Melati
Melati merupakan tanaman bunga hias berupa perdu berbatang tegak yang hidup menahun. Melati merupakan genus dari semak dan tanaman merambat dalam keluarga zaitun (Oleaceae). Terdiri dari sekitar 200 spesies tumbuhan asli daerah beriklim tropis dan hangat dari Eurasia, Australasia dan Oseania, melati secara luas dibudidayakan untuk aroma khas bunganya yang harum. Di Indonesia, salah satu jenis melati telah dipilih menjadi "puspa bangsa" atau bunga simbol nasional yaitu melati putih (Jasminum sambac), karena bunga ini melambangkan kesucian dan kemurnian, serta dikaitkan dengan berbagai tradisi dari banyak suku di negara ini. Bunga ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hiasan rambut pengantin perempuan dalam upacara perkawinan berbagai suku di Indonesia, terutama suku Jawa dan Sunda. Jenis lain yang juga populer adalah melati gambir (J. officinale). Di Indonesia nama melati dikenal oleh masyarakat di seluruh wilayah Nusantara. Nama-nama daerah untuk melati adalah Menuh (Bali), Meulu atau Riwat (Aceh),[1] Menyuru (Banda), Melur (Gayo dan Batak Karo), Manduru (Menado), Mundu (Bima dan Sumbawa) dan Manyora (Timor), Melati Salam (UMI), Malete (Madura) serta Beruq-beruq(Mandar).
Di Italia, melati casablanca (Jasminum officinalle), yang disebut Spanish Jasmine ditanam tahun 1692 untuk dijadikan parfum. Tahun 1665 di Inggris dibudidayakan melati putih (J. sambac) yang diperkenalkan oleh Duke Casimo de Medici. Dalam tahun 1919 ditemukan melati J. parkeri di kawasan India Barat Laut yang kemudian dibudidayakan di Inggris pada tahun 1923.
Jenis-jenis melati
Di antara 200 jenis melati yang telah diidentifikasi oleh para ahli botani, baru sekitar 9 jenis melati yang umum dibudidayakan dan terdapat delapan jenis melati yang potensial untuk dijadikan tanaman hias. Sebagian besar jenis melati tumbuh liar di hutan-hutan karena belum terungkap potensi ekonomi dan sosialnya. Tanaman melati termasuk suku melati-melatian atau Oleaceae.
Jenis-jenis melati di antaranya adalah:
- Jasminum elongatum (Berg.) Willd. (melati hutan: gambir, poncosudo; syn. J. multiflorum Bakh. non (Burm.f.) Andr.).
- Jasminum mensyi (Jasminum primulinum, melati primrose).
- Jasminum multiflorum (Burm.f.) Andr. (Star Jasmine, syn. J. pubescens Willd.).
- Jasminum officinale (melati casablanca, Spanish Jasmine) sinonim dengan J. floribundum = Jasmine grandiflorum). Perdu setinggi 1,5 meter.
- Jasminum parkeri Dunn. (melati pot).
- Jasminum revolutum Sims. (melati italia)
- Jasminum rex (melati raja, King Jasmine).
- Jasminum sambac (L.) Aiton (melati putih, puspa bangsa)
- Jasminum simplicifolium (melati australia, J. volibile, melati bintang). Melati hibrida. Bunga berwarna merah muda dan harum.
Manfaat
Bunga melati bermanfaat untuk bunga tabur, bahan industri minyak wangi, kosmetika, parfum, farmasi, penghias rangkaian bunga dan bahan campuran atau pengharum teh, seperti teh melati yang populer di Indonesia.
Bunga dan daun-daun dari beberapa spesies melati digunakan untuk mengurangi atau menghentikan keluarnya susu ibu,[2][3] dalam rupa bunga yang diremukkan atau tapal daun-daunan yang ditempelkan di atas buah dada.[4]
Tapal daun-daun dari beberapa jenis melati dipakai untuk mengobati bisul dan sakit kulit. Daun-daun ini juga digunakan sebagai obat kumur untuk mengobati seriawan dan pembengkakan gusi. Air rendaman bunga yang telah bermalam digunakan sebagai penyegar untuk mencuci muka.[4]
Ekstrak akar beberapa jenis melati dimanfaatkan sebagai penurun demam. Rebusan akar melati atau rendaman bunganya dipakai untuk mengatasi radang peparu, bronkitis, dan juga asthma. Akar yang ditumbuk dijadikan tapal untuk menyembuhkan keseleo atau patah tulang. Tingtur (ekstrak dalam alkohol) akar J. sambac memiliki khasiat kuat sebagai penenang (sedativa), anestetik, dan penyembuh luka.[4]
Beberapa jenis melati juga ditanam sebagai penghias taman.[5]
Sumber
- ^ Aboe Bakar dkk. 2011. Kamus Bahasa Aceh - Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
- ^ Amuthavalluvan, V. & J. Devarapalli. 2011. "Indigenous knowledge and health seeking behavior among Kattunayakan: a tribe in transition". Glob. J. Human Soc. Sci. 11(6), Oct. 2011.
- ^ Shrivastav P., K. George, N. Balasubramaniam, M.P. Jasper, M. Thomas, & A.S. Kanagasabhapathy. 1988. "Suppression of puerperal lactation using jasmine flowers (Jasminum sambac)". Aust. N.Z. J. Obstet. Gynaecol. 28(1):68-71. Feb. 1988.
- ^ a b c Rahajoe, J.S., R. Kiew, & J.L.C.H. van Valkenburg. 1999. Jasminum L. in Padua, L.S., N. Bunyapraphatsara, & R.H.M.J. Lemmens (Eds.) Plant Resources of South-East Asia 12(1) - Medicinal and poisonous plants 1: 315-20. Prosea Foundation, Bogor.
- ^ Kerala Agric. Univ.: Jasmine