Lompat ke isi

Gangguan makan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Gangguan makan atau eating disorders adalah sindrom yang bermula dari pola makan yang memburuk, dan berkaitan dengan keadaan psikologis yang terganggu karena pola makan, bentuk tubuh, dan berat badan. Gangguan makan ditandai dengan penurunan nafsu makan yang ekstrim atau sebaliknya, mengkonsumsi makanan dalam jumlah yang banyak. Hal tersebut bisa disebabkan karena kondisi berat badan yang tidak diharapkan atau bentuk tubuh yang tidak ideal.[1] Berdasarkan data dari National Association of Anorexia Nervosa and Associated Disorders (ANAD), menyebutkan bahwa gangguan makan mempengaruhi populasi global sebesar 9%. Gangguan makan bisa berpengaruh terhadap gangguan mental yang mematikan.[2]

Jenis

Anoreksia

Anoreksia atau anorexia nervosa merupakan kondisi gangguan makan yang dialami oleh manusia ketika kehilangan lebih banyak berat badan. Pengidap anoreksia sengaja membatasi asupan makanan untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan karena individu tersebut mengalami rasa takut akan gemuk. Selain mengurangi asupan makanan yang dikonsumsi, pengidap anoreksia juga sering melakukan olahraga dengan durasi yang berlebihan, ada juga yang menggunakan obat pencahar untuk mengurangi berat badan.[3] Pengidap anoreksia memiliki gejala seperti sering memilih-milih makanan yang baik dan buruk bagi tubuhnya. Selain itu, sering menghidari makanan di suatu pertemuan. Kalori saat diperhitungkan ketika makan. Memiliki rasa takut akan gemuk, dan memiliki rasa yang sensitif ketika suhu dingin. Ketika pengidap anoreksia makan, Ia akan gugup dan mudah menangis.[4]

Bulimia

Bulimia atau bulmia nervosa merupakan gangguan makan yang ditandai dengan selalu memuntahkan kembali makanan yang sudah di makan secara terus menerus.[5] Penderita bulimia tidak bisa menahan nafsu makanannya, hal ini berdampak pada saat waktu tertentu penderita bisa makan dalam jumlah yang banyak. Namun, mereka memiliki rasa takut akan gemuk, sehingga para penderita bulimia akan membatasi diri untuk mempertahankan ambang berat badannya.[6] Selain itu, para penderita bulimia menganggap citra tubuh mereka buruk, juga mengalami perubahan hidup karena penuh dengan tekanan. Selain depresi, rasa cemas, dan gangguan mental, para penderita bulimia juga bisa disebabkan karena rasa trauma karena gangguan stres pasca-trauma (PTSD).[7]

Bringe eating disorder

Binge-eating disorder (BED) merupakan gangguan makan yang ditandai dengan pola makan yang berlebihan secara teratur. Jumlah makanan yang dikonsumsi sangat banyak dan berlebihan.[8] Penderita bringe eating disorder mampu menghabiskan makanan secara cepat, hingga perut terasa penuh. Mereka akan terus makan, meskipun perasaannya sedang tidak lapar. Karena merasa malu dengan porsi makanan yang dikonsumsi, umumnya penderita bringe eating disorder sering menyendiri ketika makan. Mereka sering memiliki rasa bersalah setelah makan, dan memiliki kepercayaan diri yang rendah. Penderita gangguan makan bisa dikatakan mengidap bringe eating disorder apabila melakukan ritme makan sekurang-kurangnya 2 hari perminggu, dalam waktu enam bulan berturut-turut. Makanan yang sudah dikonsumsi enggan untuk dimuntahkan kembali. Tindakan mengkonsumsi makanan dengan porsi yang banyak mampu menyenangkan pikiran untuk sesaat, setelah itu para penderita akan merasa bersalah.[9]

Pica

Pica adalah gangguan makan di mana penderitanya memiliki keinginan untuk mengkonsumsi benda atau hal yang bukan makanan. Gangguan pica umumnya terjadi pada ibu hamil, anak-anak, dan orang dengan gangguan intelektual. Contoh benda yang ingin dikonsumsi penderita pica di antaranya: es batu, kertas, sabun, cat kering, pasir, hingga berbagai benda jenis logam.[10] Pica memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, dan membutuhkan penanganan yang khusus dari tim ahli. Gangguan medis akibat Pica di antaranya penyumbatan usu, keracunan, infeksi parasit, hingga menyebabkan kematian.[11]

Ruminasi

Ruminasi merupakan gangguan makan di mana penderita memuntahkan kembali makanan yang sudah dikonsumsi, tanpa disengaja. Gangguan makan jenis ruminasi ini termasuk kronis dan langka terjadi. Proses memuntahkan makanan tersebut dilakukan tanpa sadar, dan dilakukan berulang kali. Penderita ruminasi pada anak-anak cenderung menelan kembali makanan yang akan dimuntahkan.[12]

Penyebab

Gangguan makan yang kronis dapat menyebabkan komplikasi somatik pada multiorgan, seperti sistem kardiovaskular, gastrointestinal, musculoskeletal, dermatologi, hematologi, endokrin,  serta  neurologi. Secara medis, dapat terjadi komplikasi dan secara kesehatan mental yang terburut dapat menyebabkan bunuh diri. Faktor yang mempengaruhi gangguan makan di antaranya keadaan biologis, khususnya pada perempuan memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan makan. Selain jenis kelamin, ada juga diagnose gangguan mental yang dipengaruhi oleh riwayat keluarga terhadap gangguan mental.[13] Selain keadaan biologis, penyebab gangguan makan lainnya dikarenakan gaya hidup yang impulif. Salah satunya, pola makan yang tidak teratur, tidak makan dalam porsi cukup, atau menghindari jenis makanan.[14]

Referensi

  1. ^ Lubis, Wika Hanida; Siregar, Julahir Hodmatua (2016). "Gangguan Makan" (PDF). Repository USU. hlm. 1. 
  2. ^ Angelika, Gabriela; Santoso, Stanislaus Kuntjoro (2021). "Fasilitas Rehabilitasi Penderita Gangguan Makan, Surabaya". Publication Petra. hlm. 921-922. 
  3. ^ Mardatila, Ani (2020). "Anoreksia adalah Gangguan Makan, Kenali Penyebabnya dan Jangan Remehkan". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-01-16. 
  4. ^ Nasution, Sri Wahyuni; Hasibuan, Nelly Astuti; Ramadhani, Putri (2017-11-17). "SISTEM PAKAR DIAGNOSA ANOREKSIA NERVOSA MENERAPKAN METODE CASE BASED REASONING". KOMIK (Konferensi Nasional Teknologi Informasi dan Komputer) (dalam bahasa Inggris). 1 (1): 53. doi:10.30865/komik.v1i1.472. ISSN 2597-4645. 
  5. ^ Krisnani, Hetty; Santoso, Meilanny Budiarti; Putri, Destin (2018). "GANGGUAN MAKAN ANOREXIA NERVOSA DAN BULIMIA NERVOSA PADA REMAJA". Prosiding Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. 4 (3): 401. doi:10.24198/jppm.v4i3.18618. ISSN 2581-1126. 
  6. ^ Hasna, Afina (2021). "Diagnosis dan Tatalaksana Bulimia Nervosa". Jurnal Medika Hutama. 2 (04 Juli): 1219. ISSN 2715-9728. 
  7. ^ Ananda, Dea Syfa (2021). "Mengenal Penyebab dan Gejala Bulimia Nervosa, Kebiasaan Memuntahkan Makanan Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2022-01-16. 
  8. ^ Indriyani (2020). "Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan". IDN Times. Diakses tanggal 2022-01-16. 
  9. ^ Rukmana, Labibah E. (2017). "KEPERCAYAAN DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL PENDERITA BINGE EATING". E-Journal Gunadarma. hlm. 123. 
  10. ^ Harmonis, Hutri Dirga (2021). "Mengenal Gangguan Makan Pica pada Anak". kumparan. Diakses tanggal 2022-01-16. 
  11. ^ Stephanie, Gracia; Djuwita, Efriyani (2019). "EFEKTIVITAS TEKNIK ANTESCEDENT CONTROL DAN DIFFERENTIAL REINFORCEMENT OF ALTERNATIVE BEHAVIOR UNTUK MENURUNKAN FREKUENSI PICA". Seurune : Jurnal Psikologi Unsyiah (dalam bahasa Inggris). 2 (2): 45. doi:10.24815/s-jpu.v2i2.14207. ISSN 2655-9161. 
  12. ^ Prasanda, Aditya (2021). "Mengenal Gangguan Makan Rumination Disorder". klikdokter.com. Diakses tanggal 2022-01-16. 
  13. ^ jepisa, tomi; tanjung, alber; tuljanah, tuljanah (2018). "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PREVELENSI RIWAYAT PASUNG PADA KLIEN GANGGUAN JIWA DI RUMAH SAKIT JIWA PADANG TAHUN 2017". JIK- JURNAL ILMU KESEHATAN. 2 (2): 663. doi:10.33757/jik.v2i2.131. ISSN 2580-930X. 
  14. ^ Goutama, Ivon Lestari (2016). "Pendekatan Klinis Binge Eating Disorder". Cermin Dunia Kedokteran. hlm. 901-902.