Adaro Energy Indonesia
Perseroan publik | |
Kode emiten | IDX: ADRO |
Industri | Pertambangan |
Didirikan | 26 Agustus 2004 |
Pendiri | Enadimsa[1] |
Kantor pusat | Lampung, Indonesia |
Wilayah operasi | Indonesia |
Tokoh kunci | Garibaldi Thohir[2] (Direktur Utama) Rahmat Hanafi[3] (Komisaris Utama) |
Merek | Envirocoal |
Jasa |
|
Pendapatan | US$ 2,535 milyar (2020)[4] |
US$ 159 juta (2020)[4] | |
Total aset | US$ 6,382 milyar (2020)[4] |
Total ekuitas | US$ 3,952 milyar (2020)[4] |
Pemilik | PT Adaro Strategic Investments (43,91%) Garibaldi Thohir (6,18%) |
Karyawan | 9.665 (2020)[4] |
Anak usaha | PT Alam Tri Abadi PT Saptaindra Jasa Indonesia |
Situs web | www |
PT Adaro Energy Indonesia Tbk sebelumnya dikenal (PT Adaro Energy Tbk) adalah sebuah perusahaan pertambangan batu bara yang berkantor pusat di Lampung. Sepanjang tahun 2020, perusahaan ini berhasil memproduksi batu bara sebanyak 54 juta ton.[4][5] Adaro Energy bertanggung jawab atas 0,13% dari total emisi rumah kaca industri global dari tahun 1988 sampai dengan tahun 2015[6] dan karenanya menjadi salah satu kontributor utama perubahan iklim, yang secara substansial bermakna risiko terhadap kesehatan, mata pencaharian, keamanan pangan, persediaan air, keamanan dan pertumbuhan ekonomi.[7]
Sejarah
1970 - 2004
Perusahaan ini memulai sejarahnya pada dekade 1970-an saat pemerintah Indonesia membagi Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan menjadi delapan blok batu bara. Enadimsa asal Spanyol kemudian mengajukan tawaran untuk Blok 8 yang terletak di Tabalong. Tidak ada perusahaan lain yang mengajukan tawaran untuk blok tersebut, karena saat itu blok tersebut dianggap terlalu jauh dan kualitas batu baranya rendah. Enadimsa kemudian mendirikan PT Adaro Indonesia (AI) untuk mengelola aktivitas pertambangan batu bara di blok tersebut. Nama Adaro dipilih oleh Enadimsa untuk menghormati keluarga Adaro yang berperan penting dalam kegiatan penambangan di Spanyol selama beberapa abad. Pada tahun 1982, AI pun meneken Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batu Bara (PKP2B) dengan Pemerintah Indonesia yang berlaku sampai 30 tahun setelah produksi batu bara dimulai.[8] AI kemudian melakukan kegiatan penambangan di blok tersebut mulai tahun 1983 hingga 1989, saat sebuah konsorsium yang beranggotakan sejumlah perusahaan asal Australia dan Indonesia membeli 80% saham Adaro Indonesia dari Enadimsa. Pada awal dekade 1990-an, Adaro mengadakan studi kelayakan untuk menetapkan dasar pengembangan penambangan. Salah satu hal yang penting adalah menentukan rute transportasi untuk mengangkut batu bara, dan akhirnya diputuskan untuk membangun jalan pengangkutan batubara sepanjang 80 km di sebelah barat Sungai Barito, bukannya membangun jalan sepanjang 130 km di sebelah timur Adang Bay di pesisir Pulau Kalimantan. Produksi batubara juga diputuskan untuk dimulai dari tambang Paringin, karena memiliki nilai panas yang lebih tinggi daripada tambang Tutupan, dan tambang tersebut juga memiliki lapisan penutup yang mengandung batulumpur yang cocok digunakan untuk pembangunan jalan.
Pada bulan Mei 1990, AI mulai mendekati sejumlah bank untuk memperoleh pembiayaan sebesar US$28 juta. Namun semua bank yang didekati menolak memberikan pembiayaan, karena jenis batubara sub-bituminus yang ditambang oleh AI belum diperdagangkan secara internasional dengan volume yang signifikan, sementara pasar domestik saat itu masih relatif kecil. Bank juga meragukan kelayakan dari konstruksi jalan angkutan batubara, karena 27 km dari jalan tersebut melintasi rawa, sehingga cukup memakan biaya. Akhirnya para pemegang saham AI meminjamkan dana untuk pembangunan sebesar US$20 juta.
Pada bulan September 1990, konstruksi jalan angkutan batubara pun dimulai dan berhasil diselesaikan dalam waktu sekitar satu tahun. Sementara konstruksi sistem penghancuran, penimbunan stok, dan pemuatan tongkang yang berkapasitas 2 juta ton per tahun di Sungai Kelanis dimulai pada bulan Maret 1991.
Pada bulan Maret 1991, tambang Paringin dengan lapisan tunggal setebal 30 meter dibuka dengan menggunakan jasa kontraktor lokal. Sampel dari batu bara yang berhasil ditambang kemudian dikirim ke Australia untuk menjalani uji pembakaran. Hasilnya baik dan menunjukkan beberapa potensi penggunaan batubara pada pemanas komersial. Tambang Paringin pun mulai ditambang secara penuh pada bulan Agustus 1991. Pada tahun 1991 juga, AI resmi mendaftarkan "Envirocoal" sebagai merek dagangnya untuk produk batu bara dengan kadar abu dan sulfur yang ultra-rendah dan kadar nitrogen yang rendah. Pemesan pertama dari Envirocoal adalah Krupp Industries asal Jerman. Pesanan sebanyak 68.750 ton tersebut pun dikirim pada tanggal 22 Oktober 1991 dengan menggunakan MV Maersk Tanjong yang memiliki peralatan roda gigi dan pengeruk sendiri.
Setelah uji coba lebih lanjut, pengiriman batu bara kembali dilakukan pada tahun 1992 ke beberapa pelanggan potensial. Setelah menyelesaikan pembangunan infrastruktur batubara dan membentuk basis pelanggan, AI pun mulai beroperasi secara komersial pada tanggal 22 Oktober 1992. Pada tahun 1992 juga, AI mulai memproduksi batu bara E5000 dari tambang Paringin.
2005 - sekarang
Pada tahun 2005, Adaro Energy resmi mengakuisisi AI melalui pembelian terutang sebesar US$923 juta dan ekuitas sebesar US$50 juta. Pada tahun 2008, perusahaan ini resmi melantai di Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 2010, perusahaan ini berekspansi ke luar Kalimantan Selatan dengan mengakuisisi 25% saham proyek IndoMet Coal, suatu perusahaan patungan dengan BHP Billiton yang terletak di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Timur. Pada tahun 2011, perusahaan ini berekspansi ke Sumatera Selatan dengan mengakuisisi dua perusahaan batu bara, yakni PT Mustika Indah Permai dan PT Bukit Enim Energi. Pada tahun 2012, perusahaan ini meneken perjanjian opsi untuk mengakuisisi hingga 90% saham PT Bhakti Energi Persada, sebuah perusahaan batu bara asal Kalimantan Timur. Pada tahun 2013, perusahaan ini mengakuisisi PT Semesta Centramas, PT Laskar Semesta Alam, dan PT Paramitha Cipta Sarana yang konsesi tambang batu baranya berada di dekat wilayah operasional AI. Pada bulan Juni 2016, bersama Japan Electric Power Development (J-Power) dan Itochu, perusahaan ini mulai membangun PLTU dengan teknologi ultra-supercritical berkapasitas 2x1000 MW di Batang, Jawa Tengah. Perusahaan inipun menanamkan investasi sebesar US$4,2 milyar pada proyek pembangunan PLTU tersebut.[9] Pada tahun 2016 juga, perusahaan ini menyelesaikan akuisisi terhadap 75% saham proyek IndoMet Coal. Pada tahun 2018, perusahaan ini berekspansi ke luar Indonesia dengan mengakuisisi tambang batu bara Kestrel di Australia. Pada tahun 2019, melalui PT Tanjung Power Indonesia, perusahaan ini mulai mengoperasikan PLTU berkapasitas 2x100 MW di Tabalong. Pada kuartal kedua tahun 2020, untuk pertama kalinya, melalui Adaro Metcoal Companies, perusahaan ini mengirimkan batu bara kokas keras dari konsesi Maruwai ke pelanggan di Jepang.[5][4]
Direksi
- Presiden Direktur: Garibaldi Thohir
- Wakil Presiden Direktur: Christian Ariano Rachmat
- Direktur: Chia Ah Hoo, Mohammad Syah Indra Aman, Julius Aslan, Michael William P. Soeryadjaya
- Presiden Komisaris: Edwin Soeryadjaya
- Wakil Presiden Komisaris: Theodore Permadi Rachmat
- Komisaris Independen: Budi Bowoleksono
- Komisaris: Arini Saraswati Subianto, Mohammad Effendi
Lihat pula
Referensi
- ^ "Kisah Adaro, Lahir dari Ekspansi BUMN Spanyol Ke Kalimantan". market.bisnis.com. 12 Desember 2018. Diakses tanggal 23 November 2020.
- ^ "Dewan Direksi". PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Diakses tanggal 14 Januari 2022.
- ^ "Dewan Komisaris". PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Diakses tanggal 14 Januari 2022.
- ^ a b c d e f g "Laporan Tahunan 2020" (PDF). PT Adaro Energy Indonesia Tbk. Diakses tanggal 14 Januari 2022.
- ^ a b "Sejarah Perusahaan". PT Adaro Energy Tbk. Diakses tanggal 14 Januari 2022.
- ^ "Top 100 producers and their cumulative greenhouse gas emissions from 1988-2015". The Guardian. Diakses tanggal 29 October 2020.
- ^ "IPCC, 2018: Summary for Policymakers" (PDF) (Global Warming of 1.5°C. An IPCC Special Report on the impacts of global warming of 1.5°C above pre-industrial levels and related global greenhouse gas emission pathways, in the context of strengthening the global response to the threat of climate change, sustainable development, and efforts to eradicate poverty). Diakses tanggal 29 October 2020.
- ^ Mulyana, Ridwan Nanda (2020-11-03). "Arutmin dapat IUPK, Adaro (ADRO) segera ajukan perpanjangan operasi di tahun depan". kontan.co.id. Diakses tanggal 2021-05-28.
- ^ Umah, Anisatul. "Mundur Gegara Covid, PLTU Batang Beroperasi Paling Telat 2022". market. Diakses tanggal 2021-05-28.