aksara lampung telah mengalami perkembangan atau perubahan. Sebelumnya Had Lampung kuno jauh lebih kompleks. Sehingga dilakukan penyempurnaan sampai yang dikenal sekarang. Huruf atau Had Lampung yang diajarkan di sekolah sekarang adalah hasil dari penyempurnaan tersebut.

Ciri Khas Identitas

Saibatin bermakna satu sultan atau memiliki satu junjungan satu panutan. Hal ini sesuai dengan tatanan sosial dalam Adat Saibatin, hanya ada satu sultan didalam adat di setiap generasi kepemimpinan.

Budaya Adat Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan Adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan tak terputus dari tertua dan garis Ratu. Berbeda dengan budaya Pepadun.

Adat Saibatin memegang prinsip Islam di dalam Adat istiadatnya. Ciri lain dari Adat Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual upacara Adat. Salah satunya adalah bentuk siger atau sigokh pengantin Adat Saibatin, Jajakh inton yang memiliki tujuh lekuk/pucuk siger lekuk tujuh (sigokh lekuk pitu).

Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adok (gelar) perangkat Adat, yaitu Sultan, Khaja jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas/inton. Selain itu, ada pula yang disebut awan/aban gemisir (awan gemisikh), Tanduan, Lalamak Titikuya yang digunakan sebagai kendaraan ritual Lapahan Adat Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian) di peruntuk kan khusus mutlak milik Sultan (Saibatin Raja Adat di Kepaksian) yang bertahta, termasuk Payung Agung Songsong Berwarna Kunig, dan tidak diperbolekan dipakai oleh yang lainnya terkecuali Sultan (Saibatin Raja Adat di Kepaksian) merestuinya. Apa bila masyarakat adat Lampung ada yang melanggar apapun alasan hal tersebut tidak dibenarkan dan di anggap tidak mengerti tentang Adat, tidak memiliki kesantunan, tidak memahami tata cara Adat, serta dianggap perusak Adat yang Sebenarnya, yang telah diwariskan dari nenek moyang pendahulu, di dalam Adat Saibatin tidak bisa karena mempunyai uang yang berlebihan masyarakat adat/perangkat adat/bangsawan tinggi kerajaan bisa membuat, memakai, meniru Pakaian dari Sultan (Saibatin Raja Adat Dikepaksian).

Masyarakat Adat Lampung

Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Marga Punduh, Punduh Pedada, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Provinsi Sumatra Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin sering kali juga disebut Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:[5]

  • Kemargaan di Balik Bukit Liwa (kota) (Lampung Barat)
  • Bandar Enom Semaka (Tanggamus)
  • Bandar Lima Way Lima (Pesawaran)
  • Melinting Tiyuh Pitu (Lampung Timur)
  • Marga Lima Way Handak (Lampung Selatan)
  • Pitu Kepuhyangan Komering (Provinsi Sumatra Selatan)
  • Telu Marga Ranau (Provinsi Sumatra Selatan)
  • Enom Belas Marga Krui (Pesisir Barat)
  • Cikoneng Pak Pekon (Provinsi Banten)

Adat Perkawinan

Dinamakan perkawinan juga jujur, karena pihak lelaki mengeluarkan uang untuk membayar jujur/jojokh kepada pihak perempuan. Perkawinan ini ada dua macam :

  • Sebambangan yaitu si gadis dilarikan oleh pihak pria dari rumahnya dan dibawa ke kepala adat atau jukhagan terlebih dahulu baru kemudian dibawa pulang kerumahnya oleh keluarga si pria. Ciri bahwa si gadis nyakak atau metudau yaitu si gadis meletakkan surat yang isinya memberi tahu orangtuanya atas kepergian nyakak.
  • Cara Tekhang (sekicik betik) yaitu dilakukan secara terang-terangan, dimana keluarga pria melamar langsung si gadis.

Semanda

Artikel utama semanda: Saibatin

Butamat

Butamat atau betamat berasal dari kata tamat yang artinya selesai, sedangkan menurut makna yaitu acara membaca ayat Al-Quran (juz amma) dari surat ad-dhuha sampai surat al-lahab. Diawali oleh pengantin wanita dan dilanjutkan oleh peserta butamat yang lain, setelah acara membaca Al-Quran selesai dilanjutkan membaca Al Barzanji.

Pesta rakyat Sekura

Dalam pesta rakyat sekura, berbagai kalangan ikut terlibat aktif dan berbaur menjalin kebersamaan. Setiap masyarakat dapat membawa berbagai makanan yang didapat dari hasil silaturahmi berkeliling dari rumah ke rumah.

Makanan ini kemudian disantap secara bersama-sama dengan para peserta sekura lainnya dalam suasana yang hangat. Pesta rakyat sekura menjadi ajang silaturahim dan menjalin keakraban antar kampung bahkan kecamatan.[6]

Lampung, Sang Bumi Ruwa Jurai

Masyarakat Lampung terdiri atas 4 Kepaksian. 83 (Delapan Puluh Tiga) kemargaan yang terhimpun dalam kemargaan serta kebuwayan, tersebut antara lain:

  • Kepaksian Pernong Sekala Brak Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Marga Buay Kenyangan
    • Marga Suoh
    • Marga Way Sindi
    • Marga La'ai
    • Marga Bandakh
    • Marga Pedada
    • Marga Ulu Krui/Gunung Kemala
    • Marga Way Napal
    • Marga Tenumbang
    • Marga Bengkunat
  • Paksi Buay Belunguh Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Marga Way Tenong
    • Marga Ngambur
    • Marga Ngaras
    • Marga Belimbing
  • Paksi Buay Bejalan Diway Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Marga Pugung Penengahan
    • Marga Pugung Malaya
    • Marga Pugung Tampak
    • Marga Pulau Pisang
  • Kepaksian Nyerupa
    • Marga Liwa
    • Marga Sukau

Pasar Krui. Catetan : Marga Pasar Krui berdiri sendiri di bawah kemargaan Bengkulu.

  • Bandar Lima Way Lima Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Marga Seputih
    • Marga Sebadak
    • Marga Selimau
    • Marga Sepekhtiwi/Sepertiwi
    • Marga Sekelumbayan
    • Marga Teluk Peminggir
    • Teluk Betung
    • Sabu Menunggu
    • Retai
    • Punduh
    • Pugung
    • Pubian (Nuwat)
  • Marga Pemanggilan Peminggir Terdiri atas beberapa marga antara lain
    • Badak
    • Putih
    • Limau
    • Kelumbaian
    • Pertiwi
    • Putih Doh
  • Talang Padang Pesisir (Gunung Alif)
    • Buay Belunguh
    • Bunawang
    • Way Ngarip Semang
    • Pematang Sawah
  • Marga Abung (Federasi Abung Siwo Migo)
    • Marga Selawai Kunang
    • Buay Nyunyai
    • Subing (Lebuan)
    • Sukadana
    • Unyi Way Seputih
    • Subing
    • Buay Buliuk
    • Buay Nyerupa
    • Anak Tuha
    • Buay Unyi
  • Marga Rebang Semendo Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Rebang Pugung
    • Rebang Seputih
    • Kasui
  • Masyarakat /Marga Jelma D oya (Federasi Buay Lima Way Kanan) Terdiri atas beberapa Buay/marga antara lain:
    • Buay Bungamayang
    • Buay Berdatu
    • Buay Semenguk
    • Buay Pemuka Pengiran Udik
    • Way Tuba
    • Buay Bahuga
    • Buay Pemuka Pengiran
    • Buay Berasakti
    • Buay Pemuka Pengiran Ilir
    • Buay Pemuka Bangsa Raja
  • Masyarakat Marga Melinting Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Jabung
    • Melinting
    • Sekampung
  • Masyarakat Marga Tulang Bawang (Federasi Mego Pak Tulang Bawang) Terdiri atas beberapa marga antara lain:
    • Mesuji Lampung
    • Buay Bulan Udik
    • Tegamoan
    • Suai Umpu
    • Buay Bulan Ilir Aji

Sastra Lampung

Artikel Lengkap di Sastra Lampung

Tokoh Lampung

Artikel Utama: Daftar Tokoh Lampung

  1. Brigjen Pol.SPDB Drs. Pangeran Edward Syah Pernong, S.H.(2016), Kapolda Lampung 2015. Pati Sahli Kapolri 2016
  2. Aburizal Bakrie, Menko Kesra, Menko Ekonomi
  3. Alamsjah Ratoe Perwiranegara, Mensekneg, Menteri Agama, Menko Kesra.
  4. Tomsi Tohir, Sahlisospol Kapolri (2020)
  5. Erick Tohir, Mentri BUMN
  6. Bagir Manan, Ketua Mahkamah Agung
  7. Ryamizard Ryacudu, Mentri Pertahanan
  8. Sjachroedin Zainal Pagaralam, Duta Besar Kroasia
  9. Zulkifli Hasan, Ketua MPR RI
  10. Ike Edwin, Kaolda Lampung

Catetan Atau Referensi

  1. Adat Istiadat Daerah Lampung. Hilman Hadikusuma dkk. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lampung. 1977
  2. Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 16.05 (UTC)Profil Kerajaan Adat Kepaksian Pernong Sekala Brak. Prof.Dr.H.A Fauzie Nurdin, M.S. 2018
  3. Masyarakat dan Adat Budaya Lampung. Hilman Hadikusuma. Bandar Madju Bandung. 1989
  4. Dedy Tisna Amijaya (bicara) 19 April 2021 16.05 (UTC)Kepaksian Pernong Sekala Brak Menjawab Sejarah. Tim Advis Prof. Dr. Sudjarwo (Koord). 2018

Lihat pula

Pranala luar


Referensi

  1. ^ https://lampungbaratkab.go.id/detailpost/edisi-lxvi-2017-budaya
  2. ^ "Adat Lampung Saibatin". SatuBanten.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-24. 
  3. ^ https://www.academia.edu/34999765/Sistem_Pemerintahan
  4. ^ Dedy, Tisna Amijaya (2011). Mencari Jejak Mata Rantai Sejarah Sekala Brak di Nusantara. Bandar Lampung: Fhesagi Jaya. hlm. 549–550. ISBN 9786029933703. 
  5. ^ "Suku Lampung". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2020-07-17. 
  6. ^ Kaya, Indonesia. "Tradisi Sekura, Kemeriahan Hari Raya di Balik Pesta Topeng : Tradisi - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2020-09-24.