Lompat ke isi

Prabu Dimuntur

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 21 Januari 2022 17.01 oleh Kang Ari Tea (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'jmpl|373x373px|Makam Prabu Dimuntur '''Prabu Dimuntur''' bernama '''Rangga Permana''' adalah Raja Kerajaan Galuh Kertabumi, yang memerintah dari tahun 1585 sampai tahun 1602 M, Rangga Permana adalah putra dari Kyai Rangga Haji, dan cucu dari Pangeran Santri hasil pernikahan dengan Ratu Pucuk Umun. Rangga Haji merupakan putra kedua dari 6 bersaudara sedangkan kakaknya yang tertua bernama Raden Angkawijaya yang terkenal denga...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)
Makam Prabu Dimuntur

Prabu Dimuntur bernama Rangga Permana adalah Raja Kerajaan Galuh Kertabumi, yang memerintah dari tahun 1585 sampai tahun 1602 M, Rangga Permana adalah putra dari Kyai Rangga Haji, dan cucu dari Pangeran Santri hasil pernikahan dengan Ratu Pucuk Umun. Rangga Haji merupakan putra kedua dari 6 bersaudara sedangkan kakaknya yang tertua bernama Raden Angkawijaya yang terkenal dengan nama Prabu Geusan Ulun raja Kerajaan Sumedang Larang.

Sejarah

Galuh Kertabumi merupakan kerajaan wilayah, bagian dari dinasti Kerajaan Galuh Pangauban yang didirikan oleh Prabu Haur Kuning di Putrapinggan Kalipucang (diperkirakan sekitar 1530 M) . Raja ini memiliki tiga orang putra yang bernama Maharaja Upama, Maharaja Sanghyang Cipta dan Sareuseupan Agung.  Sebagai anak tertua, Maharaja Upama mewarisi kerajaan Galuh Pangauban dari ayahnya. Maharaja Sanghyang Cipta diberi wilayah Salawe (Cimaragas) dan mendirikan Kerajaan Galuh Salawe. Sedangkan Sareuseupan Agung menjadi raja di wilayah Cijulang.

Maharaja Sanghyang Cipta mempunyai 3 orang putra yang bernama Tanduran Ageung (Tanduran Gagang), Cipta Permana, dan Sanghyang Permana. Tanduran Ageung kemudian menikah dengan Rangga Permana, sepupu Prabu Geusan Ulun (Angkawijaya) Raja Kerajaan Sumedang Larang memerintah dari tahun 1578 sampai tahun 1610. Wilayah Muntur pun diberikan oleh Maharaja Sanghyang Cipta sebagai hadiah perkawinan, kerajaan Galuh Kertabumi di tepi sungai di daerah Muntur berada di Gunung Susuru, Pusat kerajaannya berada di Gunung Susuru. Di wilayah tersebut kemudian berdiri Kerajaan Galuh Kertabumi dan Rangga Permana diberi gelar Prabu Dimuntur. Raja ini memerintah dari tahun 1585 sampai tahun 1602 M.

Adiknya Tanduran Ageung, yang bernama Cipta Permana diberi wilayah Kawasen (Banjarsari)  dan mendirikan kerajaan Galuh Kawasen. Sedangkan Sanghyang Permana mewarisi kerajaan ayahnya, memerintah di Galuh Salawe (Cimaragas) dengan gelar Prabu Digaluh. Masa berdirinya Kerajaan Galuh Kertabumi merupakan masa pengembangan agama Islam dari Cirebon dan Sumedang ke wilayah-wilayah kerajaan Galuh. Salah satu penyebarannya adalah dengan melangsungkan pernikahan antara keluarga kerajaan yang masih menganut agama pra Islam dengan kerajaan yang sudah diislamkan oleh Cirebon.  

Hal tersebut dilakukan oleh Rangga Permana dengan Tanduran Ageung. Dan jejak Tanduran Ageung diikuti oleh Cipta Permana yang menikahi Putri Maharaja Kawali yang sudah Islam. Tokoh yang mengislamkan Kawali saat itu adalah Adipati Singacala dari Cirebon (makamnya di Astana Gede Kawali). Sejak saat itulah pengaruh Islam semakin kuat di Kerajaan-kerajaan Galuh tug sampai jaman kiwari.

Menurut riwayat dari wilayah Talaga, Prabu Haur Kuning  ternyata merupakan generasi ke empat Prabu Siliwangi. Ayah dari Prabu Haur Kuning bernama Rangga Mantri atau Sunan Parung Gangsa (Pucuk Umum Talaga) yang menikah dengan Ratu Parung (Ratu Sunyalarang / Wulansari).  Sedangkan ayahRangga Mantri adalah salah seorang putra Prabu Siliwangi yang bernama Prabu Munding Surya Ageung.  Rangga Mantri yang awalnya beragama Budha masuk Islam setelah ditaklukan Cirebon tahun 1530 M.

Dalam Riwayat lain, disebutkan pula tokoh Anggalarang sebagai salah satu putra Prabu Haur Kuning. Anggalarang adalah suami dari Dewi Siti Samboja yang kelak menciptakan Ronggeng Gunung.  Anggalarang diduga kuat adalah nama lain dari Maharaja Upama sebelum menjadi raja. Sebagai pembanding, menyebutkan di wilayah pangandaran juga terdapat  kerajaan Galuh Tanduran berlokasi di Pananjung dan beribukota Bagolo yang jauh sebelumnya pernah dikunjungi Bujangga Manik.

Putri Raja Cita bernama Natabumi diperistri oleh Adipati Panaekan,pada saat itu  pengaruh Mataram Islam dibawah pemerintahan Mas Jolang yang bergelar Sultan Anyakrawati (1601-1613) mulai masuk ke wilayah Galuh. Sedangkan putra kedua Raja Cita yang bernama Wiraperbangsa kelak menggantikan kedudukan ayahnya dengan gelar Adipati Singaperbangsa I (1608-1618). Raja Cita dimakamkan di Kampung Buner, Desa Bojongmengger.

diriwayatkan Kota Banjar yang dimulai dari Galuh Kertabumi semakin natrat ketika Singaperbangsa I memindahkan pusat Kerajaan Galuh Kertabumi dari Gunung Susuru ke Banjar Patroman (Desa Banjar Kolot). Penyebab perpindahan tersebut, akibat terjadinnya perselisihan faham antara Singaperbangsa I dengan Adipati Panaekan (kakak iparnya) dalam rencana penyerangan terhadap Belanda di Batavia.

Adipati Panaekan condong kepada rencana Dipati Ukur untuk menyerang secepatnya ke Batavia sebelum kekuatan Belanda makin besar. Sedangkan Singaperbangsa I lebih sependapat dengan Rangga Gempol yang merencanakan membangun kekuatan dengan mempersatukan wilayah Priangan. Rangga Gempol adalah penguasa Kerajaan Sumedang Larang (1620 M) dan berada dibawah pengaruh Sultan Agung Mataram.

Keturunan

Dari pernikahan Prabu Dimuntur dengan Tanduran Ageung keturunan :

1. Adipati Kertabumi I dikaruniai keturunan :

  1. NR. Nataboemi menikah dengan Sang Adipati Panaekan Galuh
  2. Dalem Rd Lokasana
  3. Tandoeran Sindangheula .
  4. Njai Pagandan Radja Djoemanten .
  5. Dalem Tjageur .

2. Rd. Adipati Kertabumi II dikaruniai keturunan :

  1. Rd. Bagus Tambak .
  2. Rd. Adipati Kertabumi III / Wiraperbangsa .menikah dengan Nyi Cukang Sarayan dikaruniai keturunan :
    1. Nyi Patimuan .
    2. Dalem Taluk Lipis .
    3. Panembahan Singaperbangsa / Rd Adipati Kertabumi IV yang menurunkan RAA Panatayuda I

Referensi

  1. https://www.kawalitv.com/2018/02/galuh-pangauban-di-desa-putrapinggan.html
  2. https://www.diciamis.com/tapak-karuhun-galuh-kertabumi-di-gunung-susuru-bagian-2.php
  3. https://dispar.ciamiskab.go.id/2017/04/12/situs-gunung-susuru/