Prasasti Pandan
Prasasti Pandan (dituliskan dengan Paṇḍān) adalah sebuah prasasti batu yang dituliskan dengan aksara dan bahasa Jawa Kuno berangka tahun 964 Śaka[1]. Prasasti ini dibuat pada masa pemerintahan raja Śrī Mahārāja Rake Halu Śrī Lokeśwara Dharmmawaṅsa Airlanggānantawikramotunggadewa. Selain nama raja, disebutkan pula seseorang bergelar rakai hino bernama Śrī Samarawijaya Dhāmasuparṇnawahana Tguh Uttunggadewa.
Prasasti Pandan memiliki bentuk blok berpuncak runcing dengan tinggi 170 cm, lebar 95 cm, dan tebal 20 cm. Ukuran tersebut diperoleh setelah dilakukan rekonstruksi bentuk karena kondisi ditemukannya prasasti tersebut telah terpecah-pecah.
Prasasti ini merupakan salah satu dari 33 prasasti yang dikeluarkan pada masa pemerintahan raja Airlangga[2]
Keletakkan
Prasasti Pandan pertama kali ditemukan di Desa Pandankrajan dengan kondisi terpecah-pecah.[3] Saat ini, prasasti tersebut telah direkonstruksi dan disimpan di Museum Majapahit, Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur.[4]
Isi
Secara singkat, Prasasti Pandan berisikan tentang pemberian status sīma pada pejabat Desa Pandan. Sebagai prasasti sīma, disebutkan juga beberapa nama "mańilala drabya haji" atau abdi dalem raja.[1]
Sumber Rujukan
- ^ a b Agustin. Clara, (2010). Prasasti Paṇḍān 964 Śaka: Rekonstruksi Bentuk dan Isi. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
- ^ Tedjowasono, Ninie Susanti (2010). Airlangga : Biografi Raja Pembaru Jawa Abad XI. Depok: Komunitas Bambu.
- ^ Nugroho, Aang Pambudi (2015-05-25). "PENELUSURAN BEBERAPA FRAGMEN PRASASTI PAṆḌĀN DI RUMAH PENDUDUK (DESA PANDANKRAJAN, KECAMATAN KEMLAGI, KABUPATEN MOJOKERTO)". Berkala Arkeologi. 35 (1): 63–78. doi:10.30883/jba.v35i1.39. ISSN 2548-7132.
- ^ Agastya. Yoga, (2015). Prasasti Paṇḍān 964 Śaka: Tinjauan Isi. Skripsi. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia.
Daftar Pustaka
Damais, L. Ch. (1992). "La Date de la Charte Paṇḍān", dalam 50 Tahun Lembaga Purbakala dan Peninggalan Nasional 1913-1963, hal. 146-149. Jakarta: Pusat Penelitian Purbakala dan Peninggalan Nasional