Kopra
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Juli 2014) |
Nilai nutrisi per 100 g (3,5 oz) | |
---|---|
Energi | 354 kcal (1.480 kJ) |
24.23 | |
Gula | 6.23 |
Serat pangan | 9 |
33.49 | |
3.33 g | |
Vitamin | Kuantitas %AKG† |
Tiamina (B1) | 6% 0.066 mg |
Riboflavin (B2) | 2% 0.02 mg |
Niasin (B3) | 4% 0.54 mg |
Asam pantotenat (B5) | 20% 1.014 mg |
Vitamin B6 | 4% 0.05 mg |
Vitamin C | 4% 3.3 mg |
Mineral | Kuantitas %AKG† |
Kalsium | 1% 14 mg |
Zat besi | 19% 2.43 mg |
Magnesium | 9% 32 mg |
Fosfor | 16% 113 mg |
Potasium | 8% 356 mg |
Seng | 12% 1.1 mg |
Komponen lainnya | Kuantitas |
Air | 47 |
| |
†Persen AKG berdasarkan rekomendasi Amerika Serikat untuk orang dewasa. Sumber: USDA FoodData Central |
Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah satu produk turunan kelapa yang sangat penting, karena merupakan bahan baku pembuatan minyak kelapa dan turunannya. Untuk membuat kopra yang baik diperlukan kelapa yang telah berumur sekitar 300 hari dan memiliki berat sekitar 3-4 kg. Setelah kopra selesai diekstrak minyaknya, yang tersisa adalah produk samping yang mengandung protein tinggi (18-25%) namun memiliki serat yang sangat tinggi sehingga tidak bisa dimakan oleh manusia. Produk samping ini umumnya diberikan pada hewan ternak sebagai pakan.[1]
Teknik pengolahan kopra ada empat macam, yaitu pengeringan dengan sinar matahari (sun drying), pengeringan dengan pengarangan atau pengasapan di atas api (smoke curing or drying), dan pengeringan dengan pemanasan tidak langsung (indirect drying).[1]
Kopra yang baik sebaiknya hanya memiliki kandungan air 6% – 7% agar tidak mudah terserang organisme pengganggu. Kerusakan yang terjadi pada kopra pada umumnya disebabkan oleh serangan bakteri dan serangan cendawan. Serangan tersebut mudah terjadi jika kadar air dalam kopra tinggi, kelembapan udara mencapai 80% atau lebih dan suhu atmosfer mencapai 30 °C. Cendawan yang sering menyerang kopra adalah cendawan Rhizopus sp, Aspergillus niger, dan Penicillium glaucum. Terdapat 4 kualitas kopra, yang diantaranya adalah highgrade copra dan mixed copra.
Produksi
Kopra secara tradisional diparut dan digiling kemudian direbus dalam air untuk mengekstrak minyak kelapa yang terkandung di dalamnya. Produknya digunakan dalam budaya pulau-pulau di Samudra Pasifik dan menjadi salah satu produk komersial berharga di Laut Selatan dan Asia Selatan pada 1860s. Saat ini, proses ektraksi minyak kelapa dilakukan dengan menumbuk kopra untuk diambil minyaknya (70%) dengan produk samping yang dikenal sebagai copra meal (30%). Setelah minyak diekstrak, kelapa yang tersisa terdiri atas 18–25% protein dan sangat banyak serat pangan yang tidak dapat dimakan oleh manusia dalam jumlan yang besar. Produk samping ini biasanya digunakan sebagai pakan hewan pemamah biak.[2]
Dalam budaya populer
Perdagangan kopra pada abad ke-19 menginspirasi novela yang dikearang oleh Robert Louis Stevenson pada 1893 berjudul The Beach of Falesá. Novela ini mengangkat pengalamannya selama berada di Samoa.[3]
Referensi
- ^ a b Grimwood, BE; Ashman, F; Dendy, DAV; Jarman, CG; Little, ECS; Timmins, WH (1975). Coconut Palm Products – Their processing in developing countries. Rome: FAO. hlm. 193. ISBN 978-92-5-100853-9.
- ^ Grimwood, BE; Ashman, F; Dendy, DAV; Jarman, CG; Little, ECS; Timmins, WH (1975). Coconut Palm Products – Their processing in developing countries. Rome: FAO. hlm. 193. ISBN 978-92-5-100853-9.
- ^ Holmes, LD (2001). Treasured Islands: Cruising the South Seas With Robert Louis Stevenson. Sheridan House. ISBN 1-57409-130-1.