Lompat ke isi

Phoa Keng Hek

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Phoa Keng Hek
Phoa Keng Hek ca 1900
Lahir(1857-09-21)21 September 1857
Belanda Buitenzorg, Hindia Belanda
Meninggal19 Juli 1937(1937-07-19) (umur 79)
Belanda Batavia, Hindia Belanda
PekerjaanPekerja sosial, pengusaha

Phoa Keng Hek (Hanzi: 潘景赫; Pinyin: Pān Jǐnghè; lahir di Buitenzorg, Hindia Belanda 21, September, 1857– meninggal di Batavia, Hindia Belanda 19, Juli, 1937) adalah pebisnis Tionghoa Indonesia dan presiden pertama Tiong Hoa Hwe Koan, sebuah sistem sekolah dan organisasi sosial yang bertujuan memperbaiki posisi etnis Tionghoa di Hindia Belanda (sekarang Indonesia). Ia menjabat sejak didirikan tahun 1900 sampai 1923.

Biografi

Phoa lahir di Buitenzorg (sekarang Bogor), Hindia Belanda (sekarang Indonesia), pada tahun 1857[1] dari ayah peranakan Tionghoa berpengaruh bernama Phoa Tjong Tjay.[2]

Pendidikan formal pertama Phoa adalah di sekolah yang dijalankan etnis Tionghoa,[3] tetapi setelah Sierk Coolsma membuka sekolah misionaris di Bogor pada 31 Mei 1869, Phoa masuk kelas pertama dari sepuluh kelas. Di antara teman-temannya adalah Lie Kim Hok yang kelak dikenal sebagai penulis. Di sekolah ini Phoa juga belajar bahasa Belanda.[4] Meski sekolah ini bertujuan membuat orang-orang memeluk Kristen, Phoa bertahan menganut Konfusianisme.[5]

Setelah lulus, Phoa menikahi putri seorang letnan Cina di Batavia (sekarang Jakarta), ibu kota Hindia Belanda, dan ia pindah ke sana bersama istrinya.[1] Keduanya dikaruniai seorang putri, Tji Nio, yang kelak menikah dengan Khouw Kim An.[6] Phoa terkenal sangat blak-blakan dan segera dipandang sebagai pemimpin etnis Tionghoa di Batavia. Karena menguasai bahasa Belanda yang dipakai pasukan kolonial, Phoa dapat mudah berinteraksi di luar komunitas Tionghoa dan pribumi.[1]

Pada tahun 1900, Phoa, bersama teman lamanya Lie, menjadi anggota pendiri sistem sekolah dan organisasi Tiong Hoa Hwe Koan (THHK).[7] Ia menjabat sebagai presiden THHK selama 23 tahun sebelum pensiun,[1] mempromosikan hak-hak etnis Tionghoa[2] dan pemakaian bahasa Cina dan Inggris di kalangan masyarakat Tionghoa.[5] Tahun 1907, Phoa – dengan pseudonim "Hoa Djien" ("Seorang Cina") – mengirim serangkaian surat kepada editor harian Perniagaan yang isinya mengkritisi pemerintah kolonial Belanda dan kebijakan-kebijakannya terhadap etnis Tionghoa. Ia menulis bahwa Hindia Belanda menawarkan sedikit kesempatan bagi etnis Tionghoa yang harus menjelajahi dunia. Ia menulis, "jika mereka melek bahasa Cina dan Inggris, mereka bisa pergi selama dua atau tiga hari (Jawa-Singapura) ke dunia yang lebih luas tempat mereka bisa bergerak bebas."[8]

Di luar THHK, Phoa adalah tuan tanah yang aktif. Ia membeli tanah di Bekasi, sebelah tenggara Batavia, dan pada tahun 1903 berhasil melarang perjudian di daerah itua.[1][2] Seperti ayahnya, Phoa menjual hasil tani. Ia memiliki sebuah lumbung padi dan pabrik teh.[2]

Phoa dianugerahi Knight in the Order of Orange-Nassau pada tahun 1937. Ia meninggal dunia di Batavia pada 19 Juli 1937[2] dan dikuburkan dengan prosesi besar di TPU Petamburan pada 25 Juli.[9]

Referensi

  1. ^ a b c d e Suryadinata 1995, hlm. 130–1.
  2. ^ a b c d e Setyautama & Mihardja 2008, hlm. 308.
  3. ^ Suryadinata 1997, hlm. 4.
  4. ^ Tio 1958, hlm. 32–34, 36.
  5. ^ a b Suryadinata 1997, hlm. 3.
  6. ^ Setyautama & Mihardja 2008, hlm. 127.
  7. ^ Adam 1995, hlm. 72.
  8. ^ Suryadinata 1997, hlm. 8.
  9. ^ De Indische Courant 1937, Phoa Keng Hek.

Bacaan lanjutan