Lompat ke isi

Asemdoyong, Taman, Pemalang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Februari 2022 15.28 oleh Kayla Aghita (bicara | kontrib) (menambahkan pranala dalam)
Asemdoyong
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenPemalang
KecamatanTaman
Kode pos
52361
Kode Kemendagri33.27.09.2018 Edit nilai pada Wikidata
Luas... ha
Jumlah penduduk18.000 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Asemdoyong

Asemdoyong adalah desa di kecamatan Taman, Pemalang, Jawa Tengah, Indonesia. Desa Asemdoyong adalah salah satu Desa yang berada di Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang yang terletak dipesisir Pantai Utara Jawa dan mempunyai Tempat Pelelangan Ikan (TPI), dimana TPI ini cukup besar diwilayah Pemalang. Dalam perkembangannya Desa Asemdoyong telah memiliki Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) yang sangat potensial dan merupakan aset daerah yang penting keberadaannya dalam pendapatan devisa daerah di Kabupaten Pemalang.

Sejarah

Konon cerita yang memberi nama Desa Asemdoyong adalah Ki Gede Pondoh, ia menemukan pohon asem ditepi sungai yang hampir roboh ( Doyong). Disinilah Ki Gede Pondoh memelihara kucing di hutan ( Harimau ) yang bernama Mbah Peko. Tempat ini semula untuk tempat bermain Ki Gede Pondoh bersama sudarnya yang bernama Ki Gede Klinthing yaitu untuk dipanjati pohon asemnya. Pohon tersebut berdiri Condong (Doyong) ke arah Barat dan menghadap ke sido ayu yang sekarang bernama Candi Sedayu. Di sekitar pohon tersebut ada sungai yang bernama Jurumangu, banyak ikan dan ada juga buaya nya saat itu. Akhirnya Ki Gede Pondoh menamakan Desa ini dengan Nama Desa Asemdoyong. Pada saat Lurah Wiro Wongso pohon asem tersebut ditebang dan dirobohkan. Sampai sekarang pohon asem tersebut di buat untuk bedug dengan diameter 120 cm dan Panjang 130 cm yang sekarang berada dimasjid utama Desa Asemdoyong tepatnya di masjid Baitussalam di Dusun Asemdoyong.

Seiring perkembangan zaman Desa Asemdoyong juga Mengalami Perkembanganya dari himpunan yang tersebar pada ratusan tahun yang lalu. Bukti sejarah menunjukan adanya Makam kuno Tokoh penyebar Agama Islam yaitu makam dari Mbah Jiwo Agung dan Mbah Syeik Kyai Haji Abu Bakar yang terletak di Desa Asemdoyong, serta dengan tradisi dan cerita Lisan yang ikut mewarnai berdirinya Kabupaten Pemalang sebagai satu Kesatuan yang tak terpisahkan. Kesatuan pemukiman di Desa Asemdoyong secara Sosio Historis Berkembang sebelum menjadi desa.

Geografi

Wilayahnya memiliki luas sekitar 578.356 hektar yang sebagian besar (345.826 hektar) berupa sawah dengan sistem irigasi teknis. Persawahan tersebut berada di bagian selatan desa. Sedangkan di bagian utara berupa pantai yang membujur dari arah barat-timur. Di kawasan inilah para nelayan bertempat tinggal.

Desa Asemdoyong berada di ketinggian kurang lebih dua meter dari permukaan air laut ini . Curah hujannya rata-rata 500 milimeter pertahun, sedangkan suhu rata-ratanya 30 derajat Celcius (Monografi Desa Asemdoyong, 2009).

Letak desa dari pusat pemerintahan kecamatan (Taman) jaraknya kurang lebih 10 kilometer ke arah utara. Sedangkan dari pusat pemerintahan kabupaten (Kota Pemalang) jaraknya kurang lebih 15 kilometer ke arah timur-utara (timur laut). Sementara, dari ibu kota Provinsi Jawa Tengah (Semarang) jaraknya kurang lebih 130 kilometer ke arah barat. Salah satu akses untuk menuju desa adalah dengan menggunakan jasa transportasi umum yang dikelola oleh Koperasi Angkutan Darat (Koperanda). Koperasi angkutan ini sejak tahun 1995 telah menjangkau Desa Asemdoyong, dengan rute: Pemalang-Asemdoyong-Kloning (PP). Saat penelitian ini dilakukan jumlah armadanya ada 13 buah dalam bentuk “station”2. Armada tersebut beroperasi dari pukul 06.00-17.00 WIB.

Batas-batas wilayah Desa Asemdoyong antara lain:

Utara Laut Jawa
Timur Desa Nyamplungsari
Selatan Desa Kabunan
Barat Desa Danasari

Demografi

Desa Asemdoyong berpenduduk 14.780 jiwa yang terdiri 7.541 jiwa laki-laki dan 7.239 jiwa perempuan. Semuanya beragama Islam. Meskipun demikian, mereka mempercayai bahwa tempat-tempat tertentu, termasuk laut, ada “penunggunya”. Pantang-larang ketika berada di laut dan adanya upacara tradisional baritan adalah wujud dari kepercayaan tersebut. Dalam melaksanakan ibadatnya, mereka dapat pergi ke masjid dan atau langgar (surau). Jumlah masjid yang ada di sana ada 5 buah, sedangkan suraunya ada 26 buah (Monografi Desa Asemdoyong, 2009).

Pendidikan

Tingkat pendidikan yang dicapai oleh penduduknya dapat dikatakan rendah karena sebagian besar hanya tamat Sekolah Dasar (SD). Hanya 21 orang yang tamat akademi dan 18 orang yang berpredikat sarjana (S1). Penduduk yang hanya tamat SD atau tidak tamat SD kebanyakan adalah nelayan. Hal itu sangat erat kaitannya dengan proses untuk menjadi nelayan. Selain itu, pada tahun 1960-an sekolah SD (ketika itu Sekolah Rakyat) yang ada di Desa Asemdoyong hanya sampai kelas tiga. Ini artinya, jika seseorang ingin menamatkan SD-nya, maka yang bersangkutan harus keluar dari desanya. Pada umumnya ke SD yang ada di Desa Beji (sekarang kelurahan). Di masa kinipun jika seseorang ingin melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi, yang bersangkutan harus ke luar desa, karena sarana pendidikan yang ada di Desa Asemdoyong hanya setingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP).

Ekonomi

Mata pencaharian yang digeluti oleh penduduk Desa Asemdoyong cukup kompleks, mulai dari Pegawai Negeri Sipil, Tentara Nasional Indonesia (TNI), Polisi Republik Indonesia (Polri), pedagang, pertukangan, petani sampai nelayan. Namun demikian, sebagian besar adalah petani dan nelayan.

Perumahan yang ada di Desa Asemdoyong sebagian besar (1.912 buah) berdinding tembok (batu bata dan atau batako), beralaskan keramik, dan beratap genteng. Selebihnya adalah rumah model “kutangan”3 dan rumah yang semua dindingnya berupa pager4. Hampir setiap rumah memiliki antena televisinya. Data yang tercantum dalam Monografi Desa Asemdoyong tahun 2009 menyebutkan bahwa pesawat televisi yang ada di sana berjumlah 2.210 buah. Ini artinya sebagian besar penduduknya memiliki televisi. Selain itu, di sana juga relatif banyak yang memiliki pesawat telepon (39 orang) dan pesawat radio (311 orang).

Sampai saat ini, Desa Asemdoyong belum memiliki pasar. Namun demikian, berdasarkan data Monografi Desa (2009), di sana ada toko (104 buah), warung (39 buah), dan pedagang kaki lima (8 orang) yang menyediakan berbagai macam kebutuhan sehari-hari masyarakat setempat. Di desa tersebut ada Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Dengan demikian, dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, khususnya kebutuhan primer, masyarakat setempat tidak perlu keluar desa karena di dalam desa dapat dikatakan segalanya telah tersedia.

Kepustakaan

Galba, Sindu. 2010. “Sistem Pengetahuan Tradisional Masyarakat Nelayan Desa Asemdoyong” (Laporan Penelitian). Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta.

Pranala luar