Lompat ke isi

Problem kucing jatuh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 November 2021 04.48 oleh Silvanus Aikaterine (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'thumb|upright|Seekor kucing jatuh yang dimodelkan sebagai dua bagian yang berputar secara independen dan berbalik sambil tetap mempertahankan momentum sudut bersih nol '''Problem kucing jatuh''' adalah persoalan seputar penjelasan fisika di balik fenomena refleks meluruskan kucing: bagaimana tubuh yang jatuh bebas (kucing) dapat mengubah orientasinya sedemikian rupa sehingga ia dapat meluruskan dirinya sendiri saat j...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Seekor kucing jatuh yang dimodelkan sebagai dua bagian yang berputar secara independen dan berbalik sambil tetap mempertahankan momentum sudut bersih nol

Problem kucing jatuh adalah persoalan seputar penjelasan fisika di balik fenomena refleks meluruskan kucing: bagaimana tubuh yang jatuh bebas (kucing) dapat mengubah orientasinya sedemikian rupa sehingga ia dapat meluruskan dirinya sendiri saat jatuh untuk mendarat dengan kakinya, terlepas dari orientasi awalnya, dan tanpa melanggar hukum kekekalan momentum sudut.

Meskipun tampak lucu dan sepele untuk diajukan, solusi problem ini tidak sesederhana pernyataannya. Kontradiksi dengan hukum kekekalan momentum sudut terjadi karena kucing bukanlah benda tegar, tetapi bisa mengubah bentuknya selama jatuh karena tulang punggung kucing yang fleksibel dan tulang selangkanya tidak berfungsi. Tubuh kucing dengan demikian, memiliki tipikal dari mekanisme benda yang dapat dideformasi.

Beberapa penjelasan telah diajukan untuk fenomena ini sejak akhir abad ke-19:

  1. Kucing mengandalkan kekekalan momentum sudut.[1]
  2. Sudut rotasi tubuh bagian depan lebih besar dari tubuh bagian belakang.[2]
  3. Dinamika kucing yang jatuh telah dijelaskan menggunakan persamaan Udwadia–Kalaba.[3]

Referensi

  1. ^ Marey 1894a, hlm. 714–717.
  2. ^ McDonald 1955, hlm. 34–35.
  3. ^ Zhen et al. 2014, hlm. 2237–2250.

Bacaan lanjutan

Bacaan lanjutan