Lompat ke isi

Datu Bala Sawo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Raja Tua Datu Bala Sawo,[1] gelar anumerta Dewa Loka Lengit Ling Sampar (bin Dewa Mas Bantan Datu Loka) adalah Pemangku (Riwabatang) Sultan Sumbawa (m. 1722 – 1725 ).[2][3][3][4]

Datu Bala Sawo adalah Datu SeranSeteluk, kakak tertua dari Sultan Dewa Mas Madina. Ketika Sultan Sumbawa meninggalkan tahta untuk berperang di Selaparang maka beliau diganti oleh Datu Bala Sawo sebagai Riwabatang (Pemangku Sultan). Selama lebih dua tahun pemerintahannya sebagai Riwabatang, tak banyak yang dapat diperbuat oleh Datu Bala Sawo selain dari meneruskan kebijakan sang Sultan. Datu Bala Sawo mangkat, tidak lama setelah kemangkatan Sultan Dewa Mas Madina. Beliau dimakamkan di pemakaman Sultan–sultan Sumbawa Makam Sampar. Setelah kemangkatannya beliau mendapat nama anumerta Dewa Loka Ling Sampar.[3][5][6][7][8][9][10][11][12][13][14][15]

Pemakaman

Raja Tua Datu Bala Sawo mangkat pada tanggal 25 Agustus 1725.[1][14] Almarhum Datu Bala Sawo dimakamkan di pemakaman Sampar.[1][15]

Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai Naskah No. 34

Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:56) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai pada Naskah No. 34 yang ditulis sejaman Lalu Muhammad (Sultan Muhammad Kaharuddin II) menyebutkan bahwa pemangku Raja Sumbawa Raja Tua Datu Bala Sawo merupakan cicit Raja Paruwa dan Datu Bala Sawo Dewa Loka Lengit Ling Sampar tidak memiliki keturunan:[16]

Turunan Raja-Raja di Sumbawa

Bahwa ini peringatan turun-temurun bangsa raja yang empunya kerajaan Sumbawa, itulah raja yang bernama Raja Paruwa yang memperanakkan dua orang perempuan, yaitu seorang yang diperistrikan oleh Raja Banjar, maka beranak seorang laki-laki, itulah menjadi Raja Taliwang yang hilang di Tallo'. Kemudian berapa lama antaranya maka matilah istrinya Raja Banjar itu anak Raja Maja Paruwa, maka takdir Allah taala maka diperistrikan pula adik istrinya anak Raja Maja Paruwa, maka diperanakkan lagi seorang laki-laki, itulah yang dinamai Datu Loka menjadi Raja Sumbawa, itulah yang pergi di Mengkasar memperistrikan anak Raja Tallo' Taminar Lampana, yaitu cucunya oleh Yang Dipertuan Kita Mantau Uma Jati ialah Sirajudin, memperanakkan empat orang, seorang bernama Balasawo, dan seorang lagi Raja Sumbawa yang hilang di Bali, dan seorang perempuan bernama [Datu] Tengah, dan seorang lagi bernama Datu Jereweh.

Adapun yang bernama Balasawo itu tiada beranak, dan Raja Sumbawa yang hilang di Bali beranak seorang perempuan bernama Datu Bini. Maka Datu Bini diperistrikan oleh Raja Mengkasar bernama Karaeng Bonto Langkasa, maka beranak seorang perempuan bernama Siti Hadijah, itulah diperistrikan oleh Datu Pengantin anak Raja Taliwang dengan Raja Banjar. Maka ialah beranak seorang laki-laki, itulah Raja Sumbawa yang besar badannya. Maka Raja Sumbawa yang besar badannya itu diperanakkan lagi seorang laki-laki bernama Lalu Muhammad, menjadi Raja Sumbawa sekarang ini adanya.

Seperkara lagi Datu Jereweh saudaranya oleh yang hilang di Bali, maka beranak seorang laki-laki bernama Datu Susun, itulah menjadi raja yang memperistrikan anak raja yang hilang di Bali bernama Datu Bini itu akan tetapi tiada beranak. Dan lagi seperti saudaranya bernama Datu Tengah, itulah yang beranak empat orang, pertama-tama Tuan Kita Manuru Daha, dan kedua Tuan Kita bernama Abdullah yang hilang di Bali, ketiga perempuan Paduka Tallo', dan keempat laki-laki Raja Sumbawa yang empunya kubur di Tanah Taraha, itulah pangkatnya yang tiada berhingga menjadi Raja Sumbawa sampai sekarang ini. Intaha demikianlah adanya. Datu Tengah diperistrikan oleh Tuan Kita Sultan Hasanuddin ma Bata Bou.

Silsilah kekerabatan dengan Kesultanan Banjar

Raja-raja di Sumbawa (termasuk Datu Bala Sawo) menurut naskah Hikayat Raja-raja Banjar dan Kotawaringin dan Majelis Adat - Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS) serta Bidang Kebudayaan - Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sumbawa, memiliki leluhur seorang bangsawan dari Kesultanan Banjar yang bernama Raden Subangsa bergelar Pangeran Taliwang yang memiliki seorang putra di Taliwang bernama Raden Mataram yang menjadi Raja (Datu) Taliwang dan seorang putera lainnya di Sumbawa Besar bernama Raden Bantan (Dewa Mas Bantan) yang menjadi Sultan Sumbawa ke-3.[5][6][17][18][19][20][21][22][23][24][25][26][27][28][29][30]

(di Keling/Koromandel)[27]
Saudagar Mangkubumi 1
Saudagar Jantam
RAJA NEGARA DIPA 1 m. 1380-1420
♂ Empu Jat-Maka
Maharaja di Candi


↓(beristeri)


♀ Sita Rara
RAJA NEGARA DIPA 2 m. 1420-1460
♂ Lambung Mangkurat
Ratu Kuripan

https://pl.wiki-indonesia.club/wiki/W%C5%82adcy_Kalimantanu#Sułtani_Banjarmasinu
↓(beristeri)


♀ Dayang Diparaja
binti
♂ Aria Malingkun
♀ Putri Huripan


↓(bersuami)


RAJA NEGARA DIPA 5 m. 1480-1490
♂ Maharaja Suria-Gangga Wangsa
bin
RAJA NEGARA DIPA 4 m. 1470-1480
♂ Maharaja Suria-Nata
(suami Putri Junjung Buih RAJA NEGARA DIPA 3 m. 1460-1470)
♀ Putri Kalarang
(keponakan Pangeran Suria-Wangsa)


↓(bersuami)


♂ Pangeran Suria-Wangsa
(adik Maharaja Suria-Ganggawangsa)
bin
RAJA NEGARA DIPA 4 m. 1470-1480
♂ Maharaja Suria-Nata
(suami Putri Junjung Buih RAJA NEGARA DIPA 3 m. 1460-1470)
RAJA NEGARA DIPA 6
♂ Maharaja Carang Laleyan


↓(beristeri)


RAJA NEGARA DIPA 7
♀ Putri Ketumpu
Putri Kalungsu
(adik Putri Kalarang)
binti
RAJA NEGARA DIPA 5 m. 1480-1490
♂ Maharaja Suria-Gangga Wangsa
(suami Putri Huripan)
RAJA NEGARA DAHA 1
♂ Maharaja Sari Kaburungan
Raden Sekar Sungsang
Panji Agung Rama Nata
Ki Mas Lelana
♂ Raden Bangawan
(adik Maharaja Sukarama RAJA NEGARA DAHA 2)
♂ Raden Mantri Alu
(ipar Raden Panjang Pangeran Tumenggung)


↓(beristeri)


♀ Putri Galuh Baranakan
(adik Raden Panjang Pangeran Tumenggung)
binti
RAJA NEGARA DAHA 2
♂ Maharaja Sukarama
SULTAN BANJAR 1
m. 1500-1540[30]
♂ Raden Jaya Sutera
Raden Raga Samudera
Pangeran Jaya Samudera
Sultan Suryanullah
Sultan Suriansyah
anumerta: Susunan Panembahan Batu Habang
(keponakan Raden Panjang Pangeran Tumenggung)
SULTAN BANJAR 2
Sultan Rahmatullah
anumerta: Susunan Panembahan Batu Hirang
SULTAN BANJAR 3
Sultan Hidayatullah 1
anumerta: Susunan Panembahan Batu Putih
♂ Raden Subamanggala
Pangeran Mangkunagara
♂ Raden Timbakal
Pangeran Dipati Martasari


↓(beristeri)


♀ nyai Si Jawa
DATU/PANGERAN TALIWANG 1
Raden Marabut
Raden Subangsa
Pangeran Taliwang
(duda cerai mati dari almarhumah Mas Surabaya)


↓(beristeri)


♀ Dewa Mas Panghulu
(saudari dari Dewa Mas Cinni/Dewa Mas Pamayam SULTAN SUMBAWA 1 m. 1648-1768)
SULTAN SUMBAWA 3 m. 1675-1705
♂ Raden Bantan
Dewa Mas Bantan
Dewa Masmawa Sultan Harunnurrasyid I
Datu Loka
(+ Mei 1713)


↓(beristeri) menikah 29 Juni 1684


♀ Halimah Daeng Tomi Karaeng Tannisanga
binti
♂ I Mappaiyo Daeng Manyauru Sultan Harun Ar Rasyid Raja Tallo X
RIWABATANG (PEMANGKU) SULTAN SUMBAWA m. 1722 – 1725
DATU SERAN
♂ Datu Bala Sawo
Dewa Loka Ling Sampar
(+ 25 Agustus 1725)
SULTAN SUMBAWA 4 m. 1702 – 1725
DATU TALIWANG
♂ Sultan Jalaluddin Muhammad Syah I
Amasaq
Amas Samawa
Mas Madina
(+ 12 Februari 1725)
DATU JEREWEH
♂ Dewa Maja Jerewe
Mas Palembang
♀ Dewa Iya
(Permaisuri Sultan Hasanuddin, Sultan Bima)
♀ Dewa Isa Karaeng Barong Patolla
(diperistri oleh Aroe Kajoe)

Lihat pula

Rujukan

  1. ^ a b c Hägerdal, Hans (2001). Hindu rulers, Muslim subjects: Lombok and Bali in the seventeenth and eighteenth centuries (dalam bahasa Inggris). Indonesia: White Lotus Press. hlm. 180. ISBN 9747534118.  ISBN 978-974-7534-11-5
  2. ^ Stokvis, Anthony Marinus Hendrik Johan (1888). Manuel d'histoire, de généalogie et de chronologie de tous les états du globe, depuis les temps les plus reculés jusqu'à nos jours (dalam bahasa Prancis). Brill. hlm. 380. 
  3. ^ a b c "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  4. ^ Julmansyah (2008). "Sumbawa (Indonesia: Kabupaten)". Sumbawa menjelang setengah abad. Indonesia: Pemerintah Kabupaten Sumbawa. hlm. 35. ISBN 9791583269. ISBN 9789791583268
  5. ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  6. ^ a b "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diakses tanggal 18 Mei 2019. 
  7. ^ Ben Cahoon. "Indonesian Traditional States II". WORLD STATESMEN.org. Diakses tanggal 3 Juni 2019. 
  8. ^ "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia (dalam bahasa Inggris). hlm. 57. Diakses tanggal 2019-01-05. 
  9. ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diakses tanggal 2019-08-06. 
  10. ^ "Sambangi Taliwang, Raja Gowa Tallo Sebut Silsilah Taliwang-Gowa Tallo Punya Hubungan Erat". kabarntb.com. Diakses tanggal 2019-19-06. 
  11. ^ "Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah". Sejarah Daerah Nusa Tenggara Barat. Direktorat Jenderal Kebudayaan. 1978. hlm. 54. 
  12. ^ Mantja, Lalu (1984). Sumbawa pada masa dulu: suatu tinjauan sejarah. Indonesia: Rinta. 
  13. ^ Annabel Teh Gallop (2002). "Malay Seal Inscriptions: A Study in Islamic Epigraphy from Southeast Asia" (dalam bahasa Inggris). 3. University of London: 542. 
  14. ^ a b Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat. Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 126. 
  15. ^ a b "Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional (Indonesia), Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Indonesia), Proyek Peningkatan Penelitian Arkeologi Jakarta (Indonesia)". Berita penelitian arkeologi, Masalah 11-14. Indonesia: Proyek Pelita Pengembangan Media Kebudayaan, Departemen Pendidikan & Kebudayaan. 1977. hlm. 10. 
  16. ^ Rachmat Salahuddin, Sitti Maryam (1999). Henri Chambert-Loir, ed. Bo' Sangaji Kai: catatan kerajaan Bima. Indonesia: Ecole française d'Extrême-Orient : Yayasan Obor Indonesia, 1999. hlm. 56. ISBN 9794613398.  ISBN 978-979-461-339-9
  17. ^ https://www.scribd.com/doc/190123982/Hikayat-Banjar
  18. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Hikajat Bandjar: A study in Malay historiography (dalam bahasa Inggris). Bibliotheca Indonesica, Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (Netherlands), Martinus Nijhoff. 
  19. ^ Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar (dalam bahasa Melayu). Diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Lot 1037, Mukim Perindustrian PKNS - Ampang/Hulu Kelang - Selangor Darul Ehsan, Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405.  ISBN 983-62-1240-X
  20. ^ Rosyadi, Sri Mintosih, Soeloso, Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara (Indonesia) (1993). Hikayat Banjar dan Kotaringin. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional, Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara. hlm. 139. 
  21. ^ (Belanda) Cense, Anton Abraham (1928). De kroniek van Bandjarmasin. C.A. Mees. hlm. 54. 
  22. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Johannes Jacobus Ras, ed. Hikajat Bandjar: A Study in Malay Historiography (dalam bahasa Inggris). Martinus Nijhoff. 
  23. ^ Ras, Johannes Jacobus (1968). Bibliotheca Indonesica (dalam bahasa Inggris). 1. Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 
  24. ^ Rogayah A. Hamid, Etty Zalita Zakaria. Inti sari karya klasik (dalam bahasa Melayu). 1. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. ISBN 9836295062.  ISBN 978-983-62-9506-4
  25. ^ Hikayat Banjar, Siri karya sastera klasik untuk remaja (dalam bahasa Melayu). Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pendidikan Malaysia. 2004. ISBN 9836280146.  ISBN 978-983-62-8014-5
  26. ^ "Museum Negeri Lambung Mangkurat". Hikayat Banjar Volume 1 dari Seri penerbitan Museum Negeri Lambung Mangkurat. Indonesia: Museum Negeri Lambung Mangkurat. 1981. 
  27. ^ a b Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 23. Ter Lands-drukkerij: 199. 
  28. ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 51. Ter Lands-drukkerij: 199. 
  29. ^ Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (1861). "Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (Geschiedkundige aanteekcningen omtrent zuidelijk Borneo)". 51. Becht: 199. 
  30. ^ a b Hoëvel, Wolter Robert (1861). "Wolter Robert Hoëvel". Tijdschrift voor Nederlandsch Indië (dalam bahasa Belanda). 23. Ter Lands-drukkerij. hlm. 199. 

Pranala luar