Lompat ke isi

Abdul Karim (ulama)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Desember 2021 15.38 oleh Fiqih.ald (bicara | kontrib)

KH. Abdul Karim alias Mbah Manab (lahir di Magelang pada 1856, wafat pada 1954 di Kediri), adalah pendiri sekaligus pimpinan pertama Pondok Pesantren Lirboyo yang berlokasi di Desa Lirboyo, Kecamatan Mojoroto, Kota Kediri, Jawa Timur. Beliau adalah putra dari Kiai Abdurrahim dan Nyai Salamah. Pada tahun 1908, KH. Abdul Karim dijodohkan oleh KH. Hasyim Asy'ari dengan putri KH. Sholeh, Banjarmlati, Kediri yang bernama Siti Khodijah

Abdul Karim
NamaAbdul Karim
Situs webhttp://lirboyo.net
IstriSiti Khodijah
KeturunanNy. Hj. Salamah (Isteri KH. Manshur, Ibunda KH. Anwar dan KH. Abdul Aziz)
Ny. Hj. Zainab (Isteri KH. Mahrus Ali)
Ny. Hj. Maryam (Isteri KH. Marzuqi Dahlan)
Ny. Hj. Qamariyyah (Isteri KH. Zaini Munawwir)

Pendidikan

Sejak kecil, KH. Abdul Karim sudah sangat giat untuk mencari ilmu, terutama bersama sang kakak yang bernama Kiai Aliman. Pesantren yang pertama kali beliau singgahi terletak di desa Babadan, Gurah, Kediri. Kemudian beliau meneruskan pengembaraannya ke daerah Cepoko, Nganjuk, di sini kurang lebih selama 6 Tahun. Setelah dirasa cukup, beliau meneruskan ke Pesantren Trayang, Bangsri, Kertosono, Nganjuk, Jawa Timur, di sinilah beliau memperdalam kajian ilmu Al Quran. Lalu beliau melanjutkan pengembaraan ke Pesantren Sono, Sidoarjo, sebuah pesantren yang terkenal dengan ilmu sharaf-nya. Selama tujuh tahun lamanya beliau menuntut ilmu di pesantren itu, selanjutnya beliau memperdalam lagi ilmunya di salah satu pesantren besar di Pulau Madura yang diasuh langsung oleh Syaikhona Kholil Bangkalan selama 23 tahun.

Pada usia 40 tahun, KH. Abdul Karim meneruskan pencarian ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang diasuh oleh sahabat karibnya semasa di Bangkalan Madura yakni KH. Hasyim Asy’ari. Hingga pada akhirnya KH. Hasyim asy’ari menjodohkan KH. Abdul Karim dengan putri Kiai Sholeh dari Banjarmlati Kediri pada tahun 1908.

Mendirikan Pesantren Lirboyo

Setelah dua tahun pernikahannya dengan Nyai Siti Khadijah binti Kiai Sholeh, tepatnya pada 1910, KH. Abdul karim bersama istri tercintanya hijrah ke tempat baru di sebuah desa yang bernama Desa Lirboyo, Kediri, di sinilah titik awal berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo yang hingga saat ini menjadi salah satu pesantren terbesar di Indonesia dan dikenal luas hingga mancanegara.

Pada tada tahun 1913, KH. Abdul Karim mendirikan sebuah masjid di tengah-tengah komplek pondok, sebagai sarana ibadah dan sarana ajar mengajar bagi santri. KH. Abdul Karim adalah sosok yang sederhana dan bersahaja. Beliau gemar melakukan tirakat dan riyadhah (mengolah jiwa), sehingga seakan hari-harinya hanya berisi pengajian dan tirakat.

Pada tahun 1950 saat KH. Abdul Karim menunaikan ibadah haji, kondisi kesehatannya sudah tidak memungkinkan, namun karena keteguhan hati akhirnya keluarga mengikhlaskan keberangkatannya untuk menunaikan ibadah haji dengan ditemani sahabat akrabnya, KH. Hasyim Asy’ari dan seorang dermawan asal Madiun Haji Khozin.

Keluarga

Ayah: Kyai Abdurrahim dari Mertoyudan Magelang

Isteri: Nyai Dlomroh binti Kyai Haji Sholeh Banjarmlati

Putri:

  1. Ny. Hj. Salamah (Isteri KH. Manshur, Ibunda KH. Anwar dan KH. Abdul Aziz)
  2. Ny. Hj. Zainab (Isteri KH. Mahrus Ali)
  3. Ny. Hj. Maryam (Isteri KH. Marzuqi Dahlan)
  4. Ny. Hj. Qamariyyah (Isteri KH. Zaini Munawwir)

Cucu:

  1. Kyai Haji Muhammad Anwar Manshur
  2. Kyai Haji Abdul Aziz Manshur
  3. Kyai Haji Imam Yahya Mahrus
  4. Kyai Haji Abdullah Kafabihi Mahrus
  5. Kyai Haji An'im Falahuddin Mahrus
  6. Kyai Haji Ahmad Idris Marzuqi
  7. Kyai Haji Bahrul Ulum Marzuqi
  8. Kyai Haji Muhammad Ishlah Marzuqi
  9. Kyai Haji Muhammad Habibullah Zaini
  10. Kyai Haji Thaha Widodo Zaini

Wafat

Seusai pulang dari ibadah haji kedua tersebut, KH. Abdul Karim mulai menunjukkan tanda kurang sehat dan sempat sakit-sakitan. Akan tetapi yang cukup menyedihkan adalah kesehatannya semakin turun drastis hingga beliau sakit lumpuh. Sebenarnya gejala kelumpuhan itu sempat diderita hampir satu setengah tahun. Sampai akhirnya saat memasuki Bulan Ramadhan tahun 1374, KH. Abdul Karim semakin kritis, sehingga tidak mampu lagi memberikan pengajian dan menjadi imam shalat jama'ah.

Lalu, tepat pada hari Senin, 21 Ramadhan 1374 H atau tahun 1954 M, KH. Abdul Karim berpulang kehadirat Allah SWT, dan kemudian beliau dimakamkan di belakang Masjid Lawang Songo, Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri.

Referensi

Pranala luar

Didahului oleh:
tidak ada
Pendiri
Ponpes Lirboyo

1926-1947
Diteruskan oleh:
Para Dzuriyah