Raja Lear
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
King Lear adalah sandiwara tragedi karya William Shakespeare yang terbaik. Sandiwara ini didasarkan atas legenda Raja Leir dari Britania. Terjemahan buku ke dalam bahasa Indonesia dengan judul Raja Lear dilakukan oleh Trisno Sumardjo.[1]
Sandiwara ini menceritakan kisah seorang raja yang menyerahkan tahtanya, putri-putri yang menipu sang ayah, seorang ayah yang memutuskan hubungan dengan putri yang disayanginya, istri yang berencana melawan suaminya, saudara melawan saudara, saudari yang mengejar iri hati hingga kematiannya. Raja Lear menampilkan keadaan keluarga yang mengenaskan. Keluarga yang saling melukai satu sama lain. Luka terdalam dapat ditimbulkan melalui tangan orang-orang yang paling disayangi.
Kisah Raja Lear
Tokoh utama
- Lear, raja Britania
- Goneril, putri sulung Lear
- Adipati Albany, suami Goneril
- Regan, putri kedua Lear
- Adipati Cornwall, suami Regan
- Cordelia, putri bungsu Lear
- Pangeran Kent, bangsawan penasehat setia Lear
- Pangeran Gloucester, bangsawan terkemuka Lear
- Edgar, putra tertua Gloucester
- Edmund, putra termuda Gloucester
- Si Bodoh, pelawak istana
Waktu dan tempat
Britania Kuno
Sinopsis
Raja Lear membagikan kerajaannya
Raja Lear berniat untuk memberikan kedua anak tertuanya, Goneril dan Regan, dua bagian dari kerajaannya yang sama besarnya dan sama kayanya. Sedangkan bagian ketiga dari kerajaannya, daerah yang paling besar, paling baik, dan lebih subur dari dua lainnya, telah Lear siapkan untuk putri kesayangannya, Cordelia. Cordelia adalah anak termuda Lear. Namun, ia paling bijaksana di antara kedua saudaranya.
Cordelia hari ini akan dinikahkan dengan Adipati Burgundy atau Raja Prancis. Ini artinya ia nantinya akan tinggal di seberang lautan dan memerintah daerahnya dari jauh. Lear tidak bisa untuk berpisah dengan Cordelia. Ia berencana untuk menghabiskan sisa hidupnya dengannya. Sekaranglah saat yang tepat untuk membagikan kerajaannya.
Untuk membuat pembagiannya tampak adil, sang raja mengumumkan suatu ujian untuk menguji rasa sayang anak-anaknya. Ia memanggil seluruh pejabat kerajaanya, para pangeran yang ingin melamar Cordelia, dan ia memanggil ketiga putrinya. Raja Lear mengumumkan bahwa ia akan membagikan kerajaanya sesuai dengan bagaimana anaknya memproklamirkan rasa cinta mereka kepada ayah mereka. Lear percaya bahwa Cordelia yang manis akan memberikan jawaban yang terbaik.
Goneril menjawab yang pertama, tangannya diletakkannya di dadanya, dan ia berkata bahwa ia mencintai ayahnya lebih dari segalanya, demikian juga Regan yang menambahi bahwa tidak ada kesukaan lain selain rasa cintanya kepada ayahnya. Lear lalu menunggu jawaban Cordelia, tetapi Cordelia hanya diam saja. Ia sangat mencintai ayahnya, tetapi merasa bahwa ujian ini tidak benar. Ia tidak dapat memberikan sanjungan kosong seperti kakak-kakaknya. Ia berusaha keras untuk menjawab. "Tidak ada, rajaku", akhirnya ia berkata.
Sang raja merasa darahnya memuncak sampai ke ubun-ubun. "Tidak ada tidak akan menghasilkan apa pun. Coba jawab lagi." Cordelia menjawab bahwa sang raja telah memperanakannya, membesarkannya, mencintainya. Ia telah membalas cintanya dengan mematuhinya, mencintainya kembali, dan menghormatinya. Cordelia lalu menunjuk kepada kedua kakaknya seraya berkata bahwa jika mereka mencintai ayah mereka, mengapa mereka menikah dengan orang lain?
Jawaban Cordelia adalah jawaban yang jujur, tetapi menyakitkan dan memalukan sang raja. Lear adalah raja yang biasa mendengar apa yang ia ingini, dan dengan menggelegar ia menyobek peta daerah yang akan diberikan ke Cordelia menjadi dua, dan masing-masing ditambahkannya ke daerah kakak-kakaknya. Sang raja lalu memutuskan hubungannya dengan Cordelia. Cordelia berlinangan dengan air mata, tetapi tetap menegakkan kepalanya. Patih Kent, penasihat paling setia sang raja, tidak dapat berdiam diri lagi. Ia menegur sang raja dengan mengatakan bahwa Cordelia-lah yang paling mencintai sang raja dari antara ketiganya, dan ia mengatakan bahwa sang raja telah berbuat kezaliman.
Kata-kata sang penasihat semakin membuat marah sang raja. Ia lalu mengusir sang Patih dari kerajaannya dengan ancaman hukuman mati. Sang raja lalu memanggil kedua pangeran yang ingin melamar Cordelia, dan bertanya apakah mereka masih mau menikahi Cordelia setelah Cordelia tidak memiliki warisan apa-apa lagi. Adipati Burgundy segera mengundurkan diri tetapi Raja Prancis sangat terkesan dengan kejujuran Cordelia. Ia berkata bahwa ia sekarang lebih mencintainya lagi dan akan menjadikannya ratu kerajaannya.
Patih Gloucester dan kedua putranya
Setelah kejadian tersebut berakhir, Patih Gloucester (seorang Patih yang lain) berdiri dengan tertegun. Sang Patih adalah salah satu bangsawan tertinggi di kerajaan. Ia tidak pernah melihat sang raja bertindak demikian. Gloucester juga memikirkan tentang kedua anaknya, Edgar, dari istrinya, dan Edmund, dari gundiknya. Ia berpikir bahwa tidak ada yang dapat memisahkannya dari kedua anaknya, atau benarkah demikian?
Tidak disangka-sangka oleh sang Patih, Edmund pada saat yang bersamaan sedang merencanakan suatu perbuatan yang jahat untuk memperoleh tanah ayahnya. Ia berencana untuk mengadu domba antara ayahnya dan kakaknya, Edgar. Edmund masuk ke ruang kerajaan dengan membaca sebuah surat. Setelah ia yakin bahwa ayahnya melihatnya, ia buru-buru menyembunyikan surat tersebut ke kantongnya. Gloucester yang tertarik segera menghampiri Edmund dan meminta surat tersebut, menyangkanya suatu surat cinta atau semacamnya. Edmund pura-pura menolak dengan berkata bahwa surat tersebut dari kakaknya dan ia tidak mau ayahnya membacanya karena berisi hal yang tidak berkenan. Gloucester tiba-tiba menjadi serius. Ia memaksa untuk membacanya, dan akhirnya Edmund memberikan surat tersebut, yang telah dipalsukannya supaya menyerupai tulisan kakaknya. Di dalam surat tersebut dituliskan bahwa Edgar, berencana untuk mendapatkan warisannya, membuat siasat untuk membunuh ayahnya.
Sang Patih sangat tertekan. Ia menyuruh Edmund untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai Edgar dan melaporkannya padanya. Semuanya berjalan sesuai dengan rencana Edmund. Ia mencari Edgar dan dengan bersumpah setia kepadanya mengatakan bahwa ayah mereka berencana untuk membunuh Edgar karena alasan yang tidak diketahui. Edmund menyuruh Edgar untuk melarikan diri dan bersembunyi. Ia berjanji untuk menengahi perkara mereka demi Edgar. Edgar sangat terkejut dengan peringatan yang tiba-tiba ini, tapi ia percaya kepada adiknya dan lari ke luar kota.
Raja Lear dan kedua putrinya
Seminggu kemudian, Raja Lear mengunjungi putrinya Goneril di istana putrinya. Ia membawa seratus ksatria dengannya dan seorang badut kerajaan. Sang raja dan pengikutnya menghabiskan waktu mereka berburu dan berpesta. Hal tersebut akhirnya menghabiskan tenaga para pesuruh istana dan menghabiskan kesabaran Goneril. Goneril menyuruh pesuruh-pesuruhnya untuk mengabaikan permintaan ayahnya karena sekarang ia telah menguasai setengah kerajaannya. Goneril menjadi besar kepala. Ia mengabaikan janjinya untuk merawat ayahnya pada hari tuanya.
Lear sangat terkejut dengan perlakuan putrinya, dan meratapi putrinya kepada sang badut kerajaan. Pada suatu sore, seorang yang berpakaian sederhana memohon untuk menjadi bawahan sang raja. Ia segera menjadi orang yang sangat berguna dengan memaksa pesuruh-pesuruh melakukan tugas mereka. Raja Lear tidak mengenali orang tersebut, yang ternyata adalah sang Patih Kent yang diusirnya, yang ingin tetap melayani sang raja dengan sembunyi-sembunyi.
Goneril merasa marah dengan pegawai baru ayahnya dan segera memerintahkan ayahnya untuk mengusir lima puluh kesatrianya sebagai akibatnya. Raja Lear bergetar dengan amarah. Ia kemudian menyuruh Kent untuk pergi ke putri keduanya, Regan untuk menceritakan kejahatan kakaknya. Goneril juga mengirimkan utusan ke Regan dengan versi ceritanya.
Raja Lear segera keluar dari istana Goneril. Ia dipenuhi dengan emosi yang menyala-nyala hingga ia merasa hampir gila. Ia berteriak kepada langit supaya ia tidak menjadi gila.
Sementara itu, Regan dan suaminya, Adipati Cornwall, sedang dalam perjalanan mengunjungi Patih Gloucester yang istananya terletak di antara istananya Regan dan Goneril. Kent dan pesuruh Goneril tiba pada saat yang bersamaan di istana Gloucester. Ketika Kent melihat bahwa pesuruh Goneril membawa surat yang jahat kepada Regan, ia kehilangan kontrol dan mengamuk serta menyerang sang pesuruh. Hal ini tidak disukai oleh Cornwall sehingga ia segera menyuruh pengawalnya untuk mengurung Kent sebagai hukuman. Sang tuan rumah, pada saat yang bersamaan, sedang bermasalah dengan kemungkinan pengkhianatan anaknya, Edgar, sehingga tidak melerainya.
Sebentar kemudian, Raja Lear tiba di istana Gloucester. Belum sempat ia menyalami anaknya, Goneril pun tiba. Kedua putri tertuanya lalu bersatu menghadapi ayah mereka. Raja Lear yang sangat marah lalu berteriak dan berjalan cepat menuju hutan. Awan hitam tampak di kejauhan pertanda sebentar akan turun badai. Kent dan sang badut pergi mencari sang raja karena mengkhawatirkan keadaannya. Raja Lear dengan menatap badai berteriak-teriak dengan marah. Kilat dan guntur menggelegar sebagai balasannya. Kent akhirnya berhasil menemukan rajanya dan menuntunnya ke gubuk kecil di dekat situ.
Sementara berjongkok di dalam gubuk yang kecil, sang raja membayangkan kehidupan sebelumnya yang bergelimang kekayaan sementara banyak rakyatnya yang menderita kemiskinan. Sang raja tiba-tiba menyadari kesalahannya. Di dalam gubuk tersebut mereka bertemu dengan seorang yang menyedihkan keadaannya yang berpakaian karung. Ternyata orang tersebut adalah Edgar, anak Gloucester yang baik. Karena Edmund, Edgar tidak dapat pergi dari Inggris, semua prajurit mencari dia di pelabuhan-pelabuhan. Lebih aman baginya bersembunyi di dekat istana. Edgar ketika ditanya oleh Kent memperkenalkan dirinya sebagai Tom, seorang pengemis yang gila.
Di dalam istananya, Gloucester bersiap-siap untuk menerjang badai untuk menyelamatkan rajanya. Sang Patih juga mendapat kabar bahwa Cordelia dan bala tentara Prancis telah mendarat di Dover. Mereka berencana untuk menyelamatkan Lear dan membalaskan segala penghinaan yang diterimanya. Gloucester pun bersiap-siap berangkat. Edmund, anaknya yang jahat, segera pergi mengabari tamu-tamunya Goneril dan Regan dan suaminya Cornwall tentang informasi yang diterima ayahnya. Sebagai ucapan terima kasih, Cornwall mencabut kedudukan Gloucester dan memberikan jabatan dan tanah Gloucester kepada Edmund. Kemudian ia menyuruh Edmund untuk menemani Goneril kembali ke istananya untuk memperingati suaminya, Adipati Albany, untuk bersiap-siap menghadapi invasi Prancis.
Nasib Gloucester
Sementara itu, Gloucester melintasi badai untuk mencari rajanya. Akhirnya ia menemukan rajanya berteriak-teriak tidak keruan dengan seorang gila yang kotor di dalam sebuah liang. Lear berpura-pura sedang berada di istananya. Ia membayangkan Tom dan badutnya sebagai kedua putrinya. Lear mengadili kedua putrinya karena perlakuan mereka yang tidak manusiawi. Khawatir dengan keadaan rajanya, Gloucester segera menyuruh Kent dan sang badut untuk membawa raja yang telah menjadi gila ke Dover, untuk bertemu dengan Cordelia, lalu Gloucester diam-diam kembali ke istananya. Setibanya di gerbang istananya, dua orang penjaga menangkapnya dan mengikatnya di kursi. Regan menyebutnya pengkhianat karena membantu sang raja dan tidak memberitahunya tentang kedatangan tentara Prancis.
Cornwall lalu maju ke depan dan mencungkil satu mata Gloucester. Regan lalu menyuruhnya mencungkil mata yang lain. Bawahan Cornwall terkejut dengan perlakuan biadab tuannya, dan satu orang mencabut pedangnya untuk menghentikan tuannya. Bawahan tersebut berhasil melukai Cornwall dengan parah namun akhirnya ditusuk mati oleh Regan. Cornwall dengan tertatih-tatih lalu berdiri dan mencungkil mata Gloucester yang satunya lagi. Gloucester berteriak-teriak memanggil Edmund, anaknya, untuk membalas dendamnya. Regan berbisik di telinga Gloucester yang telah buta dan memberitahunya bahwa Edmundlah yang mengkhianatinya. Lalu ia menyuruh untuk melepaskan Gloucester supaya ia dapat mengembara sampai Dover. Regan lalu berlutut di samping suaminya yang sekarat.
Setelah dilepaskan, sebentar kemudian Tom menemukannya, tetapi Gloucester tidak mengenalinya sebagai Edgar, anaknya. Edgar yang sangat terpukul menyaksikan kondisi ayahnya, dan berteriak-teriak seperti orang gila. Sang Patih yang buta meminta Tom untuk menuntunnya ke tebing yang tinggi di dekat Dover, sambil berjalan Gloucester mengeluhkan nasib yang menimpanya. Edgar, yang mengetahui bahwa ayahnya berencana untuk melompat dari tebing, menuntunnya ke bukit yang rendah dan meyakinkannya bahwa mereka telah tiba di tebing yang tinggi.
Sebelum melompat, Gloucester berteriak memanggil Edgar, anaknya yang baik, lalu ia melompat ke depan; Gloucester jatuh pingsan sebelum menyentuh tanah yang lunak. Edgar lalu membangunkan ayahnya dan berpura-pura menjadi orang lain serta bersumpah bahwa ia melihatnya jatuh dari ketinggian yang sangat tinggi. Sang Patih tua terkesima karena Tuhan masih melindunginya. Ia bersumpah tidak akan lagi berusaha untuk bunuh diri.
Tiba-tiba, seorang pria melompat dengan pedang terhunus untuk membunuh mereka. Edgar segera menghunus pisaunya dan membunuh orang tersebut. Ternyata orang itu adalah suruhan Goneril untuk membunuh Gloucester. Setelah Edgar memeriksa tubuhnya ia menemukan dua gulungan surat. Yang satu dialamatkan untuk Edmund dari Regan. Regan memintanya untuk menikahinya karena suaminya telah mati. Surat kedua dari Goneril juga untuk Edmund yang meminta Edmund untuk membunuh suaminya, Albany, sehingga ia dapat menjadi istrinya. Edgar pun mengantongi surat tersebut.
Tiba-tiba seseorang yang lain muncul, ia berbaju kotor, tidak bersenjata, dan penuh dengan semak belukar. Ia menggerutu tidak keruan. Gloucester yang mendengar suaranya mengenalinya sebagai sang raja. Lalu dari kejauhan terdengar suara, ternyata adalah prajurit di bawah komando Cordelia. Pasukannya berkemah di dekat situ, sebelum Edgar atau Gloucester sempat bertindak, sang raja telah lari dengan berteriak-teriak. Akhirnya keduanya berhasil menangkap sang raja dan pelan-pelan membawanya ke tenda Cordelia.
Di sana sang raja tidur dengan pulas, sementara persiapan perang dilakukan. Ketika ia terbangun, ia melihat Cordelia di sampingnya, dan meminta maaf kepadanya. Cordelia lalu memeluk ayahnya, bahagia karena ayahnya sudah sadar. Lalu Lear akhirnya mengenali Patih Kent, dan dengan bahagia berkumpul kembali dengan putri kesayangannya dan penasihat kepercayaannya, sang raja lalu tertidur dengan pulas kembali.
Peperangan terakhir
Tidak jauh dari sana, tentara Regan dan Goneril serta Albany telah bersatu. Mereka bertiga bertemu dengan Edmund yang akan mengepalai pasukan gabungan tersebut. Namun pikiran kedua saudari tersebut tidak terpusat pada peperangan di depan, melainkan mereka bertarung untuk memenangkan cinta Edmund. Sementara Regan dan Goneril berseteru, Edgar dengan mengendap-endap memasuki perkemahan mereka. Ketika bertemu dengan Albany, ia meminta izin untuk menantang Edmund. Sebagai bukti pengkhianatan Edmund, Edgar menawarkan surat dari Goneril yang berencana membunuh Albany. Albany setuju untuk memanggil Edgar pada saat yang tepat.
Edmund memimpin pasukan gabungan melawan tentara Prancis yang dikalahkannya dengan mudah. Cordelia dan Lear ditawan. Adipati Albany merasa jijik dengan perbuatan istrinya, Goneril, dan iparnya, Regan, cara mereka memperlakukan ayah mereka. Albany memerintahkan Lear dan Cordelia supaya dilepaskan. Tetapi Edmund memiliki rencana lain untuk menjadi raja seluruh Britania. Diam-diam dia menyuruh orang untuk membunuh para tawanan tersebut.
Edgar lalu kembali menemui Gloucester yang tinggal di luar perkemahan. Sang anak lalu bersujud dan akhirnya mengungkapkan identitas aslinya. Sang ayah, yang sebelumnya sangat lemah karena kesakitan dan pengkhianatan anaknya, tiba-tiba disegarkan kembali oleh karena kabar baik tersebut. Hatinya meluap-luap. Patih tua tersebut mati dengan damai di pangkuan anaknya. Edgar dengan sedih melepaskan jasad ayahnya dan kembali ke perkemahan Britania untuk menantang saudaranya yang jahat.
Albany telah bertindak. Ia menyebut Edmund sebagai pengkhianat. Edmund dengan santai meminta saksi. Albany lalu mengundang Edgar dan kedua saudara tersebut pun bertarung. Sementara itu, Regan tiba-tiba terjatuh. Goneril menyembunyikan tawanya sambil berkata dalam hati bahwa racunnya telah bekerja. Sementara itu akhirnya sang kakak berhasil melukai parah sang adik. Begitu Edmund terjatuh, maka Goneril bersujud di kakinya. Albany lalu menunjukkan suratnya yang membuat Goneril ketakutan dan berlari ke tendanya.
Beberapa saat kemudian, seorang pelayan yang ketakutan melaporkan bahwa Regan telah mati karena racun Goneril, dan Goneril telah bunuh diri dengan pisau. Menghadapi kematian di ujung mata, Edmund mengakui kepada Albany bahwa ia telah menyuruh orang membunuh Cordelia dan Lear. Sang Adipati dengan segera menyuruh orang membatalkan perintah tersebut, tetapi terlambat. Sang raja berteriak dengan sedih sambil menopang tubuh Cordelia yang tidak bernyawa di tangannya. Kent dan Albany segera menghampirinya. Lear dengan lembut meraba bibir putrinya yang memutih dan memegang tangannya. Lalu ia menegakkan kepalanya dan mengutuki semua pengkhianat. Sang raja terlalu sedih untuk meneruskan hidupnya. Ia mengalungkan tangan Cordelia di lehernya. Lalu di tengah-tengah pelukan dingin anaknya yang paling mencintainya, ia menghampiri kematian sendiri.