Lompat ke isi

Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 12 Februari 2022 11.43 oleh DUTI NTB (bicara | kontrib)
Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah

Logo Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah Indonesia
Pendiri: Syekh Ibrahim bin Abdul Aziz al-Qurasyi ad-Dusuqi (633-676 H./1255-1296 M.)
Grand Mursyid: - Maulana Syekh Mukhtar bin Ali bin Muhammad bin Ahmad ad-Dusuqi al-Maliki al-Husaini (1950-2020).

- Maulana Dr. Jamal Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi.

Alamat Pusat: Republik Arab Mesir.
Alamat Cabang Indonesia: Rengging Klampitan RT. 018 RW. 003 Pecangaan Wetan - Pecangaan Kab. Jepara Prov. Jawa Tengah.
No. SK Kemenkumham: AHU-0010311.AH.01.07.TAHUN 2021
No. Surat JATMAN: A1.164/0-SU/I/2022
No. Surat DUTI: 01/DUTI/VII/2021
'Contact Person': +62 878-8452-3154 (Sekretaris Umum Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah Indonesia)

Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah adalah salah satu cabang terbesar dari sebuah tarekat sufi atau aliran tasawuf yang dahulu didirikan oleh seorang Wali Kutub asal Mesir yang hidup di abad VII H., yakni Syekh Ibrahim ad-Dusuqi. Biografi mulia alias manaqib Syekh Ibrahim ad-Dusuqi termaktub dalam banyak literatur klasik karya Imam Abdul Wahhab asy-Sya'rani[1], Imam Yusuf bin Ismail an-Nabhani[2], Syekh Abu al-Huda ash-Shayyadi[3] dan lain-lain. Dalam kitab Syarh al-Kharidah al-Bahiyyah karya Syekh Ahmad ad-Dardir dinyatakan bahwa Syekh Ibrahim ad-Dusuqi merupakan salah seorang tokoh sufi terkemuka yang diakui meneruskan serta mengembangkan ajaran tasawuf sunni yang dipelopori Imam al-Junaid al-Baghdadi.[4]

Di dalam kitab Qiladah al-Jawahir, Syekh Abu al-Huda al-Khalidi ash-Shayyadi mengemukakan bahwasanya terdapat empat Wali Kutub tertinggi yang menjadi poros ilmu tarekat dan hakikat sepanjang masa, yaitu Syekh Ahmad ar-Rifa'i, Syekh Abdul Qadir al-Jilani, Syekh Ahmad al-Badawi dan Syekh Ibrahim ad-Dusuqi.[3] Sedangkan Syekh Ahmad ad-Dardir dalam Syarh al-Kharidah al-Bahiyyah menambahkan Syekh Abu al-Hasan asy-Syazuli, Syekh Muhammad Baha'uddin an-Naqsyabandi dan Syekh Muhammad al-Khalwati sebagai imam-imam tasawuf yang memimpin tarekat-tarekat induk bagi seluruh tarekat sufi yang berkembang hingga akhir zaman.[4]

Dalam kitab Thay as-Sijil karya Sayid Muhammad Mahdi Baha'uddin ar-Rawwas[5] dan kitab Ghunyah ath-Thalibin karya Syekh Abu al-Huda al-Khalidi ash-Shayyadi[6], dikemukakan bahwa tarekat Syekh Ibrahim ad-Dusuqi merupakan cabang/pengembangan dari beberapa tarekat besar, yakni Thariqah Rifa'iyah, Thariqah Syazuliyah, Thariqah Suhrawardiyah dan Thariqah Ahmadiyah/Badawiyah. Selanjutnya, tarekat Syekh Ibrahim ad-Dusuqi pun melahirkan sejumlah cabang tarekat, seperti Thariqah Syarnubiyah, Thariqah Syahawiyah, Thariqah Asyuriyah dan termasuk Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah.

Karena berpusat di negeri Mesir, maka Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah resmi ditetapkan mu'tabarah oleh Majelis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir dalam Surat Keputusannya yang rilis pada tanggal 24 Maret 2007,[7] kemudian Majelis Sufi Tertinggi Republik Arab Mesir mengukuhkan Maulana Syekh Mukhtar bin Ali bin Muhammad bin Ahmad ad-Dusuqi al-Maliki al-Husaini (1950-2020) sebagai Grand Syekh atau Grand Mursyid Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah pada tanggal 11 April 2007.[8] Dan saat ini dilanjutkan oleh putra beliau, Dr. Jamal Mukhtar Ali Muhammad ad-Dusuqi.

Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah telah memperoleh banyak pujian dan sanjungan spesial dari sejumlah tokoh Islam terkemuka, antara lain Rektor Universitas al-Azhar Mesir periode 1995-2003, Prof. Dr. Ahmad Umar Hasyim. Wirid-wirid amalannya pun telah dihimpun dalam buku khusus[9] oleh Dr. Jaudah Muhammad Abu al-Yazid al-Mahdi, Mantan Wakil Rektor Universitas al-Azhar. Sebagian amalannya juga tercantum dalam kitab Duru' al-Wiqayah bi Ahzab al-Himayah himpunan ulama terkemuka Makkah, Prof. Dr. Sayid Muhammad Alawi Abbas al-Maliki al-Hasani.[10]

Tidak hanya besar di Mesir, Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah juga telah meluas dan berkembang pesat hingga ke banyak negara seperti Kuweit, India, Austria, Malaysia dan tak terkecuali Indonesia. Di Indonesia sendiri, Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah pernah menyelenggarakan acara-acara kethariqahan di gedung Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, Islamic Center Nusa Tenggara Barat (NTB) dan lain-lain. Beberapa kegiatan tersebut pun ditayangkan di TV 9 Nusantara dan diberitakan melalui sejumlah media cetak semisal majalah Aula, surat kabar Lombok Post[11] dan lain-lain.

Sejak tahun 1959, thariqah Syekh Ibrahim ad-Dusuqi telah diakui kemu'tabarahannya di Indonesia melalui Muktamar II Jam'iyah Ahlit Thariqah al-Mu'tabarah an-Nahdliyah (JATMAN), dan dikuatkan kembali kemu'tabarahannya dalam Muktamar X JATMAN Tahun 2005. Selanjutnya pada tanggal 17 Januari 2022, JATMAN secara khusus menerbitkan surat dengan nomor: A1.164/0-SU/I/2022 yang menyatakan kesediaannya menyambut baik Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah Indonesia untuk bergabung pada JATMAN.

Selain diakui mu'tabarah oleh Maulana al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya selaku Rais Am JATMAN serta Ketua Forum Sufi Internasional sekaligus Anggota Dewan Pertimbangan Presiden RI, Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah juga telah memperoleh pengesahan dari Kemenkumham RI pada tanggal 31 Agustus 2021 dengan nomor SK: AHU-0010311.AH.01.07.Tahun 2021.[12] Di samping itu, Dewan Ulama Thariqah Indonesia (DUTI) pun secara resmi menerbitkan Surat Keterangannya tentang kemu'tabarahan Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah pada tanggal 7 Juli 2021 dengan nomor surat: 01/DUTI/VII/2021.

Meski berkembang pesat dan tersebar luas di berbagai belahan bumi, sampai saat ini, Thariqah Dusuqiyah Muhammadiah tidak/belum memiliki official website maupun akun-akun resmi -dalam bahasa apapun- di Youtube, Facebook, Instagram, Twitter dan sebagainya. Hanya saja, artikel-artikel Islami yang pernah dituangkan Grand Mursyid Thariqah Dusuqiyah di berbagai media cetak Mesir dapat ditelaah melalui situs www.lahzetnour.com[13].

Rujukan

  1. ^ Asy-Sya'rani, Abdul Wahhab. ath-Thabaqat al-Kubra. hlm. 221–245 (jilid 1). 
  2. ^ An-Nabhani, Yusuf bin Ismail (2001). Jami' Karamat al-Auliya'. India: Markaz E-Ahl-E-Sunnat Barakat-E-Raza. hlm. 398 (jilid 1). 
  3. ^ a b Ash-Shayyadi, Abu al-Huda Al-Khalidi (1999). Qiladah al-Jawahir. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. hlm. 8. 
  4. ^ a b Ad-Dardir, Ahmad bin Muhammad al-Adawi. Syarh al-Kharidah al-Bahiyyah. Dar al-Bairuti. hlm. 192–194. 
  5. ^ Ar-Rawwas, Muhammad Mahdi Baha'uddin (1391 H.). Thay as-Sijil. hlm. 355–357. 
  6. ^ Ash-Shayyadi, Muhammad Abu al-Huda al-Khalidi (1390 H.). Ghunyah ath-Thalibin fi Idhah Thariq al-Masyaikh al-'Arifin. hlm. 136–140. 
  7. ^ molwan. "الطريقة الدسوقية المحمدية – بوابة المشيخة العامة للطرق الصوفية" (dalam bahasa Arab). Diakses tanggal 2022-02-12. 
  8. ^ "جريدة الأهرام". lahzetnour.com. Diakses tanggal 2022-02-07. 
  9. ^ Al-Mahdi, Jaudah Muhammad Abu al-Yazid (2009). Majmu' Awrad Sayyidi Ibrahim ad-Dusuqi. Mesir: Darah al-Karaz. 
  10. ^ Al-Maliki, Muhammad bin Alawi bin Abbas (2012). Duru' al-Wiqayah bi Ahzab al-Himayah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah. 
  11. ^ "Surat Kabar Lombok Post, Edisi 10 Desember 2017". 
  12. ^ "DITJEN AHU ONLINE | Profil Perusahaan". ahu.go.id. Diakses tanggal 2022-02-08. 
  13. ^ "لحظة نور - Lahzet Nour". lahzetnour.com. Diakses tanggal 2022-02-09.