Keris Kyai Condong Campur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 23 Maret 2006 21.16 oleh *drew (bicara | kontrib) (format, kategori)

Condong Campur Kanjeng Kyai, adalah salah satu keris pusaka milik KErajaan Majapahit yang banyak disebut-sebut dalam Legenda dan Folklor. Secara pasti, tidak ada orang yang mengetahui Dapur dan Pamor keris ini, sehingga banyak yang mengatakan bahwa Dapur keris ini adalah Condong Campur itu sendiri. Konon Keris Pusaka ini dibuat beramai-ramai oleh seratus orang mPu. Bahan besinya diambilkan dari berbagai tempat. Akhirnya, keris ini menjadi Pusaka yang sangat 'ampuh' tetapi memiliki watak yang 'Jahat'.

Condong Campur merupakan perlambang Keinginan untuk menyatukan perbedaan. Condong berarti miring yang mengarah ke suatu titik, yang berarti keberpihakan atau keinginan. Campur berarti menjadi satu atau perpaduan. Dengan demikian, Condong Campur adalah keinginan untuk menyatukan suatu keadaan tertentu.

Filosofi Sejarah

Ketika Majapahit sudah menjapai titik kejayaan, disana sangat banyak sekali perbedaan. Heteroginitas inilah yang menyebabkan terjadinya perbedaan di masyarakat. Baik dari aspek Agama, Budaya, Kasta dsb. Paling tidak ada 2 golongan yang memiliki perbedaan pandangan sangat tajam; Golongan pertama adalah Kaum pemilik Modal, pedagang dan Pejabat. Golongan kedua adalah masyarakat bawah yang kecewa dengan kondisi yang mereka alami. Keterpurukan nasib, ketertekanan hidup dan penindasan.

Dalam dunia perkerisan, Golongan pertama ini diibaratkan dengan keris dapur Sabuk Inten. Sabuk berarti Ikat Pinggang. Sedangkan Inten berarti Intan atau Permata. Dengan demikian, Sabuk Inten memfisualisasikan Golongan pemilik modal yang dipenuhi dengan kelimang harta benda. Sedangkan Golongan Kedua adalah masyarakat bawah yang kecewa, marah dsb. (Jawa = Sengkel Atine atau Jengkel Hatinya). Dalam dunia perkerisan, kondisi ini diidentikan dengan keris dapur Sengkelat. Diambil dari makna kata SENGKEL ATine.

Dengan adanya perbedaan tersebut, maka diupayakan adanya persatuan dan pembauran (CONDONG CAMPUR) antar golongan. Tetapi yang terjadi hanyalah pembauran 'semu' yang hanya muncul di permukaan saja. Tetapi sesungguhnya dalam kenyataan kehidupan masyarakat, tidak terjadi pembauran. Ketidakberhasilan upaya pembauran ini sesungguhnya juga karena ketidakinginan para pemilik modal untuk melakukan pembauran tersebut dan khawatir akan mengganggu kepentingan mereka.

Legenda dan mitos

Dalam dunia perkerisan muncul mitos dan legenda yang mengatakan adanya pertengkaran antara beberapa keris. SABUK INTEN yang merasa terancam dengan adanya CONDONG CAMPUR, akhirnya memerangi Condong Campur. Dalam pertikaian tersebut, Sabuk Inten Kalah. Sedangkan SENGKELAT yang juga merasa sangat tertekan oleh kondisi, juga akhirnya memerangi CONDONG CAMPUR hingga akhirnya Condong Campur kalah dan melesat ke angkasa menjadi LINTANG KEMUKUS (Komet atau Bintang Berekor), dan mengancam akan kembali ke bumi dalam kurun waktu 500 tahun untuk membuat huru hara (Jawa = Ontran-ontran).

Kenyataan sejarah

Dalam kenyataannya, perkembangan masyarakat Majapahit menunjukkan perpecahan, baik di masyarakat maupun dalam istana itu sendiri. Pada akhir, perpecahan tersebut menyebabkan Majapahait menjadi lemah dan akhirnya bisa ditundukkan oleh kerajaan Demak. Kerajaan Islam yang 'baru' berdiri dari Trah Majapahit itu sendiri.