Paribatra Sukhumbandhu
Paribatra Sukhumbandu | |
---|---|
Pangeran Nakhon Sawan | |
Kelahiran | Istana Raja, Bangkok, Siam | 29 Juni 1881
Kematian | 18 Januari 1944 Bandung, Pendudukan Jepang di Indonesia | (umur 62)
Wangsa | Dinasti Chakri |
Ayah | Chulalongkorn (Rama V) |
Ibu | Sukhumala Marasri |
Marsekal - Laksamana Paribatra Sukhumbandhu, Pangeran Nakhon Sawan (RTGS: Boriphat Sukhumphan; Bahasa Thailand: สมเด็จพระเจ้าบรมวงศ์เธอ เจ้าฟ้าบริพัตรสุขุมพันธุ์ กรมพระนครสวรรค์วรพินิต) (1881–1944), adalah seorang perwira militer dan menteri yang sangat berpengaruh pada awal abad ke-20 pada masa akhir monarki absolut Kerajaan Siam. Ia menjabat sebagai Kepala Staf Tentara Kerajaan Siam, Panglima Angkatan Laut Kerajaan Siam, Menteri Angkatan Laut, Menteri Angkatan Darat, Menteri Pertahanan, Menteri Dalam Negeri, dan sebagai anggota Dewan Penasehat Raja di masa pemerintahan Raja Vajiravudh dan Raja Prajadhipok.
Kehidupan
Pangeran Paribatra adalah anak ke-33 (dan putra ke-13) Raja Chulalongkorn (Rama V) dari Ratu Sukhumala Marasri. Ia mengikuti ayahnya untuk melakukan perjalanan ke Eropa pada tahun 1897, setelah itu ia memasuki Korps Kadet Prusia untuk belajar di akademi Militer Prusia di Groß-Lichterfelde, Berlin.
Setelah kembali ke Siam, saudara tirinya Raja Vajiravudh (Rama VI) mengangkatnya menjadi Panglima Angkatan Laut Kerajaan Thailand, Menteri Kelautan dan Menteri Angkatan Darat. Pada masa pemerintahan Raja Prajadhipok (Rama VII), ia diangkat menjadi Menteri Dalam Negeri dan diangkat menjadi anggota Dewan Tertinggi Siam, yang bertanggung jawab untuk membantu Raja dalam menjalankan roda pemerintahan dan membuat keputusan mengenai urusan negara.
Pengaruh besar Pangeran Paribatra dalam pemerintahan Siam dianggap sebagai ancaman oleh kelompok Khana Ratsadon yang mengorganisir kudeta 1932 yang mengakhiri monarki absolut di Siam. Akibatnya, ia diasingkan ke Bandung, yang saat itu masih menjadi bagian dari Hindia Belanda, oleh pemerintah Belanda ia diangkat menjadi warga kehormatan kota Bandung. Di Bandung, ia bersama kerabat Kerajaan lainnya tinggal di sebuah Villa bernama Praseban (sekarang menjadi Sekolah PG/TK Kuntum) dan Dahapati (sekarang menjadi Restoran Dahapati) di daerah Cipaganti dan memiliki hobi bertanam bunga.
Pangeran Paribatra memiliki delapan anak dari istrinya yang masih berstatus kerabat Kerajaan, Mom Chao (Putri) Prasongsom Paribatra (Chaiyan). Dua anaknya adalah putra laki-laki, tetapi hanya satu, Pangeran Chumbhotbongs Paribatra, yang hidup sampai dewasa. Pangeran Paribatra juga memiliki seorang putra dengan seorang istri biasa, Mom Somphan Paribatra na Ayudhaya (Palakawong), Pangeran Sukhumabhinanda - ayah dari Mom Rajawongse Sukhumbhand Paribatra, mantan gubernur Bangkok.
Kediaman utama Pangeran Paribatra di Bangkok sampai pengasingannya pada 1932 adalah Istana Bang Khun Prom yang bergaya neo-baroque, dibangun oleh arsitek Mario Tamagno dan Karl Döhring . Di kemudian hari, istana tersebut menjadi markas dan kemudian museum Bank of Thailand.
Kematian
Ia meninggal pada tahun 1944 di Bandung, di masa pemerintahan Jepang. Jenazahnya dipulangkan oleh Komisi Kerajaan pada tahun 1948 dan dikremasi di Sanam Luang, Bangkok pada tahun 1950.
Referensi
- Paul M. Handley, "The King Never Smiles" Yale University Press: 2006, ISBN 0-300-10682-3
- David K. Wyatt, "Thailand: A Short History" Silkworm Books: 2004, ISBN 978-974-9575-44-4
Lihat juga
- Chulalongkorn
- Sukhumala Marasri