Lompat ke isi

Tata bahasa

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 17 Desember 2021 09.09 oleh ZaldiGSL (bicara | kontrib) (menambahkan konten dan referensi)

Tata bahasa adalah jenis kaidah bahasa yang mengatur kriteria penggunaan kata dan kalimat.[1] Kedudukan kajian tata bahasa merupakan yang utama dalam pembelajaran bahasa, khususnya pada pendekatan struktural.[2] Tata bahasa merupakan bahan kajian bagi para pengajar dan pembelajar bahasa.[3] Sementara itu, pada abad ke-16 dan ke-17 yang merupakan Abad Pencerahan, para sarjana banyak mengkaji mengenai pembahasan, penyusunan dan perbandingan tata bahasa.[4]

Teori

Tata permainan bahasa

Tata permainan bahasa merupakan salah satu hasil pemikiran dari Ludwig Wittgenstein. Teori ini berawal dari pengubahan pandangan Wittgenstein dari "arti adalah gambaran" menjadi arti adalah kegunaan". Pandangan baru dari Wittgenstein berlawanan dengan atomisme logis yang merupakan pandangan awalnya dalam filsafat bahasa. Peralihan pandangan ini dimulai ketika Wittgenstein menyadari bahwa bahasa memiliki banyak fungsi yang dapat digunakan untuk memahami kenyataan. Inti dari teori tata permainan bahasa adalah adanya aturan pemakaian bahasa yang disebut sebagai tata bahasa. Aturan ini terdapat pada jenis bahasa tertentu yang terdiri dari kata-kata.[5]

Pengembangan

Pengembangan tata bahasa pada manusia dimulai pada tahap anak, yaitu berusia sekitar dua hingga tiga tahun. Pada masa ini, anak mulai menggunakana komponen tata bahasa yang lebih rumit. Kegiatannya meliputi penyusunan pola kalimat sederhana, pemakaian kata tugas, penjamakan dan pemberian imbuhan pada awal dan akhir kata.[6] Sementara itu, tata bahasa menjadi salah satu komponen keterampilan bahasa yang sulit diekspresikan oleh anak dengan gangguan berbahasa.[7]

Kajian

Sintaksis

Sintaksis khusus mengkaji tata bahasa pada tuturan yang memiliki hubungan antarkata.[8] Bahasan di dalam sintaksis berkaitan dengan penggabungan kata hingga menjadi satuan bahasa yang berbentuk frasa, klausa dan kalimat. Kedudukan ketiga satuan tata bahasa ini lebih besar dibandingkan dengan kata. Keinginan pembicara terkait struktur semantik menjadi dasar bagi tata bahasa di dalam sintaksis untuk penempatan morfem suprasegmental pada intonasi.[9]

Penerapan

Ragam bahasa formal

Ragam bahasa formal umumnya menggunakan tata bahasa yang sesuai denga kaidah bahasa baku yang lugas dan sopan. Bahasa formal hanya digunakan pada situasi yang bersifat resmi atau formal antara lain pada surat dinas, pidato, dan karya tulis ilmiah. Selain itu, bahasa formal digunakan pula pada pembicaraan dengan orang yang belum dikenal secara dekat maupun orang yang memiliki kedudukan yang lebih tinggi.[10] Dalam penulisan ilmiah, ekspresi dari logika berpikir diwakili oleh tata bahasa, sehingga kecermatan tata bahasa menandakan kecermatan logika. Penggunaan tata bahasa yang benar merupakan langkah awal dalam penulisan karya tulis ilmiah.[11]

Pemahaman atas isi bacaan

Tata bahasa merupakan salah satu struktur dasar dalam penulisan yang harus dikenali oleh pembaca agar dapar memahami isi bacaan. Pemahaman pembaca terhadap bacaan melibatkan pengenala terhadap tata bahasa, kalimat dan paragraf. Pengenalan ini diperlukan untuk dapat memahami secara lengkap mengenai informasi penting dan gagasan pokok dari suatu bacaan.[12]

Penyuntingan

Penyunting wajib menguasai tata bahasa di dalam melakukan penyuntingan. Penguasaan tata bahasa berperan untuk mencegah terjadinya penerbitan naskah yang tidak efektif di bagian penulisan kalimatnya. Selain itu, penguasaan tata bahasa juga mencegah penggunaan kata yang tidak baku, ketidaktepatan diksi dan kesalahan dalam pemakaian konjungsi.[13]

Referensi

  1. ^ Purwito, dkk. (2016). Cinta Bahasa Indonesia, Cinta Tanah Air (PDF). Yogyakarta: Badan Penerbit ISI Yogyakarta. hlm. 20. ISBN 978-602-6509-02-4. 
  2. ^ Krissandi, A. D. S., Widharyanto, B., dan Dewi, R. P. (2017). Diman, Thomas, ed. Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk SD: Pendekatan dan Teknis (PDF). Bekasi: Penerbit Media Maxima. hlm. 2. ISBN 978-602-8847-87-2. 
  3. ^ Pangesti, Fida (2017). "Tata Bahasa Komunikatif dalam Pembelajaran BIPA Kelas Pemula (A1)" (PDF). Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing. X: 162. 
  4. ^ Nasution, Sahkholid (2017). Kholison, Moh., ed. Pengantar Linguistik Bahasa Arab (PDF). Sidoarjo: CV. Lisan Arabi. hlm. 17–18. ISBN 978-602-70113-8-0. 
  5. ^ Hamidah (2017). Filsafat Pembelajaran Bahasa: Perspektif Strukturalisme dan Pragmatisme (PDF). Bantul: Naila Pustaka. hlm. 38–39. ISBN 978-602-1290-43-9. 
  6. ^ Karmila, M., dan Purwadi. Pembelajaran Bahasa untuk Anak Usia Dini (PDF). Semarang: UPT Penerbitan Universitas PGRI Semarang Press. hlm. 60–61. ISBN 978-602-5784-71-2. 
  7. ^ Harras , K. A., dan Bachari, A. D. (2009). Dasar-Dasar Psikolinguistik (PDF). UPI Press. hlm. 113. ISBN 979-378-906-9. 
  8. ^ Noortyani, Rusma (2017). Buku Ajar Sintaksis (PDF). Yogyakarta: Penebar Pustaka Media. hlm. 2. ISBN 978-602-5414-27-5. 
  9. ^ Supriyadi (2014). Munaris, ed. Sintaksis Bahasa Indonesia (PDF). Gorontalo: UNG Press. hlm. 1. ISBN 978-979-1340-62-5. 
  10. ^ Fradana, A. N., dan Suwarta, N. (2018). Rezania, Vanda, ed. Buku Ajar Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Sidoarjo: UMSIDA Press. hlm. 25. ISBN 978-623-6833-95-7. 
  11. ^ Suyatno, dkk. (2017). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi: Membangun Karakter Mahasiswa melalui Bahasa (PDF). Bogor: Penerbit IN MEDIA. hlm. 114. ISBN 978-602-6469-37-3. 
  12. ^ Nurdjan, S., Firman, dan Mirnawati (2016). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Makassar: Penerbit Aksara Timur. hlm. 83. ISBN 978-602-73433-6-8. 
  13. ^ Haryadi (2021). Keredaksian dan Penyuntingan (PDF). Yogyakarta: Tunas Gemilang Press. hlm. 46. ISBN 978-623-7292-68-5. 

Pranala Luar