Lompat ke isi

Suku Mante

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 1 Februari 2022 09.17 oleh RaFaDa20631 (bicara | kontrib) (Mengubah tingkat perlindungan pada "Suku Mante": semoga kondusif. ([Sunting=Hanya untuk pengguna terdaftar otomatis] (selamanya) [Pindahkan=Hanya untuk pengurus] (kedaluwarsa 3 Februari 2022 09.17 (UTC))))

Suku Mante (Gayo: Manti) atau juga dieja Mantir,[1] adalah salah satu etnik terawal yang disebut-sebut dalam legenda rakyat pernah mendiami Aceh.[2] Suku ini, bersama suku-suku asli lainnya seperti Lanun, Sakai, Jakun, Senoi, dan Semang, merupakan etnik-etnik pembentuk suku Aceh yang ada sekarang.[3] Suku Mante diperkirakan termasuk dalam rumpun bangsa Melayu Proto,[4] awalnya menetap di wilayah sekitar Aceh Besar,[5] dan tinggal di pedalaman hutan.[6] Suku-suku asli tersebut diperkirakan beremigrasi ke Aceh melalui Semenanjung Melayu.[3] Dalam legenda Aceh, suku Mante dan suku Karo disebut-sebut sebagai cikal-bakal dari Kawom Lhèë Reutōïh (suku tiga ratus), yang merupakan salah satu kelompok penduduk asli Aceh.[7] Saat ini suku Mante sudah punah atau lenyap karena sudah bercampur dengan suku bangsa pendatang-pendatang lainnya yang datang kemudian.[2] Sampai saat ini, masih belum terdapat bukti ilmiah yang kuat terhadap keberadaan suku ini.

Dugaan penampakan

Pada bulan Maret 2017, sekelompok pemotor di Aceh tidak sengaja melihat seseorang yang diduga suku Mante. Seorang yang diduga suku Mante tersebut sempat terkejut dan lari sangat kencang dan adegan ini sempat terekam oleh salah satu pemotor dalam kelompok tersebut. Rekaman tersebut dipublikasikan di Youtube dan secara cepat menjadi perbincangan dalam dunia maya di Indonesia, serta menjadi bahan pemberitaan.[8]

Pemberitaan tersebut membuat Pemda Aceh melakukan penelusuran Suku Mante untuk meneliti keberadaan sebenarnya.[9] Kementerian Sosial juga ikut menelusuri keberadaan suku Mante agar mereka mendapatkan jaminan sosial.[10]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Usman, Abdul Rani (2003), Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik, Yayasan Obor Indonesia, ISBN 978-979-461-428-0, hlm. 14. Diakses 6 Juni 2014.
  2. ^ a b Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (1977), Geografi budaya Daerah Istimewa Aceh, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm. 57. Diakses 6 Juni 2014.
  3. ^ a b Meuraxa, Dada (1974), Sejarah kebudayaan Sumatra: Aceh, Sumatra Utara, Melayu Riau, Melayu Jambi, Sumatra Barat, Bengkulu, Palembang, Lampong, D.l.l., Hasmar, hlm. 12. Diakses 6 Juni 2014.
  4. ^ Usman, Abdul Rani (2003), hlm. 1.
  5. ^ Usman, Abdul Rani (2003), hlm. 12.
  6. ^ Hurgronje, Christiaan Snouck, Soekarno, Soedarso, Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies (1999), Kumpulan karangan Snouck Hurgronje, INIS, ISBN 978-979-8116-17-9, hlm. 198. Diakses 6 Juni 2014.
  7. ^ Memperjuangkan masyarakat madani: falsafah dasar perjuangan dan platform kebijakan pembangunan PK Sejahtera (2008), Majelis Pertimbangan Pusat PKS, hlm. 161. Diakses 6 Juni 2014.
  8. ^ O'Callaghan, Lauren (2017-03-28). "WATCH: Mysterious figure thought to be a member of Indonesia's LOST pygmy tribe spotted". Express.co.uk (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 30 September 2020. 
  9. ^ Sutriyanto, Eko, ed. (28 Maret 2017). "Pemerintah Aceh Telusuri Keberadaan Suku Mante". Tribunnews.com. Diakses tanggal 30 September 2020. 
  10. ^ Yulika, Nila Chrisna (8 April 2017). "Untuk Apa Kementerian Sosial Mencari Suku Mante?". liputan6.com. Diakses tanggal 30 September 2020. 

Pranala luar