Lompat ke isi

Rasio keuangan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 16 November 2021 17.32 oleh Sathira15 (bicara | kontrib)

Rasio keuangan atau yang dapat disebut juga dengan alat analisis keuangan ini merupakan penggabungan yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam laporan keuangan, hubungan antara unsur laporan tersebut dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Rasio keuangan ini sendiri memiliki beberapa fungsi yang diantaranya adalah sebagai metode analisisi fundamental, sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan dasilitas, untuk melihat kemampuan perusahaan dalam persediaan barang, juga sebagai alat kontrol (Controlling) dan bahan evaluasi atas pencapaian kinerja perusahaan dalam priode tertentu dan terakhir sebagai bahan peerbandingan untuk menemukan solusi atas suatu masalah.[1]

Jenis-jenis Rasio Keuangan

Rasio Likuidasi

Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek ini pun terbagi menjadi 2, yaitu:[2]

  1. Cuurent Ratio. Tujuannya adalah untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan perbandingan 1:1. Semakin besar kelancaran aktivitas perusahaan maka semakin tinggi pula peluang perusahaan menutupi kewajiban jangka pendenya. Rasio ini akan dinyatakan rendah kita berada di titik 0<RL<120% (120 merupakan target BLU/Kondisi Eksisting).
    Rumus :
  2. Cash Ratio. Tujuannya adalah untuk melihat perbandingan antara saldo dan utang jangka pendek. Rasio kas ini akan dinyatakan rendah jika berada di titik 0<RK<60%.
    Rumus :

Rasio Sovibilitas

Rasio solvabilitas berfungsi untuk memeriksa kemampuan, apakah pperusahaan mampu untuk memenuhi utang jangka panjangnya. Rasio ini meliputi rasio utang terhadap aset perusahaan, cakupan bunga dan rasio utang terhadap ekuitas (D/E). Rasio ini juga sering digunakan oleh calon pemberi pinjaman ketika mengevaluasi kelayakan kredit perusahaan dan juga calon investor obligasi.[3]

Rasio Cakupan Bunga

  • EBIT : Laba sebelum bunga dan pajak

Semakin tinggi rasionya, semakin baik. Jika rasio turun menjadi 1,5 atau di bawahnya, ini mungkin menunjukkan bahwa perusahaan akan kesulitan memenuhi bunga atas hutangnya.

Rasio Utang Terhadap Aset

Rasio yang lebih tinggi, terutama di atas 1,0, menunjukkan bahwa perusahaan secara signifikan didanai oleh utang dan mungkin mengalami kesulitan memenuhi kewajibannya.

Rasio Ekuitas

  • SER : Rasio ekuitas pemegang saham
  • TSE : Total ekuitas pemegang saham[4]

Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas digunakan sebagai pembanding bagaimana kinerja perusahaan dari waktu ke waktu dalam analisis pernyataan horizontal atau bagaimana kinerja perusahaan dibandingkan dengan rekan-rekannya dalam analisis perusahaan yang sebanding.[5] Rasio ini juga dapat dijadikan sebagai alat ukur untuk melihat seberapa efektif suatu perusahaan dalam mengelola aset untuk meraih manfaat ekonomis. Itu lah mengapa rasio ini juga disebut dengan utilization ratios.[6]

Rasio aktivitas diklasifikasikan ke dalam tiga kategori utama:

  1. Modal Kerja
  2. Aset Tetap
  3. Jumlah Aset

Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan. Rasio ini disebut juga rasio rentabilitas.

Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain:

  • Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Rasio margin laba kotor dapat bervariasi secara drastis tidak hanya dari satu industri ke industri tetapi juga dalam segmen pasar yang berbeda dari industri yang sama. GPM rata-rata dapat digunakan untuk membandingkan profitabilitas, akan tetapi rata-rata tersebut dapat terdistorsi karena variasi dalam margin profitabilitas segmen pasar yang berbeda dalam industri tersebut.[7]

  • Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang mengukur besarnya laba bersih perusahaan dibandingkan dengan penjualannya. Rasio ini menginterpretasikan tingkat efisiensi perusahaan, yakni sejauh mana kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya operasionalnya pada periode-periode tertentu. Atau dengan kata lain rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Tujuan Rasio Keuangan

Tujuan umumnya adalah untuk memberikan informasi tentang hasil operasi, posisi keuangan, dan arus kas organisasi. Informasi ini digunakan oleh para pembaca laporan keuangan untuk membuat keputusan mengenai alokasi sumber daya. Selain itu tujuannya juga adalah untuk memberi tahu pembaca tentang status bisnis saat ini pada tanggal yang tercantum di neraca. Informasi ini digunakan untuk memperkirakan likuiditas, pendanaan, dan posisi utang suatu entitas, dan merupakan dasar untuk sejumlah rasio likuiditas. Akhirnya, tujuan dari laporan arus kas adalah untuk menunjukkan sifat penerimaan dan pengeluaran kas, dengan berbagai kategori. Informasi ini sangat bermanfaat, karena arus kas tidak selalu cocok dengan pendapatan dan pengeluaran yang ditunjukkan dalam laporan laba rugi.

Berikut juga salah satu tujuan rasio keuangan yaitu:

  1. Keputusan kredit. Pemberi pinjaman menggunakan seluruh rangkaian informasi (gambaran) dalam bidang keuangan untuk menentukan apakah mereka harus memberikan kredit pada bisnis, atau membatasi jumlah kredit yang telah diperpanjang. Lembaga keuangan (bank dan perusahaan pemberi pinjaman lainnya) menggunakannya untuk memutuskan apakah akan memberi perusahaan modal kerja baru atau memperpanjang surat utang (seperti pinjaman bank jangka panjang atau surat utang) untuk membiayai ekspansi dan pengeluaran signifikan lainnya.[8]
  2. Keputusan investasi. Investor menggunakan informasi untuk memutuskan apakah akan berinvestasi, dan harga per saham di mana mereka ingin berinvestasi. Pengakuisisi menggunakan informasi untuk mengembangkan harga yang akan ditawarkan untuk membeli bisnis.
  3. Keputusan perpajakan. Entitas pemerintah dapat mengenakan pajak bisnis berdasarkan aset atau pendapatannya, dan dapat memperoleh informasi ini dari keuangan.
  4. Keputusan tawar serikat pekerja. Serikat pekerja dapat mendasarkan posisi tawarnya pada kemampuan yang dirasakan dari suatu bisnis untuk membayar; informasi ini dapat diperoleh dari laporan keuangan.
  5. Keputusan Bisnis. Pemilik dan manajer memerlukan laporan keuangan untuk membuat keputusan bisnis penting yang memengaruhi kelanjutan operasinya. Analisis keuangan kemudian dilakukan pada pernyataan-pernyataan ini untuk memberikan pemahaman yang lebih rinci tentang angka-angka kepada manajemen. Pernyataan ini juga digunakan sebagai bagian dari laporan tahunan manajemen kepada pemegang saham.

Keunggulan dan Kelemahan

Kelemahan

  1. Kebijakan dan kerangka kerja akuntansi yang berbeda. Kerangka kerja akuntansi menggunakan kebijakan akuntansi yang paling tepat mencerminkan keadaan entitas mereka. Sedangkan tingkat fleksibilitas penting untuk menyajikan informasi yang dapat diandalkan.
  2. Estimasi bersifat subyektif. Kurangnya presisi karena melibatkan penggunaan pandangan ke depan manajemen dalam menentukan nilai-nilai yang termasuk dalam laporan keuangan.
  3. Penggunaan penilaian profesional tak kalah penting dalam menerapkan kebijakan. Namun, perbedaan dalam interpretasi persyaratan standar akuntansi dan penerapannya pada skenario praktis akan selalu tidak terhindarkan.
  4. Laporan keuangan rentan terhadap penipuan dan kesalahan yang dapat merusak keseluruhan kredibilitas dan keandalan informasi yang terkandung di dalamnya.
  5. Nilai prediktif terbatas. Laporan keuangan menyajikan laporan kinerja entitas dan menawarkan wawasan terbatas tentang prospek masa depan perusahaan. Oleh karena itu hal ini tidak memiliki nilai prediksi yang penting dari sudut pandang investor.[9]

Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan

  1. Rasio mengidentifikasi area masalah yang perlu diperhatikan. Misalnya, rasio lancar kurang dari 2:1 akan mengingatkan Anda akan potensi masalah likuiditas.
  2. Perbandingan rasio perusahaan dengan standar industri akan menyoroti area yang perlu ditingkatkan agar tetap kompetitif. Metode mengevaluasi kinerja perusahaan dari waktu ke waktu dengan tolok ukur industri dikenal sebagai analisis komparatif.
  3. Bergantung pada tujuan rasio keuangan yang dapat memberi lebih banyak wawasan untuk menganalisis hasil.
  4. Rasio keuangan dapat menjadi landasan bagi kebijakan baru dan perencanaan strategis.
  5. Rasio keuangan menjadi indikator untuk membantu menjaga bisnis tetap memperoleh keuntungan.[10]

Referensi

  1. ^ Danny, Muhammad Nuryatno Amin (1 Februari 2014). "PENGARUH RASIO KEUANGAN TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) TAHUN 2008-2011". Akuntansi Trisaksi. 1. 
  2. ^ Gie (2020-06-18). "Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, dan Berbagai Jenisnya". Accurate Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-10. 
  3. ^ Gie (2020-06-18). "Rasio Keuangan: Pengertian, Fungsi, dan Berbagai Jenisnya". Accurate Online (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-16. 
  4. ^ "What Is a Solvency Ratio?". Investopedia (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-10. 
  5. ^ "Activity Ratios". Corporate Finance Institute (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-10. 
  6. ^ "Rasio Aktivitas: Definisi, Jenis, Rumus, Analisis, Contoh Soal". Invesnesia.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-11-10. 
  7. ^ Ahmad. "Rasio Profitabilitas: Pengertian, Fungsi, Tujuan, Dan Jenis". Diakses tanggal 2021-11-14. 
  8. ^ Thionita, Virtina; BBA (2021-07-20). "Analisis Rasio Keuangan: Pengertian, Tujuan, dan Caranya". Perencana Keuangan Pertama Yang Tercatat OJK. Diakses tanggal 2021-11-16. 
  9. ^ Dr. Darmawan, M.AB (Februari 2020). Dasar-dasar Memahami Rasio dan Laporan Keuangan. Yogyakarta: UNY Press. ISBN 978-602-498-136-5. 
  10. ^ novitasari (2019). "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2013-2017". Universitas Islam Batik Surakarta Indonesia. Vol 2, No 1.