Lompat ke isi

Siasat Pengosongan Kota

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 6 Februari 2022 06.21 oleh Cun Cun (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi ''''Strategi Pengosongan Kota''' adalah salah satu dari Tiga Puluh Enam Siasat bertempur di era Tiongkok kuno. Siasat mengosongkan kota digambarkan dalam dalam novel Kisah Tiga Kerajaan.<ref name="zhugeliang">Puntjak Puntjak Kisah Tiga Negara. Bab ''Khong Beng Memetik Kecapi, dan lawannya... mundur''. Nio Joe Lan. Gunung Agung, Jakarta (1962). Hal 157–161</ref> Ini merupakan peristiwa fiksi (tidak tercatat dalam sejarah) di mana terdapat peran...')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Strategi Pengosongan Kota adalah salah satu dari Tiga Puluh Enam Siasat bertempur di era Tiongkok kuno.

Siasat mengosongkan kota digambarkan dalam dalam novel Kisah Tiga Kerajaan.[1] Ini merupakan peristiwa fiksi (tidak tercatat dalam sejarah) di mana terdapat peran sang cerdik pandai Zhuge Liang dalam menciptakan siasat menghalau musuh tanpa menimbulkan korban jiwa.

Kisah Tiga Negara

Para pengawal Zhuge Liang (Chukat Liang / Khong Beng) melaporkan bahwa Sima Yi sedang melancarkan serangan ke Xicheng (Seshia) dengan jumlah tentara sebanyak 150.000 orang.[1] Kota Xicheng hanya memiliki sedikit pegawai yang tidak mengerti ilmu perang dan 2500 orang prajurit.[1]

Zhuge Liang menaiki benteng kota dan menyaksikan dari kejauhan bahwa kedatangan pasukan Sima Yi menimbulkan debu tebal. Setelah itu ia memerintahkan pintu kota di empat sisi dibuka lebar. Di tiap pintu ditaruhnya hanya 20 prajurit yang menyamar menjadi rakyat jelata yang bertugas hanya menyapu jalan.[1]

Khong Beng memerintahkan mereka agar jangan lari ketika musuh datang.[1] Ia pun naik ke atas benteng kota dan memainkan guqin yang diletakkan di atas meja. Sebuah pedupaan diletakkannya di atas meja. Dari dalamnya dibakar dupa hingga asapnya mengepul naik. Dimainkannya dengan riang gembira. Pasukan Sima Yi kemudian menyaksikan adegan tersebut dan merasa was-was sehingga tidak berani masuk.[1]

Ke-20 warga tengah menyapu jalan di muka pintu kota dengan penuh perhatian, bahkan tanpa berpaling ke arah pasukan musuh. Sima Yi kembali ke pasukannya dan memerintahkan mereka mundur ke arah utara. Sima Qiao, putra Sima Yi keheranan "Mengapa ayah menarik mundur para prajurit?" Sima Yi rupanya tertipu oleh pemandangan yang diciptakan oleh Zhuge Liang sehingga ia merasa pasukan mereka pasti akan dijebak jika masuk ke dalam kota Xicheng.

Setelah Sima Yi mundur, Zhuge Liang dan pegawai kota bertepuk tangan karena riangnya. Namun begitu, Zhuge Liang merasa ia sangat beruntung karena menganggap Sima Yi bersikap murah hati. Ia kemudian menyuruh penduduk Xicheng mengungsi karena Sima Yi dan pasukannya diperkirakan akan kembali karena dicegat oleh pasukan Zhao Bao di Gunung Wugong.[1] Sesampainya di Xicheng, Sima Yi baru menyadari bahwa kota telah ditinggalkan dan ia telah tertipu oleh siasat Zhuge Liang.[1]

  1. ^ a b c d e f g h Puntjak Puntjak Kisah Tiga Negara. Bab Khong Beng Memetik Kecapi, dan lawannya... mundur. Nio Joe Lan. Gunung Agung, Jakarta (1962). Hal 157–161