Diagnosis laboratorium infeksi virus
Diagnosis laboratorium infieksi virus merupakan sebuah pengujian laboratorium terhadap spesimen klinis untuk mendiagnosis keberadaan virus, antigen virus, atau antibodi spesifik. [1]
Pengambilan sampel
Sampel klinis harus diambil pada waktu yang tepat dan tempat yang tepat. Waktu yang tepat dalam mengambil sampel adalah sesegera mungkin setelah pasien datang untuk pertama kalinya. Sedangkan tempat pengambilan spesimen didasarkan pada gejala, tanda klinis, dan patogenesis penyakit yang dicurigai. Misalnya, spesimen kunci ketika terjadi infeksi saluran pernapasan adalah seka (swab) hidung atau tenggorokan.[1]
Isolasi Virus
Sebagian besar laboratorium menggunakan sel kultur sebagai sistem untuk mengisolasi virus. Dalam menyiapkan kultur sel, mula - mula dilakukan pemisahan fragmen jaringan dengan bantuan tripsin atau kolagenase. Lalu, suspensi sel ditempatkan ke dalam gelas beralas datar bersama dengan media cair tertentu. Setelah beberapa saat, sel - sel akan menempel dan menyebar di bawah wadah yang kemudian akan membelah sehingga terbentuk kultur primer.
Metode berbasis asam nukleat
Reaksi berantai polimerase
Reaksi berantai polimerase didasarkan pada reaksi enzimatik yang melibatkan penggunaan oligonukleotida sintetik. Oligonukleotida sintetik teraebut berfungsi mengapit urutan nukleat target yang diinginkan. Reaksi berantai polimerase merupakan teknik yang sangat sensitif, karena memungkinkan amplifikasi in vitro dari sequence DNA target spesifik dengan faktor 10^6.
Sekuensing
Metode berbasis mikroskop
Imunofluiresensi atau imunoperoksidase
mikroskop elektron
Deteksi antibodi inang
Uji hemaglutinasi
Referensi
- ^ a b Burrell, C. J., Howard, C. R., & Murphy, F. A. (2017). Laboratory Diagnosis of Virus Diseases. Fenner and White's Medical Virology, 135–154. https://doi.org/10.1016/B978-0-12-375156-0.00010-2 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7149825/