Daftar Sultan Banten
Sultan Banten | |
---|---|
Bekas Kerajaan | |
Lambang Kerajaan Banten | |
Penguasa pertama | Sultan Maulana Hasanuddin |
Penguasa terakhir | Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin |
Gelar | Sultan |
Kediaman resmi | Keraton Surasowan (dulu) |
Penunjuk | Turun-temurun (dari Keluarga Kesultanan Banten) |
Pendirian | 1552 |
Pembubaran | 1813 |
Sultan Banten adalah penguasa Kesultanan Banten di provinsi Banten, Indonesia, yang pernah berjaya di ujung barat Pulau Jawa.[1]
Kesultanan Banten kini
Setelah Kesultanan Banten dianeksasi dan dihapuskan status kesultanannya oleh Kerajaan Inggris pada tahun 1813,[2] pada tahun 2016 Kesultanan Banten kembali dihidupkan dengan diangkatnya Sultan Syarif Muhammad ash-Shafiuddin sebagai Sultan Banten ke-18[3] dengan dasar Ketetapan Pengadilan Agama Serang nomor 0316/PDT.P/2016/PA.SRG tanggal 22 September 2016 tentang Penetapan Ahli Waris.[4]
Sultan Banten terakhir
Pada saat terjadi peralihan kekuasaan di Nusantara dari Belanda kepada Inggris tahun 1813, Thomas Stamford Raffles dari pemerintahan Inggris membagi wilayah Banten menjadi 4 Kabupaten, yakni Banten Lor (Banten Utara, yang kelak menjadi Kabupaten Serang), Banten Kulon (Banten Barat, kelak menjadi Kabupaten Caringin yang pada tahun 1907 masuk kedalam Kabupaten Pandeglang), Banten Tengah (Kelak menjadi Kabupaten Pandeglang) dan Banten Kidul (Banten Selatan, yang kelak menjadi Kabupaten Lebak).[5] Pada tahun yang sama, Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin dilucuti dan dipaksa turun takhta oleh Thomas Stamford Raffles[2] yang kemudian berakhir dengan dihapuskannya status Kesultanan Banten oleh pemerintah kolonial Inggris.[6] Setelah status kesultanan dihapuskan, kemudian diangkatlah Rafiuddin sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler di wilayah Banten,[7] atau di sebagian penulisan sejarah, Rafiuddin diangkat menjadi Bupati di wilayah Banten Hilir (Wilayah Kabupaten Pandeglang), sedangkan Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin kemudian diangkat menjadi Bupati Banten Hulu (wilayah Kabupaten Serang).[5]
Rafiuddin (yang bernama asli Joyo Miharjo[7]) bukan merupakan warga Banten, ia adalah seorang dari Rembang yang kemudian diberi kedudukan di wilayah Banten oleh pemerintah kolonial. Hubungan darah antara keduanya terbentuk karena Rafiuddin menikah dengan adik Ratu Asyiah (Ibunda Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin). Dengan begitu, gelar resmi Sultan Banten terakhir dari trah Kesultanan Banten yang semestinya adalah pada Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin (yang berkuasa dari tahun 1809 - 1813), bukan pada nama Rafiuddin dari Rembang (1813 - 1820) yang sekadar sebagai Sultan Bupati atau Sultan Tituler dan bukan dari keturunan para Sultan Banten, karena setelah dinobatkannya Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin sebagai Sultan Banten pada tahun 1809, tidak ada lagi penobatan gelar Sultan di wilayah Banten.
Daftar Sultan Banten
Berikut adalah daftar sultan Banten:[1][8][5]
Kesultanan Banten sebagai Negara Berdaulat
No. | Masa/Tahun | Nama Sultan | Nama Lain | Keterangan |
---|---|---|---|---|
Pendiri Kerajaan Banten (1) | 1526 - 1552 | Sultan Syarif Hidayatullah | Sunan Gunung Jati | Sultan ke-2 Kesultanan Cirebon |
1 (2) | 1552 - 1570 | Maulana Hasanuddin | Pangeran Sabakinking | 8 Oktober 1526 M (1 Muharam 933 H) - 1552 M,[9] status Kesultanan Banten sebagai kadipaten di bawah Kesultanan Cirebon[10] |
2 | 1570 - 1585 | Maulana Yusuf | Pangeran Pasareyan | |
3 | 1585 - 1596 | Maulana Muhammad |
|
|
4 | 1596 - 1647 | Sultan Abdul Mafakhir Mahmud Abdulqadir |
|
|
5 | 1647 - 1651 | Sultan Abu al-Ma'ali Ahmad |
|
|
6 | 1651 - 1683 | Sultan Ageng Tirtayasa |
|
(Catatan) 1 |
7 | 1683 - 1687 | Sultan Abu Nashar Abdulqahar |
|
(Catatan) 2 |
8 | 1687 - 1690 | Sultan Abu al-Fadhl Muhammad Yahya | ||
9 | 1690 - 1733 | Sultan Abu al-Mahasin Muhammad Zainulabidin |
|
|
10 | 1733 - 1750 | Sultan Muhammad Syifa Zainularifin | Pangeran Abdullah | |
1750 - 1752 | Sultan Syarifuddin Ratu Wakil3 | Pangeran Syarifuddin | dalam pengaruh Ratu Syarifah Fatima[5][11] | |
11 | 1752 - 1753 | Sultan Muhammad Wasi Zainulalimin | Pangeran Arya Adisantika | |
12 | 1753 - 1773 | Sultan Muhammad Arif Zainulasyiqin | Pangeran Gusti | |
13 | 1773 - 1799 | Sultan Aliyuddin I | Abu al-Mafakhir Muhammad Aliyuddin | |
14 | 1799 - 1801 | Sultan Muhammad Muhyiddin Zainussalihin | ||
15 | 1801 - 1802 | Sultan Muhammad Ishaq Zainulmuttaqin | ||
1802 - 1803 | Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya | Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Natawijaya | ||
16 | 1803 - 1808 | Sultan Aliyuddin II | Abu al-Mafakhir Muhammad Aqiluddin | |
1808 - 1809 | Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala | Untuk sementara administrasi Kesultanan Banten dipegang oleh seorang Caretaker Sultan Wakil Pangeran Suramenggala | ||
17 | 1809 - 1813 | Sultan Maulana Muhammad Shafiuddin | Muhammad bin Muhammad Muhyiddin Zainussalihin | |
Catatan:
1. Sejak masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa, gelar-gelar kebangsawanan Banten ditertibkan: Sultan untuk raja, Pangeran Ratu untuk putra mahkota atau pewaris takhta pertama, Pangeran Adipati untuk pewaris takhta kedua atau adik Pangeeran Ratu[12]. 2. Penobatan ini disertai beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah perjanjian yang ditandatangani pada 17 April 1684 dan meminimalkan kedaulatan Banten karena dengan perjanjian itu segala sesuatu yang berkaitan dengan urusan dalam dan luar negeri harus atas persetujuan VOC[13]. 3. Ketika Sultan Abdullah Muhammad Syifa Zainularifin dibuang ke Ambon, istrinya yang bernama Ratu Syarifah Fatima berhasil membujuk Gustaaf Willem baron van Imhoff selaku Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk menobatkan putranya dari suami terdahulu sebagai Sultan Banten.[14] Pangeran Syarifuddin naik takhta dengan gelar Sultan Syarifuddin Ratu Wakil, tetapi pada kenyataannya yang berkuasa adalah Ratu Syarifah Fatima.[1] Hal tersebut yang menyebabkan tidak diakuinya Sultan Syarifuddin Ratu Wakil maupun Ratu Syarifah Fatima sebagai Sultan Banten ke-11.[15] |
Referensi
Catatan Kaki
- ^ a b c Pudjiastuti, Titik (2007). Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-650-5.
- ^ a b Anshoriy Ch, M. Nasruddin (2008). Bangsa Gagal: Mencari Identitas Kebangsaan. Yogyakarta: LKiS. hlm. 67. ISBN 9789791283656.
- ^ Kabar5 Com (2016-12-14), Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja Dinobatkan Menjadi Sultan Banten ke-18, diakses tanggal 2017-04-14
- ^ Redaksi (2017-01-11). ""Saya Sultan Banten ke-18 Yang Sah", Kata Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja". Banten Headline. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ a b c d Azmatkhan, Tubagus Nurfadhil (2016-12-06). "Sejarah Kesultanan Banten dari Masa ke Masa". Website Resmi Kesultanan Banten (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2017-04-14.[pranala nonaktif permanen]
- ^ R.B., Cribb; Kahin, Audrey (2004). Historical Dictionary of Indonesia (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-2nd). Lanham, Maryland: Scarecrow Press. ISBN 0-8108-4935-6.
- ^ a b "Siapakah Sultan Banten Terakhir?". bantenologi.org. 2009-10-11. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-27. Diakses tanggal 2017-06-14.
- ^ Hatmadji, Tri (2005). Ragam Pusaka Budaya Banten. Serang: Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Serang. hlm. 81. ISBN 979-99324-0-8.
- ^ Lubis, Nina Herlina (2004). Banten dalam Pergumulan Sejarah: Sultan, Ulama, Jawara. Jakarta: LP3ES. ISBN 9793330120.
- ^ Wildan, Dadan (2003). Sunan Gunung Jati Antara Fiksi dan Fakta: Pembumian Islam dengan Pendekatan Struktural dan Kultural. Bandung: Humaniora. ISBN 9799231663.
- ^ redaksi. "Ingin Kuasai Banten, Ratu Syarifah Fatimah Malah Dibuang ke Pulau Edam". Timika Satu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-16. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ Djajadiningrat, Hoesein (1983). Tinjauan Kritis tentang Sajarah Banten. Jakarta: Djambatan. hlm. 209 - 10.
- ^ Tjandrasasmita, Uka (2009). Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 128. ISBN 9789799102126.
- ^ "Jejak Kyai Tapa: Awal Konflik Internal Banten: Penyusupan Agen Wanita VOC ke Jantung Keraton". Sportourism.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-05-04. Diakses tanggal 2017-04-14.
- ^ Purwadi, Didi (2012-01-08). "Ratu yang Dibenci Rakyat Banten | Republika Online". Republika Online. Diakses tanggal 2017-04-14.
Bibliografi
- Banten, Kesultanan (2016). Profil Sultan Banten Ke 18 - Ratu Bagus Hendra Bambang Wisanggeni Soerjaatmadja, MBA. Serang: SUHUD Corporation. All rights reserved. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2017-01-21.