Sambas, Sambas
Sambas | |||||
---|---|---|---|---|---|
Koordinat: 1°21′40″N 109°18′36″E / 1.361227°N 109.310052°E | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Kalimantan Barat | ||||
Kabupaten | Sambas | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Alpian, S.Sos, M.Si | ||||
Populasi | |||||
• Total | 52.538 jiwa | ||||
• Kepadatan | 213,00/km2 (551,7/sq mi) | ||||
Kode pos | 79460 | ||||
Kode Kemendagri | 61.01.01 | ||||
Kode BPS | 6101040 | ||||
Luas | 246,66 km² | ||||
Kepadatan | 213,00 | ||||
Desa/kelurahan | 18 desa | ||||
|
Sambas adalah sebuah kecamatan sekaligus ibu kota kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, Indonesia. Kota Sambas secara geografis terletak hampir di tengah-tengah wilayah Kabupaten Sambas. Kecamatan Sambas memiliki luas wilayah 246,66 km², dengan jumlah penduduk 52.538 jiwa (2020) dan kepadatan penduduk 213,00 jiwa/km².[1]
Sejarah
Orang yang pertama membuka dan mengembangkan Kota Sambas adalah Sultan Muhammad Tajuddin I (Raden Bima, Sultan Sambas ke-2) yang pada sekitar tahun 1683 M memindahkan pusat pemerintahan Kesultanan Sambas dari Lubuk Madung ke Muare Ulakkan (persimpangan sungai Sambas, sungai Teberau dan sungai Subah) yang kemudian berkembang menjadi Kota Sambas sekarang ini. Sehingga perkembangan kota ini berawal dari pusat Kesultanan Sambas yang dahulu berada persis di persimpangan alur Sungai Sambas, Sungai Teberau dan Sungai Subah.
Sekarang Kota Sambas merupakan Ibu Kota Kabupaten Sambas yang secara administratif berada dalam wilayah Kecamatan Sambas. Kecamatan Sambas sering disebut oleh penduduk kabupaten sebagai Kota Sambas, yang juga berslogan "Kota Sambas Terigas". Sambas yang dikenal sekarang merupakan kota pusat pemerintahan Kesultanan Sambas, yang berpusat di Istana Alwatzikoebillah, desa Dalam Kaum. Tepat di depan istana berdiri pula sebuah masjid tua yang merupakan salah satu masjid terbesar di Kota Sambas, yaitu Masjid Agung Jami' atau Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II.
Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda kecamatan Sambas merupakan sebuah onder afdeeling yang berada di bawah seorang controleur yang disebut Onder Afdeeling Chef (OAC), dan juga merupakan tempat kedudukan Sultan Sambas. Pada zaman pendudukan Jepang kecamatan Sambas berada di bawah kekuasaan seorang Gunco.
Letak Geografis
Kecamatan Sambas terletak pada 1o11'20" - 10o24'48" LU dan 109o09'16" - 109o26'23" BT. Dengan luas 246,56 km2, wilayah kecamatan Sambas mencakup sekitar 0,64% dari wilayah kabupaten Sambas.[2]
Berikut merupakan batas-batas wilayah kecamatan Sambas:
utara | kecamatan Teluk Keramat dan Sejangkung |
selatan | Kecamatan Subah |
barat | Kecamatan Sebawi |
timur | Kecamatan Subah |
Pembagian Wilayah
Kecamatan Sambas terbagi dalam 18 wilayah desa dengan desa Lumbang sebagai desa terluas dan desa Pasar Melayu sebagai desa terkecil.
Daftar desa di kecamatan Sambas berdasarkan luasnya.
Nama Desa | Luas Wilayah (km2) |
---|---|
lumbang | 40,00 |
dalam Kaum | 32,00 |
lubuk Dagang | 28,75 |
gapura | 27,10 |
kartiasa | 25,00 |
sungai Rambah | 23,20 |
sumber Harapan | 22,56 |
sebayan | 12,0 |
semangau | 10,00 |
saing Rambi | 8,10 |
lorong | 7,92 |
tanjung Mekar | 3,62 |
jagur | 2,20 |
durian | 1,35 |
tumuk Manggis | 0,89 |
pendawan | 0,80 |
tanjung Bugis | 0,48 |
pasar Melayu | 0,43 |
Demografi
Masyarakat kota Sambas didominasi oleh suku Melayu, yaitu Melayu Sambas. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Melayu Sambas dengan kekhasan tersendiri, yaitu pada pengucapan huruf 'e' seperti kata 'lélé' di dalam bahasa Indonesia. Kurang lebih bahasa Melayu Sambas terdengar sama seperti dialek Betawi (Jakarta), namun terdapat beberapa kosakata yang berbeda seperti kata nyak (Btw.), dalam bahasa Melayu Sambas adalah ummak. Keunikan lain dari bahasa Melayu Sambas adalah pengucapan huruf ganda, seperti pada kata bassar (besar dalam bahasa Indonesia). Ada juga penduduk merupakan etnis Tionghoa, dan Dayak.
Sementara itu, keberagaman agama dan budaya menjadi bagian dari masyarakat kecamatan Sambas. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupaten Sambas tahun 2020 mencatat bahwa 88,14% penduduknya memeluk agama Islam, kemudian Budha 7,79%, Kekristenan 3,86% (Katolik 2,55% dan Protestan 1,31%) dan Konghucu 0,21%. Terdapat 74 bangunan masjid, 5 bangunan gereja Protestan, 5 bangunan gereja Katolik, 3 bangunan Vihara dan 1 bangunan Klenteng.[1]
Makanan dan Kerajinan Khas Sambas
Kota Sambas juga terkenal dengan kain tenunnya, yaitu Kain Tenun Songket Sambas (dikenal pula dengan sebutan Kain Lunggi) yang memiliki berbagai macam corak/motif dan warna. Produksi kain terdapat di desa Jagur dan Sumber Harapan. Kota Sambas memiliki panganan khas, yang paling terkenal adalah Bubbor Paddas (Bubur Pedas). Selain itu juga ada Bubbor Ambo' (Bubur Ambo'), Tempuyyak (Tempoyak), dan Padda'.
Galeri foto
-
Istana Alwatzikhoebillah
-
Masjid Sultan Muhammad Syafi'oeddin II
-
Jembatan tua bikinan Belanda
-
Bubur pedas, makanan khas Sambas
-
PLN Rayon Sambas
-
Kawasan Terminal Bus Sambas
Referensi
- ^ a b c "Kabupaten Sambas Dalam Angka 2020". www.sambaskab.bps.go.id. Diakses tanggal 12 Januari 2020.
- ^ sambas.go.id Monografi kecamatan Sambas (diakses pada 26 Oktober 2010)
Pranala Luar
- Situs web resmi kabupaten Sambas
- http://database.kalbarprov.go.id/_wilayah/wilayah_kab.php?61.01 Diarsipkan 2012-06-21 di Wayback Machine.
- http://sambas.go.id/images/files/Kec.%20Sambas.jpg
- http://humassambas.com/kecamatan/sambas/ Diarsipkan 2011-07-23 di Wayback Machine.