Lompat ke isi

Paralimpiade

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 18 Februari 2022 09.19 oleh JerriGS (bicara | kontrib) (Konten dan rujukan)

Paralimpiade, atau Paralimpik adalah sebuah pertandingan olahraga dengan berbagai nomor untuk atlet yang mengalami cacat fisik, mental dan sensoral. Cacat ini termasuk dalam ketidakmampuan dalam mobilitas, cacat karena amputasi, gangguan penglihatan dan mereka yang menderita Cerebral Palsy. Paralimpiade kadang-kadang dikacaukan dengan Olimpiade Khusus, yang dimaksudkan hanya untuk orang-orang yang mengalami cacat intelektual.

Perbedaan utama antara Paralimpiade dengan Olimpiade terdapat pada peserta yang berpartisipasi di ajang tersebut. Paralimpiade hanya boleh diikuti atlet penyandang disabilitas saja, oleh karena itu cabang olahraga yang dipertandingkan juga berbeda dengan beberapa cabang olahraga lainnya dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan atlet yang berlomba. Ajang Paralimpiade dinaungi oleh Komite Paralimpiade Internasional (IPC). Berdasarkan kesepakatan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan IPC, pelaksanaan Paralimpiade dihelat pada tahun yang sama dengan bergulirnya Olimpiade.[1]

Paralimpiade merupakan ajang olahraga terbesar kedua di dunia, yang dibuktikan dengan kenaikan  jumlah peserta 10 kali lipat, dari 400 atlet di Roma (1960) menjadi 4237 atlet di London (2012), dan pertumbuhan yang luar biasa dengan 176 negara yang bertanding di Rio 2016.[2]

Gerakan Paralimpiade berawal dengan pemanfaatan fungsi rekreasi dan rehabilitasi dari olahraga untuk pasien penyandang disabilitas, yang berubah secara bertahap menjadi olahraga kompetisi yang pada akhirnya menjadi sebuah ajang olahraga tingkat elit, yaitu Paralimpiade. Filosofi Gerakan Paralimpiade adalah salah satu bentuk realisasi diri melalui olahraga kompetitif. Gerakan ini telah berkembang sepanjang 50 tahun terakhir menjadi sebuah puncak pencapaian atlet dengan disabilitas. Gerakan Paralimpiade hari ini diakui sebagai fenomena olahraga global, sebuah perayaan yang luar biasa dari aktivitas fisik kompetitif yang membakar mimpi-mimpi, mendorong banyak orang untuk berpartisipasi dan menjadi yang terbaik.[3]

Gambaran Umum

Berbeda dengan atlet pada umumnya, atlet disabilitas adalah atlet yang memiliki kekurangan secara fisik dan/atau mental. Secara epistimologi, yang dimaksud penyandang cacat adalah mereka yang mengalami kelainan pada bentuk dan fungsi pada tulang, sendi, otot, dan kerja sama tulang sendi dan otot. Sementara itu menurut WHO terdapat 3 kategori definisi kecacatan, yaitu impairment (kondisi ketidaknormalan atau hilangnya struktur atau fungsi anatomi atau psikologis); disability (ketidakmampuan atau keterbatasan sebagai akibat adanya impairment untuk melakukan aktivitas dengan cara yang dianggap normal bagi manusia); dan handicap (keadaan yang merugikan bagi seorang akibat adanya impairment, disability, yang mencegahnya dari pemenuhan peranan yang normal orang yang bersangkutan).[4]

Pada Paralimpiade, atlet dibagi kedalam kategori berdasarkan klasifikasi medik dan tingkat kemampuan olahraga. Misalnya, atlet tuna netra dibagi menjadi 3 tingkat klasifikasi (B1, B2, dan B3) berdasarkan tingkat penglihatannya. Atlet dengan cerebral palsy diklasifikasikan menggunakan skala 8 poin, dengan nilai 1 mengindikasikan tidak ada mobilitas dan menggunakan kursi roda elektrik atau bermotor, sampai pada nilai 8 yang mengindikasikan tingkat mobilitas tertinggi atau keterlibatan dengan cerebral palsy yang rendah.[5]

Tingkat performa atlet penyandang disabilitas telah meningkat sehingga, saat ini, berita olahraga dan gerakan olahraga dunia berfokus pada potensi keuntungan kaki palsu di antara atlet dengan amputasi dan integrasinya dalam kompetisi berbadan sehat. Akan tetapi, mereka tidak mewakili keseluruhan atlet penyandang disabilitas di Paralimpiade. Atlet-atlet dengan keterbatasan fisik lain (kekurangan penglihatan, cedera tulang belakang, cerebral palsy, atau yang lain) juga memenuhi syarat untuk berkompetisi.[2]

Organisasi Olimpiade Spesial dan IPC merupakan organisasi olahraga bagi penyandang disabilitas yang diakui oleh IOC. Keduanya menyelenggarakan Pertandingan Musim Panas dan Dingin dengan siklus empat tahunan. Namun, Paralimpiade diadakan bersamaan dengan Olimpiade di kota tuan rumah yang sama dan menggunakan fasilitas-fasilitas olahraga yang sama, dan dimulai 2-3 minggu setelah upacara penutupan Olimpiade. Olimpiade Spesial musim dingin diadakan pada tahun setelah Olimpiade dan Paralimpiade musim panas, sedangkan Olimpiade Spesial musim panas diadakan pada tahun setelah Olimpiade dan Paralimpiade musim dingin. Perbedaan utama antara gerakan Olimpiade Spesial dan Paralimpiade terletak pada tingkat kemampuan berolahraga atlet yang berpartisipasi serta disabilitas atlet yang sebenarnya. Individu yang terkualifikasi untuk mengikuti Olimpiade Spesial adalah mereka yang memiliki disabilitas intelektual, dan juga dapat memiliki disabilitas fisik dan sensoris lainnya. Sedangkan untuk dapat berpartisipasi di Paralimpiade seorang harus berasal dari salah satu dari enam kategori disabilitas, yang diantaranya juga termasuk disabilitas intelektual.[6]

Paralimpiade Musim Panas

Paralimpiade Musim Dingin

Paralimpiade Musim Dingin sangat mirip dengan Olimpiade Musim Dingin, terdapat cabang olahraga Ski alpen, Ski lintas alam, hoki es, curling, dan papan salju. Ski Alpen merupakan olahraga yang populer selama ratusan tahun. Para ski alpen awalnya di kembangkan untuk prajurit yang terluka di Perang Dunia II, dan saat ini menjadi salah satu ajang yang paling terkenal dan seru di Paralimpiade. Peserta menuruni lereng gunung dengan peralatan yang dimodifikasi. Atlet yang tidak bisa berdiri dapat menggunakan kursi yang terikat pada ski. Atlet yang tidak memiliki kaki menggunakan tiang dengan ski kecil terpasang di ujungnya untuk menjaga keseimbangannya.[7]

Sejarah

Dr. Ludwig Guttmann.

Pada tahun 1904, George Eyser menjadi atlet dengan disabilitas (satu kaki palsu) yang pertama kali bertanding di Olimpiade dan memenangkan 6 medali emas. Dari tahun ke tahun, semakin banyak atlet dengan berbagai disabilitas yang mulai berprestasi di berbagai cabang olahraga. Tidak akan lama sebelum atlet penyandang cacat mendapatkan pertandingan olimpiade mereka sendiri.[7]

Pada periode setelah Perang Dunia II berakhir, Dr. Ludwig Guttmann, seorang ahli bedah saraf dari Jerman, memanfaatkan fungsi rekreasi dan rehabilitasi dari olahraga untuk pasien penyandang disabilitas di Rumah Sakit Stoke Mandeville. Beliau memulai dengan memperkenalkan perlombaan seperti anak panah, snooker, bola pukulan, dan skittle. Lalu diperkenalkan permainan bola jaring kursi roda, yang kemudian dikenal sebagai bola basket kursi roda. Olahraga yang selanjutnya diperkenalkan pada acara di Stoke Mandeville adalah panahan, yang berperan penting di semua area rencana rehabilitasi Dr. Guttmann. Pertandingan Stoke Mandeville pertama diadakan dengan demonstrasi panahan antara tim dari Rumah Sakit Stoke Mandeville dan Rumah Star dan Garter untuk Veteran Perang yang Terluka, yang diadakan pada 29 Juli 1948 bertepatan dengan upacara pembukaan Olimpiade London, sehingga penyelenggaraannya paralel dengan Pertandingan Olimpiade dan menjadi cikal bakal gerakan Paralimpiade yang dikultivasi oleh Dr. Guttmann. Ludwig Guttmann pada tahun 1949 mendeklarasikan bahwa ia berharap Pertandingan Internasional Stoke Mandeville dapat menjadi padanan Olimpiade bagi penyandang disabilitas.[3][6]

Dr. Guttmann terlibat melembagakan organisasi yang melayani kebutuhan penyandang disabilitas selain mereka yang mengalami cedera tulang belakang. Beliau berperan penting dalam promosi kompetisi olahraga untuk atlet penyandang disabilitas, mendirikan Organisasi Pertandingan Internasional Stoke Mandeville. Pada awalnya beliau sangat ingin menahan keikutsertaan orang yang mengalami kebutaan dan amputasi untuk bergabung dengan gerakan Stoke Mandeville. Namun di kemudian hari, beliau menjadi lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas lainnya melalui International Sports Organisation for Disabled (ISOD).[3]

Paralimpiade pertama tahun 1960 di Roma, Italia

Pertandingan di Stoke Mandeville diselenggarakan dengan sukses sehingga Dr. Guttmann memutuskan untuk mengadakannya setiap tahun. Semakin banyak jenis perlombaan yang ditambahkan tiap tahunnya, seperti perlombaan kursi roda dan renang. Pada tahun 1952, negara Belanda ikut serta dalam pertandingan tersebut. Ketika Amerika Serikat mengirimkan timnya untuk berpartisipasi di tahun 1955, telah ada 17 negara lain yang berkompetisi.[8] Pertandingan Stoke Mandeville yang diadakan di Roma, Italia pada tahun 1960 merupakan ajang kompetisi sejenis Olimpiade yang pertama untuk atlet disabilitas. Nama ajang tersebut kemudian dikenal sebagai Pertandingan Paralimpiade Musim Panas pertama. Paralimpiade Musim Dingin pertama diselenggarakan pada tahun 1976 di kota Örnsköldsvik, Swedia. Paralimpiade selalu mengikuti jadwal Olimpiade, bergantian antara Pertandingan Musim Panas dan Musim Dingin setiap dua tahun. Paralimpiade tidak selalu diadakan di kota yang sama dengan Olimpiade. Sejak tahun 1988, ajang Paralimpiade baru diadakan di tempat yang sama dengan ajang Olimpiade. Sedangkan Paralimpiade Musim Dingin pertama yang diadakan di kota yang sama dengan Olimpiade Musim Dingin ialah di Albertville, Prancis pada tahun 1992.[9]

Paralimpiade Musim Panas Atlanta pada tahun 1996 diikuti oleh lebih dari 3.100 atlet dari 103 negara yang berpartisipasi, kemudian pada Paralimpiade Musim Panas Sydney diikuti oleh 3.843 atlet dari 123 negara yang bertanding. Peningkatan partisipasi atlet tersebut menghasilkan lebih dari 300 rekor dunia dan Paralimpiade pada pertandingan di Sydney. Jason Wening (amputasi kaki ganda) dari Amerika Serikat memenangkan tiga medali emas di nomor 400 meter gaya bebas. Louise Sauvage (Australia) berhasil memperoleh emas dengan mencapai garis akhir di posisi pertama dengan waktu 3:48:52 pada nomor 1.500 meter wanita. Marlon Shirley (amputasi satu kaki) membuat rekor dunia baru pada nomor lari 100 meter pria dengan waktu 11,09 detik, dan Ross Davis (atlet kursi roda dengan cerebral palsy) memciptakan rekor Paralimpiade baru di nomor 100 meter pria dengan waktu 16,38 detik. Setiap kompetisi baru meningkatkan standar keunggulan, dan dunia olahraga disabilitas siap melangkah lebih jauh dalam mengejar keunggulannya di tiap edisi pertandingan yang akan diselenggarakan.[5]

Pada Paralimpiade Musim Panas Rio 2016 terdapat 4.328 atlet dari 159 negara yang berkompetisi dalam 22 cabang olahraga. Sedangkan, di Paralimpiade Musim Dingin Sochi 2014 diikuti oleh 547 atlet dari 45 negara yang bertanding dalam lima cabang olahraga.[10] Paralimpiade edisi ke-16 di Tokyo 2020 mempertandingkan 22 cabang olahraga, dengan 539 medali emas yang diperebutkan oleh sekitar 4.520 atlet dari 163 Komite Paralimpiade Nasional yang mewakili tiap negara. Dua cabang olahraga yang paling banyak memperebutkan medali di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah atletik dan renang. Medali emas yang diperebutkan masing-masing sebanyak 167 dari cabang atletik, dan 146 dari cabang renang.[11]

Paralimpiade Tokyo 2020 diselenggarakan dengan protokol pemeriksaan Covid-19 yang hampir sama dengan Olimpiade Tokyo 2020, dimana terdapat lembaran-lembaran formulir dan aplikasi yang harus diperbaharui, pemeriksaan suhu harian, dan pencetakan sertifikat. Hal tersebut untuk menjamin perlindungan dan keamanan para atlet selama acara berlangsung. Atlet yang berpartisipasi juga tidak dapat saling bercengkrama dengan atlet dan pelatih lain selama kompetisi. Serta tidak ada penonton dan penggemar yang menyaksikan langsung di tempat pertandingan. Siklus perencaan menjadi tidak seperti biasanya, karena terasa seperti tidak ada waktu jeda dengan Paralimpiade berikutnya, yang akan kembali berlangsung di Beijing pada Maret 2022.[12]

Pada Paralimpiade Atlanta 1996 para atlet yang menderita cacat intelektual untuk pertama kalinya diizinkan ikut serta. Namun setelah terjadinya kecurangan pada Paralimpiade Sydney 2000, yang diikuti oleh atlet-atlet yang tidak cacat di tim cacat intelektual bola basket Spanyol [1], atlet-atlet tersebut dilarang ikut serta oleh IPC [2]. Setelah kampanye anti-korupsi, Federasi Internasional untuk Penderita Cacat Intelektual (INAS-FID) melobi agar para atlet ini diizinkan ikut serta kembali. Sejak 2004, para atlet yang menderita cacat intelektual mulai diintegrasikan kembali dalam nomor-nomor pertandingan Paralimpiade, meskipun mereka tetap dilarang ikut dalam Paralimpiade.[3] IPC telah menyatakan bahwa organisasi itu akan mengevaluasi kembali partisipasi mereka setelah Paralimpiade Beijing 2008.[4]

Komite Paralimpiade Internasional

Kantor pusat Komite Paralimpiade Internasional di Bonn, Jerman

Komite Paralimpiade Internasional (IPC) didirikan pada tahun 1989 dan berkantor pusat di Bonn, Jerman. IPC mengelola pertandingan pertamanya pada Paralimpiade Musim Panas 1992 di Barcelona. Majelis Umum IPC tersusun dari Komite Nasional Paralimpiade (NPC), 4 organisasi internasional olahraga disabilitas (ISOD), representasi olahraga Paralimpiade yang termasuk 10 olahraga yang dikelola IPC, 7 olahraga ISOD, 19 federasi olahraga paralimpik independen, dan 5 organisasi IPC regional.[10]

  • Organisasi internasional olahraga penyandang disabilitas:
    1. CPISRA (Cerebral Palsy International Sport and Recreation Association);
    2. IBSA (International Blind Sport Association);
    3. INAS-FID (International Sport Federation for persons with Intellectual Disability);
    4. IWAS (International Wheelcair and Amputee Sports Federation).
  • Komite Paralimpiade Nasional (Bahasa Inggris: National Paralympic Committee/NPC) adalah konstituen nasional dari gerakan Paralimpiade sedunia. NPC tunduk pada kendali IPC, dan bertanggung jawab untuk mengatur partisipasi orang-orangnya dalam Paralimpiade. Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia adalah organisasi satu-satunya wadah keolahragaan penyandang disabilitas di Indonesia yang berwenang mengkoordinasikan kegiatan olahraga prestasi bagi penyandang disabilitas. Organisasi ini bertanggung jawab untuk memilih atlet dan mengelola tim atlet yang akan mewakili Indonesia di Paralimpiade dan pertandingan atletik internasional lainnya. NPC Indonesia didirikan pada tanggal 31 Oktober 1962 sebagai Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC) sebelum mengubah namanya menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC). Nama ini kemudian diubah menjadi saat ini pada tanggal 26 Juli 2010.[13]

Relasi dengan Komite Olimpiade International

IPC masih sedikit bergantung kepada IOC untuk finansial, logistik, dan dukungan politis sejauh menyangkut penyelenggaraan Paralimpiade, tetapi selain daripada itu IPC adalah organisasi independen.[10] Kebijakan resmi dari Komite Olimpiade Internasional dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) setelah terjadi kesepakatan pada 19 Juni 2001, diantaranya adalah untuk melaksanakan Pertandingan Paralimpiade sekitar 2-3 minggu setelah penutupan Olimpiade, di kota tuan rumah yang sama, menggunakan fasilitas yang sama pula, dan dibawah struktur manajemen panitia penyelenggara yang sama dengan Olimpiade. Saat ini, kota-kota yang mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade harus mengikutsertakan Paralimpiade dalam penawaran mereka, serta komite penyelenggara Olimpiade dimandatkan oleh IOC untuk mengatur dan mengadakan Paralimpiade, dan perjanjian resmi ini telah diperpanjang sampai tahun 2032.[10]

Nama dan Simbol

Nama Paralimpiade diambil dari bahasa Yunani "para" ("di samping" atau "berdampingan") dan kata "Olimpiade", yang berarti bahwa Paralimpiade adalah suatu kompetisi yang diselenggarakan paralel dengan Olimpiade, dan menggambarkan bahwa kedua gerakan ini hidup berdampingan.[14]

Klasifikasi

Sistem klasifikasi pada Paralimpiade bertujuan untuk mempromosikan partisipasi olahraga oleh penyandang disabilitas dengan mengendalikan dampak keterbatasan pada hasil akhir kompetisi. Bahasa dan struktur dari International Classifiaction of Functioning, Disability, and Health (WHO) sangat penting untuk klasifikasi Paralimpiade. IPC mengakui delapan disabilitas fisik yang memenuhi syarat dalam olahraga Paralimpiade, yaitu lima kekurangan fungsi (Kekuatan otot; Rentang gerakan pasif; hipertonia, ataksia, dan athetosis) dan tiga kekurangan struktur (defisiensi anggota gerak; Perbedaaan panjang kaki; dan Perawakan pendek). Selain itu, kegiatan yang menjadi fokus adalah cabang olahraga paralimpiade tempat para atlet bertanding. Tidak wajib bagi cabang olahraga paralimpiade untuk menyediakan sistem klasifikasi yang memenuhi delapan jenis disabilitas fisik tersebut.[2]

Klasifikasi atlet dikelompokkan berdasarkan derajat keterbatasan aktivitas akibat dari gangguan disabilitasnya. Dalam hal ini ada tiga langkah yang digunakan IPC dalam menetapkan klasifikasi, yaitu: apakah difabelnya memenuhi syarat untuk olahraga tertentu, apakah kecacatannya memenuhi kriteria kecacatan minimum olahraga, dan kelas olahraga yang paling tepat menggambarkan batasan aktivitasnya.[11] Klasifikasi untuk olahraga disabilitas pada umumnya melalui penilaian medis dan penilaian fungsional. Pengamatan dilakukan ketika olahragawan berlatih dan kemudian dalam kompetisi. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini termasuk pengklasifikasi individu, pengklasifikasi medis, pengklasifikasi teknis, kepala pengklasifikasi, kepala klasifikasi, panel klasifikasi dan komite klasifikasi. Klasifikasi bertujuan untuk memberikan peluang dan aturan yang sehat guna memungkinkan kompetisi yang adil antara orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas.[15]

  • Amputasi: Atlet yang kehilangan sebagian atau seluruhnya dari salah satu anggota badannya.
  • Cerebral Palsy: Orang yang menderita kerusakan otak non-progresif, misalnya cerebral palsy, kerusakan otak traumatis, stroke atau masalah serupa yang memengaruhi kontrol ototnya, keseimbangannya atau koordinasinya.
  • Cacat intelektual: Atlet yang mengalami cacat yang signifikan dalam fungsi intelektualnya sehubungan dengan perilaku adaptifnya. Saat ini kategori ini dibekukan.
  • Kursi roda: Bagi semua atlet yang mengalami cacat saraf tulang belakang dan cacat lainnya yang mengharuskan mereka bertanding dengan menggunakan kursi roda. Para atlet ini sekurang-kurangnya harus kehilangan 10 persen dari fungsi kaki mereka.
  • Cacat penglihatan: Para atlet yang mengalami cacat penglihatan dari penglihatan yang sebagian (cukup untuk dinilai buta secara hukum) hingga buta total.
  • Les Autres: bahasa Prancis untuk lain-lain dan mencakup para peserta yang mengalami cacat mobilitas atau kehilangan fungsi fisik lainnya yang tidak tergolong pada salah satu dari kelima kategori lainnya: hambatan pertumbuhan, sklerosis berganda atau cacat sejak lahir pada anggota badannya seperti yang disebabkan oleh thalidomide adalah contoh-contohnya.

Kategori-kategori ini berlaku baik untuk paralimpiade musim panas maupun musim dingin.

Cabang Olahraga

Olahraga penyandang cacat atau parasport adalah olahraga yang dimainkan oleh para penyandang cacat, baik cacat fisik dan intelektual. Banyak olahraga cacat didasarkan pada olahraga yang mampu yang ada, yang kemudian dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan penyandang cacat, disebut juga sebagai olahraga yang disesuaikan. Namun, ada beberapa olahraga yang secara khusus dibuat untuk penyandang cacat yang tidak memiliki padanan dalam olahraga yang tidak cacat.[15]

Olahraga musim panas

  • Anggar kursi roda
  • Angkat beban
  • Atletik 
  • Balap sepeda (Jalan raya, trek)
  • Berkuda
  • Boccia
  • Bola basket kursi roda
  • Bola gawang
  • Dayung
  • Judo
  • Menembak
  • Panahan
  • Parakano
  • Paratrilomba
  • Renang
  • Rugbi kursi roda
  • Sepak bola 5 sisi
  • Taekwondo
  • Tenis kursi roda
  • Tenis meja
  • Voli duduk

Olahraga musim dingin

Ski alpen, Ski lintas alam, hoki es, curling, dan papan salju

Perayaan

Upacara Pembukaan

Upacara Penutupan

Penyerahan Medali

Peliputan Media

Pertumbuhan liputan dan peningkatan minat media pada Paralimpiade merupakan suatu indikasi bertumbuhnya minat dan kesadaran akan pertandingan secara global. Akan tetapi, secara umum kehadiran dan minat media di Paralimpiade masih tidak seperti yang ada di Olimpiade, khususnya peliputan dari jaringan televisi masih sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. IPC mencoba mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan layanan televisi gratis berbasis internet bernama ParalympicSport.TV, yang menyediakan platform media global berkelanjutan yang menjangkau penonton di seluruh dunia. Layanan ini diluncurkan pertama kali pada Paralimpiade Musim Dingin Turin 2006 dan segera menjadi kesuksesan, menyiarkan lebih dari 150 jam siaran olahraga langsung. Penggemar dari 110 negara memperoleh manfaat dari layanan ini pada Paralimpiade Turin 2006, menonton rata-rata kurang dari empat setengah jam olahraga. Sementara di Paralimpiade Beijing 2012, penggemar dari 166 negara menggunakan layanan ini. Layanan ini mendapatkan umpan balik yang sangat positif dari penonton dan memberikan promosi yang bagus untuk gerakan ini. Layanan ini juga mengatasi isu perbedaan waktu sehingga penonton dapat menyaksikan ajang pilihannya pada waktu yang sesuai dengan mereka dari seluruh tempat di dunia. Peluang pemasaran dan komunikasi merek IPC sangat ditingkatkan pula, sehingga sangat meningkatkan prospek komersial jangka panjang IPC.[16]

Pemenang dan medali

Tuan rumah

Referensi

  1. ^ Majid, Rofi Ali (24 Agustus 2021). "Apa Itu Paralympic, Kapan Digelar, dan Perbedaan dengan Olimpiade". tirto.id. Diakses tanggal 2022-02-18. 
  2. ^ a b c Leprêtre, Pierre-Marie; Goosey-Tolfrey, Victoria L.; Janssen, Thomas W. J.; Perret, Claudio (2017-05-25). Rio, Tokyo Paralympic Games and beyond: How to Prepare Athletes with Motor Disabilities for Peaking (dalam bahasa Inggris). Frontiers Media SA. hlm. 7, 24. ISBN 978-2-88945-171-5. 
  3. ^ a b c Bailey, Steve (2008-02-28). Athlete First: A History of the Paralympic Movement (dalam bahasa Inggris). West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 1, 2. ISBN 978-0-470-72431-6. 
  4. ^ Purna, Sapta Kunta; Kardiyanto, Deddy Whinata; Angga, Prayogi Dwina (2020-11-09). KERANGKA PEMBINAAN OLAHRAGA DISABILITAS. Sidoarjo: Zifatama Jawara. hlm. 5. ISBN 978-623-7748-38-0. 
  5. ^ a b DePauw, Karen P.; Gavron, Susan J. (2005). Disability Sport (dalam bahasa Inggris). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 142, 182. ISBN 978-0-7360-4638-1. 
  6. ^ a b Brittain, Ian (2016-07-01). The Paralympic Games Explained: Second Edition (dalam bahasa Inggris). New York: Routledge. hlm. 9, 202, 203. ISBN 978-1-317-40415-6. 
  7. ^ a b Derr, Aaron (2020-01-01). Sports of the Paralympic Games (dalam bahasa Inggris). South Egremont, MA: Red Chair Press. hlm. 6. ISBN 978-1-63440-744-1. 
  8. ^ Herman, Gail; HQ, Who (2020-03-17). What Are the Paralympic Games? (dalam bahasa Inggris). Penguin. hlm. 6. ISBN 978-1-5247-9264-0. 
  9. ^ Johnson, Robin (2009-08). Paralympic Sports Events (dalam bahasa Inggris). Crabtree Publishing Company. hlm. 3. ISBN 978-0-7787-4025-4. 
  10. ^ a b c d MacIntosh, Eric; Bravo, Gonzalo; Li, Ming (2019-03-05). International Sport Management (dalam bahasa Inggris). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 166, 168. ISBN 978-1-4925-5679-4. 
  11. ^ a b CNN Indonesia (24 Agustus 2021). "Mengenal Klasifikasi dalam Paralimpiade Tokyo". CNNIndonesia.com. Diakses tanggal 2022-02-18. 
  12. ^ Grey-Thompson, Tanni (5 September 2021). "'Great moments in Tokyo but Para-sport faces challenges'". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-18. 
  13. ^ National Paralympic Committee Jakarta. "Tentang NPC Indonesia". npcjakarta.or.id. Diakses tanggal 18 Februari 2022. 
  14. ^ "Paralympics History - Evolution of the Paralympic Movement". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-15. 
  15. ^ a b Muhtar, Tatang; Lengkana, Anggi Setia (2019). Pendidikan jasmani dan olahraga adaptif. Sumedang: UPI Sumedang Press. hlm. 3, 4, 6. ISBN 978-602-6438-60-7. 
  16. ^ Brittain, Ian (2009-09-11). The Paralympic Games Explained (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1st). New York: Routledge. hlm. 80–82. ISBN 978-1-134-02342-4. 

Pranala luar

Lihat pula