Lompat ke isi

Psilosibin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 5 Januari 2022 09.00 oleh Handarii (bicara | kontrib) (→‎Pengalaman mistis: Pengembangan dengan terjemahan, belum selesai)
Struktur kimia Psilocybin
Struktur kimia Psilocybin

Psilosibin adalah senyawa bakal obat psikedelik alami yang diproduksi oleh lebih dari 200 spesies jamur. Produsen paling poten untuk senyawa ini adalah anggota dari genus Psilocybe, seperti P. azurescens, P. semilanceata, dan P. cyanescens tetapi psilosibin juga dapat diisolasi dari sekitar selusin genera lain. Sebagai suatu prodrug (bakal obat), psilosibin dengan cepat diubah oleh tubuh menjadi psilosin, yang memiliki efek memengaruhi mental mirip dengan LSD, meskalin, dan DMT. Secara umum, psilosobin menghasilkan efek antara lain euforia, halusinasi visual dan mental, perubahan persepsi, persepsi waktu yang terdistorsi, dan pengalaman spiritual selain efek samping seperti mual dan serangan panik.

Ilustrasi pada mural dan lukisan batu pra-aksara, yang ditemukan di Spanyol dan Algeria, menunjukkan bahwa manusia sudah lama menggunakan jamur penghasil psilosibin. Di Mesoamerika, jamur-jamur sihir tersebut sudah lama dikonsumsi dalam upacara spiritual dan peramalan sebelum pencatat sejarah bangsa Spanyol mulai mendokumentasikan penggunaannya pada abad ke-16. Pada tahun 1959, kimiawan Swiss Albert Hofmann mengisolasi psilosibin awal yang aktif dari jamur Psilocybe mexicana. Atasan Hoffman, Sandoz, memasarkan psilosibin murni kepada dokter dan psikiater seluruh dunia sebagai bahan psikoterapi psikedelik. Pada akhir 1960-an, aturan hukum tentang obat semakin membatasi penelitian ilmiah tentang efek psilosibin dan halusinogen lain tetapi popularitasnya sebagai enteogen, bahan yang meningkatkan spiritualitas, bertambah pada dekade berikutnya karena meluasnya informasi tentang pembudidayaan jamur psilosibin.

Intensitas dan durasi efek psilosibin beragam, bergantung pada spesies atau kultivar jamur, dosis, faal individu, dan keadaan mental serta lingkungan fisik maupun sosial pengguna, sebagaimana ditunjukkan oleh sejumlah percobaan yang dipimpin oleh Timothy Leary di Universitas Harvard pada awal 1960-an. Setelah ditelan, psilosibin dengan cepat dimetabolisme menjadi psilosin yang memicu aksi pada reseptor serotonin di otak. Efek memengaruhi mental biasanya berlangsung selama 2-6 jam walau pengguna merasa durasi efek jauh lebih lama karena perubahan persepsi waktu. Kepemilikan atas jamur yang mengandung psilosibin dianggap sebagai tindak kriminal di banyak negara dan psilosibin termasuk dalam kategori obat terlarang dalam banyak aturan hukum tentang obat pada tingkat nasional.

Pengalaman mistis

Jamur psilosibin (biasa juga disebut jamur sihir) telah dan masih digunakan dalam berbagai budaya asli di Dunia Baru (Benua-Benua Amerika) baik pada latar keagamaan, peramalan, atau kerohanian. Karena arti kata entheogen ("dewa dalam diri"), jamur sihir dihargai sebagai sakramen kerohanian kuat yang membuka akses ke dunia roh. Jamur ini biasa digunakan dalam komunitas dengan kelompok kecil sebagai perekat kohesi kelompok dan reafirmasi nilai tradisional.[1] Terence McKenna mencatat praktik penggunaan jamur psilosibin di seluruh dunia sebagai etos budaya yang menghubungkan dirinya dengan Bumi dan misteri alam. McKenna berpendapat bahwa jamur memperbesar kesadaran diri dan rasa dekat dengan "Yang Lebih Tinggi" - dalam kata lain, pemahaman yang lebih dalam akan terhubungnya manusia dengan alam.[2]

Obat psikedelik dapat menyebabkan terjadinya keadaan kesadaran yang kemudian meninggalkan makna personal dan kerohanian jangka panjang bagi individu yang religius atau condong kepada hal kerohanian; keadaan ini disebut sebagai pengalaman mistis. Sejumlah ilmuwan berpendapat bahwa banyak sifat pengalaman mistis akibat penggunaan obat tidak dapat dibedakan dari pengalaman mistis yang diperoleh melalui cara yang tidak mengandalkan obat, seperti meditasi atau olah napas holotropik.[3][4] Pada 1960-an Walter Pahnke dan kawan-kawan mengevaluasi pengalaman mistis (yang mereka sebut "kesadaran mistis") secara sistematis dengan membuat kategori ciri umum. Kategori ini, menurut Pahnke, "mendeskripsikan inti pengalaman psikologis yang universal, bebas dari interpretasi teologi atau filsafat yang tergantung pada budaya", dan membantu peneliti menilai pengalaman mistis dalam skala numerik kualitatif.[5]

Pada Percobaan Marsh Chapel tahun 1962, yang diadakan oleh Pahnke di Harvard Divinity School di bawah pengawasan Timothy Leary, hampir semua sukarelawan mahasiswa seminari untuk gelar master yang diberi psilosibin melaporkan pengalaman religius yang dalam.[6] Salah satu partisipan percobaan yakni cendekiawan keagamaan Huston Smith, penulis sejumlah buku cetak tentang perbandingan agama; ia kemudian menggambarkan pengalamannya sebagai "peristiwa kembali ke rumah kosmik paling kuat yang pernah saya alami."[7] Pada penindaklanjutan percobaan setelah 25 tahun, semua subjek penelitian yang diberi psilosibin menggambarkan bahwa mereka mengalami unsur "mistis sesungguhnya dan mendefinisikannya sebagai salah satu titik puncak kehidupan spiritual mereka". Peneliti psikedelik Rick Doblin menganggap penelitian tersebut memiliki bagian yang cacat karena implementasi prosedur double-blind yang tidak benar dan sejumlah pertanyaan tidak presisi pada kuesioner tentang pengalaman mistis. Namun, ia mengatakan bahwa penelitian ini memunculkan "keraguan yang signifikan atas pernyataan bahwa pengalaman mistis dengan katalis obat bersifat inferior dibandingkan pengalaman mistis tanpa obat dalam hal baik isinya secara langsung maupun efek jangka panjangnya". Sentimen ini diulangi kembali oleh psikiater William A. Richards, yang pada tinjauan 2007 menyatakan "penggunaan jamur [psikedelik] dapat menjadi salah satu teknologi yang mendorong terjadinya pengalaman kewahyuan [penyingkapan] yang setidaknya serupa, jika tidak sama, dengan pengalaman yang terjadi melalui apa yang disebut sebagai perubahan kimiawi otak secara spontan."[8]

Kelompok peneliti dari Johns Hopkins University School of Medicine yang dipimpin oleh Griffiths mengadakan studi untuk menilai efek psikologis jangka pendek dan panjang pengalaman penggunaan psilosibin, menggunakan kuesioner tentang pengalaman mistis dan prosedur double-blind yang ketat dalam versi yang telah dimodifikasi.[9] Bersangkutan dengan kemiripan penelitiannya dengan studi oleh Leary, Griffith menjelaskan perbedaan keduanya: "Kami mengadakan penelitian sistematis yang ketat menggunakan psilosibin di bawah kondisi yang dimonitor secara saksama, alur yang Dr. Leary abaikan pada awal 1960-an."[10] Sebuah penelitian yang didanai oleh Institut Penyalahgunaan Obat Nasional Amerika Serikat (National Institue on Drug Abuse, NIDA), yang terbit pada 2006, disanjung oleh para pakar karena kekuatan desain percobaannya. Pada penelitian tersebut, 36 sukarelawan yang belum pernah menggunakan halusinogen diberikan psilosobin dan metilfenidat (Ritalin) pada sesi yang berbeda; sesi metilfenidat berfungsi sebagai kontrol dan plasebo psikoaktif. Tingkat pengalaman mistis diukur dengan kuesioner yang dibuat oleh Ralph W. Hood;[11] 61% subjek melaporkan "pengalaman mistis total" setelah sesi psilosibin sementara hanya 13% melaporkan hasil serupa setelah sesi metilfenidat. Dua bulan setelah diberi psilosibin, 79% partisipan melaporkan peningkatan kepuasan hidup dan rasa sejahtera yang sedang hingga besar. Sekitar 36% partisipan juga mengalami "pengalaman rasa takut" atau disforia yang kuat hingga ekstrem pada sesi psilosibin, hal ini tidak dilaporkan oleh satupun partisipan pada sesi metilfenidat; sekitar sepertiga dari mereka yang melaporkan disforia (13%) memberitahu bahwa rasa takut ini mendominasi seluruh sesi. Efek negatif ini dilaporkan dapat dengan mudah ditangani oleh peneliti dan tidak memberikan efek negatif jangka panjang pada rasa sejahtera subjek.[12]

Studi lanjutan yang diadakan 14 bulan setelah sesi psilosibin awal mengonfirmasi bahwa partisipan secara lanjut memaknai pengalaman tersebut secara personal dan mendalam. Hampir sepertiga subjek melaporkan bahwa pengalaman tersebut adalah satu-satunya peristiwa paling berarti atau signifikan secara spiritual dalam hidup mereka; lebih dari dua per tiga subjek melaporkan peristiwa tersebut termasuk dalam lima peristiwa paling signifikan secara spiritual dalam hidup mereka. Sekitar dua per tiga subjek mengindikasikan bahwa pengalaman tersebut meningkatkan rasa sejahtera atau kepuasan hidup.[6] Bahkan setelah 14 bulan, mereka yang melaporkan pengalaman mistis mendapatkan nilai dengan rerata 4% lebih tinggi pada personality trait keterbukaan kepada pengalaman; biasanya personality trait bersifat stabil sepanjang umur orang dewasa. Hal yang serupa terjadi pada penelitian (2010) dengan kuesioner berbasis internet yang dirancang untuk meneliti persepsi pengguna terhadap manfaat dan bahaya penggunaan obat halusinogen: 60% dari 503 pengguna psilosibin melaporkan bahwa penggunaan psilosibin memiliki pengaruh positif jangka panjang pada rasa sejahtera.[13][14]

Walau banyak penelitian pada abad ke-21 menyimpulkan bahwa psilosibin dapat menyebabkan pengalaman mistis dengan arti personal dan berpengaruh secara spiritual, tidak semua anggota komunitas kesehatan setuju. Paul R. McHugh, mantan direktur Departemen Psikiatri dan Ilmu Perilaku Johns Hopkins, menanggapi dalam tinjauan buku: "Fakta yang tidak disebutkan dalam The Harvard Psychedelic Club ialah bahwa LSD, psilosibin, meskalin, dan bahan serupa tidak menghasilkan "kesadaran yang lebih tinggi" melainkan sebuah "kesadaran yang lebih rendah" tertentu yang dengan baik dikenal oleh para psikiater dan ahli saraf—yaitu, "delirium toksik"."[15] Menanggapi penolakan McHugh terhadap pandangan bahwa pengalaman mistis menghasilkan pandangan baru, Michael Pollan merujuk kepada Roland Griffiths, peneliti dari Johns Hopkins dan penulis banyak penelitian yang mendapati bahwa banyak partisipan sesungguhnya mengalami hal yang memberikan arti personal yang besar dan berkelanjutan yang menghasilkan perubahan positif berkelanjutan dalam fungsi psikologis.[16][9] Menurut Pollan, Griffiths mengakui bahwa mereka yang menggunakan psilosibin dapat mengalami psikosis sementara tetapi merincikan bahwa pasien yang McHugh gambarkan kemungkinan tidak melaporkan pengalaman mereka bertahun-tahun kemudian: "Waw, itu pengalaman paling hebat dan berarti dalam hidupku."[17] Respons demikian dalam kata lain ialah bahwa menyamakan pengalaman karena psilosibin menghasilkan pandangan menakjubkan secara otomatis dengan pengalaman pasien psikiatrik yang serupa secara dangkal (delirium toksik semata) adalah tidak pantas karena hanya "pandangan baru" yang didapatkan dari pengalaman dengan psilosibin yang dilaporkan sering menghasilkan perubahan berkelanjutan dan bermanfaat yang besar dalam hidup seseorang.

Bentuk sediaan

Walau psilosibin dapat dibuat secara sintetik, bahan yang digunakan di luar penelitian biasanya tidak demikian. Psilosibin terkandung dalam spesies jamur tertentu dan dapat ditelan dengan berbagai cara: dengan konsumsi langsung bagian buah segar atau kering, dengan bentuk teh herbal, atau dengan mencampurkannya ke makanan lain untuk menutup rasa pahit.[18] Pada kasus yang jarang, ekstrak jamur disuntikkan langsung secara intravena.[14]

Efek merugikan

Sebagian besar kejadian penggunaan jamur psikedelik fatal yang relatif sedikit yang dilaporkan dalam pustaka melibatkan penggunaan obat lain secara bersamaan, terutama alkohol. Kebanyakan penyebab kebutuhan penanganan medis atas penggunaan jamur psikedelik mungkin melibatkan disforia atau reaksi panik, yang memengaruhi individu yang menjadi cemas, bingung, gelisah, atau terdisorientasi secara ekstrem. Kecelakaan, kegiatan menyakiti diri, atau percobaan bunuh diri dapat terjadi pada kasus serius episode psikosis akut.[14] Walau tidak ada penelitian yang menemukan hubungan antara psilosibin dan kecacatan lahir,[19] perempuan hamil dianjurkan agar menghindari penggunaan psilosibin.[20]

Referensi

  1. ^ Psychedelic medicine : new evidence for hallucinogenic substances as treatments. Michael Winkelman, Thomas B. Roberts. Westport, Conn.: Praeger Publishers. 2007. ISBN 978-0-275-99023-7. OCLC 85813998. 
  2. ^ McKenna, Terence K. (1993). Food of the gods : the search for the original tree of knowledge : a radical history of plants, drugs, and human evolution (edisi ke-Bantam trade pbk ed). New York: Bantam Books. ISBN 0-553-37130-4. OCLC 45078669. 
  3. ^ James, William (1997). The varieties of religious experience : a study in human nature (edisi ke-1st Touchstone ed). New York: Simon & Schuster. ISBN 0-684-84297-1. OCLC 37818928. 
  4. ^ R, Metzner (1998-10). "Hallucinogenic drugs and plants in psychotherapy and shamanism". Journal of psychoactive drugs (dalam bahasa Inggris). 30 (4). doi:10.1080/02791072.1998.10399709. ISSN 0279-1072. PMID 9924839. 
  5. ^ Wn, Pahnke; Wa, Richards (1966 Jul). "Implications of LSD and experimental mysticism". Journal of religion and health (dalam bahasa Inggris). 5 (3). doi:10.1007/BF01532646. ISSN 0022-4197. PMID 24424798. 
  6. ^ a b R, Griffiths; W, Richards; M, Johnson; U, McCann; R, Jesse (2008 Aug). "Mystical-type experiences occasioned by psilocybin mediate the attribution of personal meaning and spiritual significance 14 months later". Journal of psychopharmacology (Oxford, England) (dalam bahasa Inggris). 22 (6). doi:10.1177/0269881108094300. ISSN 0269-8811. PMC 3050654alt=Dapat diakses gratis. PMID 18593735. 
  7. ^ Smith, Huston (2000). Cleansing the doors of perception : the religious significance of entheogenic plants and chemicals. New York: Jeremy P. Tarcher/Putnam. ISBN 1-58542-034-4. OCLC 43286677. 
  8. ^ Richards, William A. (2008-01). "The Phenomenology and Potential Religious Import of States of Consciousness Facilitated by Psilocybin". Archive for the Psychology of Religion (dalam bahasa Inggris). 30 (1): 189–200. doi:10.1163/157361208X317196. ISSN 0084-6724. 
  9. ^ a b Griffiths, R. R.; Richards, W. A.; McCann, U.; Jesse, R. (2006-08). "Psilocybin can occasion mystical-type experiences having substantial and sustained personal meaning and spiritual significance". Psychopharmacology. 187 (3): 268–283; discussion 284–292. doi:10.1007/s00213-006-0457-5. ISSN 0033-3158. PMID 16826400. 
  10. ^ Simpkins, Beth. "Griffiths psilocybin". www.hopkinsmedicine.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-05. 
  11. ^ Hood, Ralph W. (1975-03). "The Construction and Preliminary Validation of a Measure of Reported Mystical Experience". Journal for the Scientific Study of Religion. 14 (1): 29. doi:10.2307/1384454. 
  12. ^ "Medical News: Psilocybin Viewed as Therapy or Research Tool - in Psychiatry, Addictions from MedPage Today". web.archive.org. 2008-10-05. Diakses tanggal 2022-01-05. 
  13. ^ Carhart-Harris, R. L.; Nutt, D. J. (2010-08). "User perceptions of the benefits and harms of hallucinogenic drug use: A web-based questionnaire study". Journal of Substance Use (dalam bahasa Inggris). 15 (4): 283–300. doi:10.3109/14659890903271624. ISSN 1465-9891. 
  14. ^ a b c Amsterdam, Jan van; Opperhuizen, Antoon; Brink, Wim van den (2011-04). "Harm potential of magic mushroom use: A review". Regulatory Toxicology and Pharmacology (dalam bahasa Inggris). 59 (3): 423–429. doi:10.1016/j.yrtph.2011.01.006. 
  15. ^ "The Harvard Psychedelic Club, by Don Lattin - Commentary". web.archive.org. 2019-04-10. Diakses tanggal 2022-01-05. 
  16. ^ Griffiths, Roland R.; Johnson, Matthew W.; Richards, William A.; Richards, Brian D.; Jesse, Robert; MacLean, Katherine A.; Barrett, Frederick S.; Cosimano, Mary P.; Klinedinst, Maggie A. (2018-01). "Psilocybin-occasioned mystical-type experience in combination with meditation and other spiritual practices produces enduring positive changes in psychological functioning and in trait measures of prosocial attitudes and behaviors". Journal of Psychopharmacology (Oxford, England). 32 (1): 49–69. doi:10.1177/0269881117731279. ISSN 1461-7285. PMC 5772431alt=Dapat diakses gratis. PMID 29020861. 
  17. ^ "How to Change Your Mind | Annotated Summary — Trippingly.Net". web.archive.org. 2019-11-01. Diakses tanggal 2022-01-05. 
  18. ^ Hallucinogenic mushrooms : an emerging trend case study : EMCDDA Thematic papers. Roumen Sedefov, Deborah Olszewski, Jennifer Hillebrand, European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction. Lisbon: EMCDDA. 2006. ISBN 92-9168-249-7. OCLC 1044322885. 
  19. ^ Pagliaro, Louis A. (2012). Handbook of child and adolescent drug and substance abuse : pharmacological, developmental, and clinical considerations. Ann M. Pagliaro. Hoboken, N.J.: John Wiley and Sons. ISBN 978-0-470-63906-1. OCLC 707710851. 
  20. ^ Drugs during pregnancy and lactation : handbook of prescription drugs and comparative risk assessment : with updated information on recreational drugs, diagnostic procedures, vaccinations, poisoning, workplace and environmental contaminants, and breastfeeding during infectious disease. Christof Schaefer (edisi ke-1st ed). Amsterdam: Elsevier. 2001. ISBN 978-0-444-50763-1. OCLC 53325604.