Paralimpiade
Paralimpiade |
---|
Moto |
Spirit in Motion |
Topik utama |
Pertandingan |
Paralimpiade adalah ajang kompetisi olahraga internasional untuk atlet penyandang disabilitas. Serupa dengan Olimpiade, terdapat Pertandingan Musim Panas dan Musim Dingin, yang berselang setiap 2 tahun. Beragam cabang olahraga yang dipertandingkan seperti pada Olimpiade termasuk, Ski alpen, ski lintas alam, biatlon untuk edisi musim dingin, dan sepeda, panahan, dan renang untuk edisi musim panas, meskipun peralatan olahraga untuk Paralimpiade telah dimodifikasi untuk disabilitas tertentu. Atlet Paralimpiade bertanding dalam enam kelompok disabilitas yang berbeda seperti amputasi, cerebral palsy, gangguan penglihatan, cedera tulang belakang, disabilitas intelektual, dan Les autres. Di dalam tiap kelompok tersebut, atlet akan dipisahkan lagi kedalam kelas-kelas berdasarkan jenis dan tingkat disabilitasnya. Atlet mungkin dapat di klasifikasi ulang pada kompetisi yang akan datang jika status fisik mereka berubah.[1]
Perbedaan utama antara Paralimpiade dengan Olimpiade terdapat pada peserta yang berpartisipasi di ajang tersebut. Paralimpiade hanya boleh diikuti atlet penyandang disabilitas saja, oleh karena itu cabang olahraga yang dipertandingkan juga berbeda dengan beberapa cabang olahraga lainnya dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan atlet yang berlomba. Ajang Paralimpiade dinaungi oleh Komite Paralimpiade Internasional (IPC). Berdasarkan kesepakatan Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan IPC, pelaksanaan Paralimpiade dihelat pada tahun yang sama dengan bergulirnya Olimpiade.[2]
Paralimpiade merupakan ajang olahraga terbesar kedua di dunia, yang dibuktikan dengan kenaikan jumlah peserta 10 kali lipat, dari 400 atlet di Roma (1960) menjadi 4237 atlet di London (2012), dan pertumbuhan yang luar biasa dengan 176 negara yang bertanding di Rio 2016.[3]
Gerakan Paralimpiade berawal dengan pemanfaatan fungsi rekreasi dan rehabilitasi dari olahraga untuk pasien penyandang disabilitas, yang berubah secara bertahap menjadi olahraga kompetisi yang pada akhirnya menjadi sebuah ajang olahraga tingkat elit, yaitu Paralimpiade. Filosofi Gerakan Paralimpiade adalah salah satu bentuk realisasi diri melalui olahraga kompetitif. Gerakan ini telah berkembang sepanjang 50 tahun terakhir menjadi sebuah puncak pencapaian atlet dengan disabilitas. Gerakan Paralimpiade hari ini diakui sebagai fenomena olahraga global, sebuah perayaan yang luar biasa dari aktivitas fisik kompetitif yang membakar mimpi-mimpi, mendorong banyak orang untuk berpartisipasi dan menjadi yang terbaik.[4]
Gambaran Umum
Berbeda dengan atlet pada umumnya, atlet disabilitas adalah atlet yang memiliki kekurangan secara fisik dan/atau mental. Secara epistimologi, yang dimaksud penyandang cacat adalah mereka yang mengalami kelainan pada bentuk dan fungsi pada tulang, sendi, otot, dan kerja sama tulang sendi dan otot. Sementara itu menurut WHO terdapat 3 kategori definisi kecacatan, yaitu impairment (kondisi ketidaknormalan atau hilangnya struktur atau fungsi anatomi atau psikologis); disability (ketidakmampuan atau keterbatasan sebagai akibat adanya impairment untuk melakukan aktivitas dengan cara yang dianggap normal bagi manusia); dan handicap (keadaan yang merugikan bagi seorang akibat adanya impairment, disability, yang mencegahnya dari pemenuhan peranan yang normal orang yang bersangkutan).[5]
Pada Paralimpiade, atlet dibagi kedalam kategori berdasarkan klasifikasi medik dan tingkat kemampuan olahraga. Misalnya, atlet tuna netra dibagi menjadi 3 tingkat klasifikasi (B1, B2, dan B3) berdasarkan tingkat penglihatannya. Atlet dengan cerebral palsy diklasifikasikan menggunakan skala 8 poin, dengan nilai 1 mengindikasikan tidak ada mobilitas dan menggunakan kursi roda elektrik atau bermotor, sampai pada nilai 8 yang mengindikasikan tingkat mobilitas tertinggi atau keterlibatan dengan cerebral palsy yang rendah.[6]
Tingkat performa atlet penyandang disabilitas telah meningkat sehingga, saat ini, berita olahraga dan gerakan olahraga dunia berfokus pada potensi keuntungan kaki palsu di antara atlet dengan amputasi dan integrasinya dalam kompetisi berbadan sehat. Akan tetapi, mereka tidak mewakili keseluruhan atlet penyandang disabilitas di Paralimpiade. Atlet-atlet dengan keterbatasan fisik lain (kekurangan penglihatan, cedera tulang belakang, cerebral palsy, atau yang lain) juga memenuhi syarat untuk berkompetisi.[3]
Organisasi Olimpiade Spesial dan IPC merupakan organisasi olahraga bagi penyandang disabilitas yang diakui oleh IOC. Keduanya menyelenggarakan Pertandingan Musim Panas dan Dingin dengan siklus empat tahunan. Namun, Paralimpiade diadakan bersamaan dengan Olimpiade di kota tuan rumah yang sama dan menggunakan fasilitas-fasilitas olahraga yang sama, dan dimulai 2-3 minggu setelah upacara penutupan Olimpiade. Olimpiade Spesial musim dingin diadakan pada tahun setelah Olimpiade dan Paralimpiade musim panas, sedangkan Olimpiade Spesial musim panas diadakan pada tahun setelah Olimpiade dan Paralimpiade musim dingin. Perbedaan utama antara gerakan Olimpiade Spesial dan Paralimpiade terletak pada tingkat kemampuan berolahraga atlet yang berpartisipasi serta disabilitas atlet yang sebenarnya. Individu yang terkualifikasi untuk mengikuti Olimpiade Spesial adalah mereka yang memiliki disabilitas intelektual, dan juga dapat memiliki disabilitas fisik dan sensoris lainnya. Sedangkan untuk dapat berpartisipasi di Paralimpiade seorang harus berasal dari salah satu dari enam kategori disabilitas, yang diantaranya juga termasuk disabilitas intelektual.[7]
Paralimpiade Musim Dingin
Ide mengenai Paralimpiade musim dingin pertama kali diusulkan oleh delegasi Swedia pada rapat umum tahunan Organisasi Olahraga Internasional untuk Penyandang Disabilitas (ISOD) tahun 1974. Dalam waktu kurang dari 18 bulan untuk membuat persiapan yang diperlukan, pertandingan yang dihasilkan berukuran cukup kecil, tetapi tetap dipuji sebagai sukses besar. Pertandingan yang pertama hanya untuk atlet dengan amputasi dan gangguan penglihatan. Enam pertandingan yang pertama semua berlangsung di Eropa, dimana olahraga musim dingin sangat berkembang dan olahraga musim dingin untuk atlet penyandang disabilitas pertama kali dimulai pada tahun 1950-an.[8]
Sejarah
Pada tahun 1904, George Eyser menjadi atlet dengan disabilitas (satu kaki palsu) yang pertama kali bertanding di Olimpiade dan memenangkan 6 medali emas. Dari tahun ke tahun, semakin banyak atlet dengan berbagai disabilitas yang mulai berprestasi di berbagai cabang olahraga. Tidak akan lama sebelum atlet penyandang cacat mendapatkan pertandingan olimpiade mereka sendiri.[9]
Pada periode setelah Perang Dunia II berakhir, Dr. Ludwig Guttmann, seorang ahli bedah saraf dari Jerman, memanfaatkan fungsi rekreasi dan rehabilitasi dari olahraga untuk pasien penyandang disabilitas di Rumah Sakit Stoke Mandeville, Inggris. Beliau memulai dengan memperkenalkan perlombaan seperti anak panah, snooker, bola pukulan, dan skittle. Lalu diperkenalkan permainan bola jaring kursi roda, yang kemudian dikenal sebagai bola basket kursi roda. Olahraga yang selanjutnya diperkenalkan pada acara di Stoke Mandeville adalah panahan, yang berperan penting di semua area rencana rehabilitasi Dr. Guttmann. Pertandingan Stoke Mandeville pertama diadakan dengan demonstrasi panahan antara tim dari Rumah Sakit Stoke Mandeville dan Rumah Star dan Garter untuk Veteran Perang yang Terluka, yang diadakan pada 29 Juli 1948 bertepatan dengan upacara pembukaan Olimpiade London, sehingga penyelenggaraannya paralel dengan Pertandingan Olimpiade dan menjadi cikal bakal gerakan Paralimpiade yang dikultivasi oleh Dr. Guttmann. Ludwig Guttmann pada tahun 1949 mendeklarasikan bahwa ia berharap Pertandingan Internasional Stoke Mandeville dapat menjadi padanan Olimpiade bagi penyandang disabilitas.[4][7]
Dr. Guttmann terlibat melembagakan organisasi yang melayani kebutuhan penyandang disabilitas selain mereka yang mengalami cedera tulang belakang. Beliau berperan penting dalam promosi kompetisi olahraga untuk atlet penyandang disabilitas, mendirikan Organisasi Pertandingan Internasional Stoke Mandeville. Pada awalnya beliau sangat ingin menahan keikutsertaan orang yang mengalami kebutaan dan amputasi untuk bergabung dengan gerakan Stoke Mandeville. Namun di kemudian hari, beliau menjadi lebih inklusif terhadap penyandang disabilitas lainnya melalui International Sports Organisation for Disabled (ISOD).[4]
Pertandingan di Stoke Mandeville diselenggarakan dengan sukses, sehingga Dr. Guttmann memutuskan untuk mengadakannya setiap tahun. Semakin banyak jenis perlombaan yang ditambahkan tiap tahunnya, seperti perlombaan kursi roda dan renang. Pada tahun 1952, negara Belanda ikut serta dalam pertandingan tersebut. Ketika Amerika Serikat mengirimkan timnya untuk berpartisipasi di tahun 1955, telah ada 17 negara lain yang berkompetisi.[10]
Linimasa
Pertandingan Stoke Mandeville yang diadakan di Roma, Italia pada tahun 1960 merupakan ajang kompetisi sejenis Olimpiade yang pertama untuk atlet disabilitas. Nama ajang tersebut kemudian dikenal sebagai Pertandingan Paralimpiade Musim Panas pertama. Paralimpiade Musim Dingin pertama diselenggarakan pada tahun 1976 di kota Örnsköldsvik, Swedia. Paralimpiade selalu mengikuti jadwal Olimpiade, bergantian antara Pertandingan Musim Panas dan Musim Dingin setiap dua tahun.[11]
Paralimpiade 1964 berlangsung di Tokyo menggunakan perkampungan atlet dan fasilitas-fasilitas yang sama seperti halnya Paralimpiade 1960 yang menggunakan fasilitas Olimpiade di Roma. Pada pertandingan ini pertama kalinya atlet sungguh berlomba menggunakan kursi roda. Meksiko City tidak dapat menyelenggarakan pertandingan pada tahun 1968 karena permasalahan organisasi dan ketinggian lokasi, sehingga Israel bersukarela untuk mengadakannya. Pada pertandingan itu, seorang atlet bernama Roberto Marson (Italia) memenangkan 9 medali emas dari 3 cabang olahraga yaitu renang, anggar, dan atletik. Paralimpiade 1972 diadakan di Hiedelberg, Jerman Barat karena tidak mendapatkan ijin unutk menggunakan perkampungan atlet dan fasilitas Olimpiade di kota Munich. Paralimpiade 1976 yang diadakan di Toronto, Kanada diwarnai dengan berbagai peristiwa seperti gangguan politis akibat keikutsertaan tim Afrika Selatan dan sejumlah atlet yang cenderung curang dalam evaluasi fisiknya. Arnhem, Belanda dipilih sebagai tuan rumah Paralimpiade 1980, setelah Moskwa menolak untuk mengadakannya. Paralimpiade 1984 dipecah menjadi dua bagian ketika Los Angeles menolak untuk menyelenggarakannya. Atlet tuna netra, dan dengan cerebral palsy dan disabilitas selain atlet berkursi roda, berkompetisi di New York pada Juni 1984 dibawah pengawasan IBSA, CP-ISRA, dan ISOD. Sementara itu, atlet kursi roda bertanding dalam "Paralimpiade Kursi Roda Dunia ke-7 di Aylesbury, Inggris, pada 22 Juli - 1 Agustus. Pada saat itu penggunaan istilah "Paralimpiade" belum digunakan secara konsisten dan IOC tidak pernah menyetujui ataupun menolak penggunaan kata tersebut.[12]
Paralimpiade Seoul 1988 diselenggarakan oleh Panitia Penyelenggara Paralimpiade Seoul yang bekerja sama dengan Panitia Penyelenggara Olimpiade Seoul, yang diikuti oleh 61 negara dan 3.053 atlet. Paralimpiade tidak selalu diadakan di kota yang sama dengan Olimpiade. Sejak tahun 1988, ajang Paralimpiade baru diadakan di tempat yang sama dengan ajang Olimpiade. Pada 1992, Panitia Penyelenggara Olimpiade Barcelona membentuk divisi khusus untuk mengelola Paralimpiade. IPC mengelola pertandingan pertamanya pada Paralimpiade ini. Setelah Pertandingan Barcelona, ICC berubah nama menjadi Komite Paralimpiade Internasional (IPC). Paralimpiade Musim Dingin pertama yang diadakan di kota yang sama dengan Olimpiade Musim Dingin ialah di Albertville, Prancis pada tahun 1992.[11][12][13]
Paralimpiade Musim Panas Atlanta pada tahun 1996 merupakan Paralimpiade pertama yang menyertakan atlet penyandang disabilitas mental, diikuti oleh lebih dari 3.100 atlet dari 103 negara yang berpartisipasi, dan berhasil memecahkan 268 rekor dunia. Paralimpiade Musim Panas Sydney 2000 sangat diakui kesuksesannya dengan jumlah tiket yang terjual dua kali lipat dari Paralimpiade Atlanta. Paralimpiade Sydney diikuti oleh 3.843 atlet dari 123 negara yang bertanding, dan memperebutkan 550 medali pada 18 cabang olahraga. Peningkatan partisipasi atlet tersebut menghasilkan lebih dari 300 rekor dunia dan Paralimpiade pada pertandingan di Sydney. Jason Wening (amputasi kaki ganda) dari Amerika Serikat memenangkan tiga medali emas di nomor 400 meter gaya bebas. Louise Sauvage (Australia) berhasil memperoleh emas dengan mencapai garis akhir di posisi pertama dengan waktu 3:48:52 pada nomor kursi roda 1.500 meter wanita. Marlon Shirley (amputasi satu kaki) membuat rekor dunia baru pada nomor lari 100 meter pria dengan waktu 11,09 detik, dan Ross Davis (atlet kursi roda dengan cerebral palsy) memciptakan rekor Paralimpiade baru di nomor 100 meter pria dengan waktu 16,38 detik. Setiap kompetisi baru meningkatkan standar keunggulan, dan dunia olahraga disabilitas siap melangkah lebih jauh dalam mengejar keunggulannya di tiap edisi pertandingan yang akan diselenggarakan.[6][12]
Sejak Beijing 2008, pelaksanaan Olimpiade dan Paralimpiade menjadi tanggung jawab resmi dari panitia penyelenggara tuan rumah.[13] Pada Paralimpiade Musim Panas Rio 2016 terdapat 4.328 atlet dari 159 negara yang berkompetisi dalam 22 cabang olahraga. Sedangkan, di Paralimpiade Musim Dingin Sochi 2014 diikuti oleh 547 atlet dari 45 negara yang bertanding dalam lima cabang olahraga.[14] Paralimpiade edisi ke-16 di Tokyo 2020 mempertandingkan 22 cabang olahraga, dengan 539 medali emas yang diperebutkan oleh sekitar 4.520 atlet dari 163 Komite Paralimpiade Nasional yang mewakili tiap negara. Dua cabang olahraga yang paling banyak memperebutkan medali di Paralimpiade Tokyo 2020 adalah atletik dan renang. Medali emas yang diperebutkan masing-masing sebanyak 167 dari cabang atletik, dan 146 dari cabang renang.[15]
Paralimpiade Tokyo 2020 diselenggarakan dengan protokol pemeriksaan Covid-19 yang hampir sama dengan Olimpiade Tokyo 2020, dimana terdapat lembaran-lembaran formulir dan aplikasi yang harus diperbaharui, pemeriksaan suhu harian, dan pencetakan sertifikat. Hal tersebut untuk menjamin perlindungan dan keamanan para atlet selama acara berlangsung. Atlet yang berpartisipasi juga tidak dapat saling bercengkrama dengan atlet dan pelatih lain selama kompetisi. Serta tidak ada penonton dan penggemar yang menyaksikan langsung di tempat pertandingan. Siklus perencaan menjadi tidak seperti biasanya, karena terasa seperti tidak ada waktu jeda dengan Paralimpiade berikutnya, yang akan kembali berlangsung di Beijing pada Maret 2022.[16]
Komite Paralimpiade Internasional
Komite Paralimpiade Internasional (IPC) didirikan pada tahun 1989 dan berkantor pusat di Bonn, Jerman. IPC memiliki tujuan untuk mengatur permainan musim panas dan musim dingin sebagai badan pengatur global gerakan Paralimpiade. IPC berperan sebagai Federasi Internasional dari 9 cabang olahraga, serta mengawasi dan mengoordinasikan Kejuaraan Dunia yang relevan dan kompetisi olahraga disabilitas lainnya. Majelis Umum IPC tersusun dari 4 organisasi internasional olahraga disabilitas (ISOD), representasi olahraga Paralimpiade yang termasuk 10 olahraga yang dikelola IPC, 7 olahraga ISOD, 19 federasi olahraga paralimpik independen, Komite Nasional Paralimpiade (NPC), dan organisasi IPC regional.[13][14]
- Organisasi internasional olahraga penyandang disabilitas:
- CPISRA (Cerebral Palsy International Sport and Recreation Association);
- IBSA (International Blind Sport Association);
- INAS (International Sport Federation for persons with Intellectual Disability);
- IWAS (International Wheelcair and Amputee Sports Federation).
- Komite Paralimpiade Nasional (Bahasa Inggris: National Paralympic Committee/NPC) adalah konstituen nasional dari gerakan Paralimpiade sedunia. NPC tunduk pada kendali IPC, dan bertanggung jawab untuk mengatur partisipasi orang-orangnya dalam Paralimpiade. Komite Paralimpiade Nasional (NPC) Indonesia adalah organisasi satu-satunya wadah keolahragaan penyandang disabilitas di Indonesia yang berwenang mengkoordinasikan kegiatan olahraga prestasi bagi penyandang disabilitas. Organisasi ini bertanggung jawab untuk memilih atlet dan mengelola tim atlet yang akan mewakili Indonesia di Paralimpiade dan pertandingan atletik internasional lainnya. NPC Indonesia didirikan pada tanggal 31 Oktober 1962 sebagai Yayasan Pembina Olahraga Cacat (YPOC) sebelum mengubah namanya menjadi Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC). Nama ini kemudian diubah menjadi saat ini pada tanggal 26 Juli 2010.[17]
- Organisasi Regional: Komite Paralimpiade Afrika, Komite Paralimpiade Amerika, Komite Paralimpiade Asia, Komite Paralimpiade Eropa, dan Komite Paralimpiade Oseania.[18]
Relasi dengan Komite Olimpiade International
IPC masih sedikit bergantung kepada IOC untuk finansial, logistik, dan dukungan politis sejauh menyangkut penyelenggaraan Paralimpiade, tetapi selain daripada itu IPC adalah organisasi independen.[14] Kebijakan resmi dari Komite Olimpiade Internasional dan Komite Paralimpiade Internasional (IPC) setelah terjadi kesepakatan pada 19 Juni 2001, diantaranya adalah untuk melaksanakan Pertandingan Paralimpiade sekitar 2-3 minggu setelah penutupan Olimpiade, di kota tuan rumah yang sama, menggunakan fasilitas yang sama pula, dan dibawah struktur manajemen panitia penyelenggara yang sama dengan Olimpiade. Saat ini, kota-kota yang mencalonkan diri untuk menjadi tuan rumah Olimpiade harus mengikutsertakan Paralimpiade dalam penawaran mereka, serta komite penyelenggara Olimpiade dimandatkan oleh IOC untuk mengatur dan mengadakan Paralimpiade, dan perjanjian resmi ini telah diperpanjang sampai tahun 2032.[14]
Perjanjian antara IPC dan IOC juga memasukkan bahwa IPC juga akan diwakili dalam komisi IOC yang mencakup masalah seperti evaluasi kota kandidat Olimpiade, koordinasi untuk Olimpiade, budaya dan edukasi Olimpiade dan atlet, dan kelompok kerja yang mengatasi wanita dan olahraga. IOC juga akan terus memberikan dukungan finansial untuk gerakan Paralimpiade.[12]
Nama dan Simbol
Nama Paralimpiade diambil dari bahasa Yunani "para" ("di samping" atau "berdampingan") dan kata "Olimpiade", yang berarti bahwa Paralimpiade adalah suatu kompetisi yang diselenggarakan paralel dengan Olimpiade, dan menggambarkan bahwa kedua gerakan ini hidup secara berdampingan.[19]
Klasifikasi
Sistem klasifikasi pada Paralimpiade bertujuan untuk mempromosikan partisipasi olahraga oleh penyandang disabilitas dengan mengendalikan dampak keterbatasan pada hasil akhir kompetisi. IPC mengakui delapan disabilitas fisik, gangguan penglihatan, dan gangguan intelektual yang memenuhi syarat dalam olahraga Paralimpiade. Disabilitas fisik termasuk diantaranya lima gangguan fungsi (kekuatan otot; rentang gerakan pasif; hipertonia, ataksia, dan atetosis) dan tiga gangguan struktur (defisiensi anggota gerak; perbedaaan panjang kaki; dan perawakan pendek), Tidak wajib bagi cabang olahraga paralimpiade untuk menyediakan sistem klasifikasi yang memenuhi semua kategori disabilitas tersebut.[3]
Kategori
Kategori-kategori ini berlaku baik untuk paralimpiade musim panas maupun musim dingin.
- Gangguan kekuatan otot. Kekuatan otot atau kelompok otot yang berkurangnya, dapat terjadi pada otot satu anggota badan atau bagian bawah tubuh yang disebabkan, misalnya, cedera tulang belakang, spina bifida, atau polio.
- Gangguan rentang gerakan pasif. Rentang gerakan pada satu sendi atau lebih yang berkurang secara permanen, misalnya karena arthrogryposis. Hipermobilitas sendi, ketidakstabilan sendi, dan kondisi akut, seperti artritis, tidak dianggap memenuhi syarat.
- Defisiensi anggota gerak, yakni tidak adanya keseluruhan atau sebagian tulang atau persendian sebagai akibat trauma, penyakit, atau defisiensi anggota badan bawaan (misalnya dysmelia).
- Perbedaan panjang kaki. Pemendekan tulang pada satu kaki karena kelainan bawaan atau trauma.
- Perawakan pendek, yaitu berkurangnya tinggi badan saat berdiri karena dimensi abnormal tulang tungkai atas dan bawah atau batang tubuh, misalnya karena akondroplasia atau disfungsi hormon pertumbuhan.
- Hipertonia, yakni peningkatan ketegangan otot yang tidak normal dan berkurangnya kemampuan otot untuk meregang, karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak, atau sklerosis ganda.
- Ataksia atau kurangnya koordinasi gerakan otot karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak atau sklerosis ganda.
- Atetosis yang umumnya ditandai dengan gerakan yang tidak seimbang, tidak disengaja, dan kesulitan dalam mempertahankan postur simetris, karena kondisi neurologis, seperti cerebral palsy, cedera otak, atau sklerosis ganda.
- Gangguan penglihatan, melingkupi samar penglihatan yang dipengaruhi oleh kerusakan struktur mata, saraf optik atau jalur optik, dan atau korteks visual.
- Gangguan intelektual., yakni keterbatasan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang ditunjukkan dalam keterampilan adaptif konseptual, sosial, dan praktis, yang dimulai sebelum usia 18 tahun.[13]
Klasifikasi atlet dikelompokkan berdasarkan derajat keterbatasan aktivitas akibat dari gangguan disabilitasnya. Dalam hal ini ada tiga langkah yang digunakan IPC dalam menetapkan klasifikasi, yaitu: apakah difabelnya memenuhi syarat untuk olahraga tertentu, apakah kecacatannya memenuhi kriteria kecacatan minimum olahraga, dan kelas olahraga yang paling tepat menggambarkan batasan aktivitasnya.[15] Klasifikasi untuk olahraga disabilitas pada umumnya melalui penilaian medis dan penilaian fungsional. Pengamatan dilakukan ketika olahragawan berlatih dan kemudian dalam kompetisi. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses ini termasuk pengklasifikasi individu, pengklasifikasi medis, pengklasifikasi teknis, kepala pengklasifikasi, kepala klasifikasi, panel klasifikasi dan komite klasifikasi. Klasifikasi bertujuan untuk memberikan peluang dan aturan yang sehat guna memungkinkan kompetisi yang adil antara orang-orang dengan berbagai jenis disabilitas.[20]
Cabang Olahraga
Olahraga penyandang cacat atau parasport adalah olahraga yang dimainkan oleh para penyandang cacat, baik cacat fisik dan intelektual. Banyak olahraga cacat didasarkan pada olahraga yang mampu yang ada, yang kemudian dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan penyandang cacat, disebut juga sebagai olahraga yang disesuaikan. Namun, ada beberapa olahraga yang secara khusus dibuat untuk penyandang cacat yang tidak memiliki padanan dalam olahraga yang tidak cacat.[20]
Musim panas
Cabang olahraga yang dipertandingkan pada Paralimpiade Tokyo 2020:[21]
- Anggar kursi roda
- Angkat beban
- Atletik
- Balap sepeda (Jalan raya, trek)
- Berkuda
- Boccia
- Bola basket kursi roda
- Bola gawang
- Dayung
- Judo
- Menembak
- Panahan
- Parakano
- Paratrilomba
- Renang
- Rugbi kursi roda
- Sepak bola 5 sisi
- Taekwondo
- Tenis kursi roda
- Tenis meja
- Voli duduk
Musim dingin
Paralimpiade Musim Dingin sangat mirip dengan Olimpiade Musim Dingin, terdapat cabang olahraga Ski alpen, Ski lintas alam, hoki es, curling, dan seluncur salju. Ski Alpen merupakan olahraga yang populer selama ratusan tahun. Para ski alpen awalnya di kembangkan untuk prajurit yang terluka di Perang Dunia II, dan saat ini menjadi salah satu ajang yang paling terkenal dan seru di Paralimpiade. Peserta menuruni lereng gunung dengan peralatan yang dimodifikasi. Atlet yang tidak bisa berdiri dapat menggunakan kursi yang terikat pada ski. Atlet yang tidak memiliki kaki menggunakan tiang dengan ski kecil terpasang di ujungnya untuk menjaga keseimbangannya.[9]
Cabang olahraga musim dingin yang di pertandingkan pada Paralimpiade Beijing 2022:[22]
- Para Ski alpen
- Para Ski Nordik
- para hoki es
- Curling kursi roda
- Para seluncur salju
Perayaan
Upacara Pembukaan
Upacara pembukaan diawali dengan pengibaran bendera negara tuan rumah disertai lagu kebangsaan. Kemudian, atlet datang berbaris memasuki stadion secara berkelompok menurut negara asal mereka. Semua negara memasuki stadium menurut abjad dari bahasa yang dipilih negara tuan rumah, namun atlet negara tuan rumah masuk ke stadion pada urutan terakhir. Selanjutnya negara tuan rumah mempersembahkan pertunjukkan budayanya dalam bentuk pertunjukkan musik, tari-tarian, dan nyanyi, dan lain sebagainya. Pembukaan resmi diumumkan, dan pada akhirnya obor Paralimpiade dibawa memasuki stadion dan diteruskan hingga sampai pada pembawa obor terakhir yang akan menyalakan api Paralimpiade.[23]
Ketika merencanakan upacara pembukaan untuk Paralimpiade yang harus dipertimbangkan adalah bagaimana cara menarik orang ke pertandingan Paralimpiade. Kesuksesan upacara pembukaan akan menentukan kesuksesan keseluruhan pertandingan ini. Tantangan yang sering kali dihadapi, seperti di Paralimpiade Sydney 2000, adalah anggaran yang berkisar sepersepuluh dari upacara Olimpiade tetapi harus menghasilkan acara yang sesuai untuk ruang penampilan dengan ukuran yang sama, membuat panitia harus sangat kreatif dan banyak akal. IPC menunjukkan fleksibilitas besar terhadap protokol upacara. Upacara pembukaan untuk Paralimpiade memiliki struktur yang lebih sedikit dikembangkan daripada Olimpiade, namun masih terdapat unsur upacara yang dengan senang hati dilepaskan kendalinya oleh IPC kepada panitia penyelenggara lokal. Hal itu termasuk aransemen Paralympic Anthem untuk menyesuaikan dengan musik untuk upacara, memungkinkan fleksibilitas dengan masuknya obor, dan penyalaan kaldron. Musik merupakan bagian penting dari upacara dan digunakan untuk menyampaikan cerita dan menciptakan suasana dari pertunjukkan. Upacara pembukaan dan penutupan Paralimpiade Sydney sangat berkesan. Meskipun ada keterbatasan anggaran, kondisi cuaca yang kurang mendukung, dan posisinya setelah ajang Olimpiade, panitia penyelenggara berhasil membuat sesuatu yang spesial untuk para atlet, penonton, dan semua orang yang terlibat di Paralimpiade Sydney 2020.[24]
Upacara Penutupan
Setelah semua ajang olahraga berakhir, upacara penutupan dimulai. Pembawa bendera dari masing-masing negara yang berpartisipasi memasuki stadion, diikuti oleh para atlet yang masuk secara bersama tanpa perbedaan kebangsaan. Bendera Paralimpiade diturunkan dan secara resmi ditutup, disertai pemadaman api Paralimpiade.[23]
Penyerahan Medali
Atlet yang menang akan menerima penyerahan medali dan karangan bunga di akhir pertandingan atau ketika upacara penyerahan medali dimalam atau sehari setelah pertandingan selesai. Pada saat itu akan diperdengarkan lagu kebangsaan dan pengibaran bendera negara pemenang medali emas.[25]
Peliputan Media
Pertumbuhan liputan dan peningkatan minat media pada Paralimpiade merupakan suatu indikasi bertumbuhnya minat dan kesadaran akan pertandingan secara global. Akan tetapi, secara umum kehadiran dan minat media di Paralimpiade masih tidak seperti yang ada di Olimpiade, khususnya peliputan dari jaringan televisi masih sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain. IPC mencoba mengatasi hal tersebut dengan meluncurkan layanan televisi gratis berbasis internet bernama ParalympicSport.TV, yang menyediakan platform media global berkelanjutan yang menjangkau penonton di seluruh dunia. Layanan ini diluncurkan pertama kali pada Paralimpiade Musim Dingin Turin 2006 dan segera menjadi kesuksesan, menyiarkan lebih dari 150 jam siaran olahraga langsung. Penggemar dari 110 negara memperoleh manfaat dari layanan ini pada Paralimpiade Turin 2006, menonton rata-rata kurang dari empat setengah jam olahraga. Sementara di Paralimpiade Beijing 2012, penggemar dari 166 negara menggunakan layanan ini. Layanan ini mendapatkan umpan balik yang sangat positif dari penonton dan memberikan promosi yang bagus untuk gerakan ini. Layanan ini juga mengatasi isu perbedaan waktu sehingga penonton dapat menyaksikan ajang pilihannya pada waktu yang sesuai dengan mereka dari seluruh tempat di dunia. Peluang pemasaran dan komunikasi merek IPC sangat ditingkatkan pula, sehingga sangat meningkatkan prospek komersial jangka panjang IPC.[26]
Tim Paralimpiade Pengungsi
Tim Paralimpiade Pengungsi mewakili lebih dari 82 juta orang diseluruh dunia yang terpaksa melarikan diri dari perang, persekusi, pelanggaran hak asasi manusia, yang 12 juta diantaranya hidup dengan disabilitas. Chef de Mission dari tim ini adalah Ileana Rodriguez, seorang pengungsi dari Kuba yang berkompetisi di Paralimpiade London 2012 di cabang renang untuk Amerika Serikat.[27]
Pemenang dan medali
Tuan rumah
Pencalonan
Calon kota dan negara tuan rumah sekarang ini bersaing ketat untuk memperoleh hak menggelar pertandingan Olimpiade dan Paralimpiade, dengan setiap kota yang mencalonkan diri menghabiskan puluhan juta dolar dalam proses itu. Terpilih sebagai tuan rumah untuk mengelar Olimpiade dan Paralimpiade melibatkan pengeluaran dana publik sebanyak miliaran dolar, baik untuk fasilitas baru atau yang diperbaharui, infrastruktur terkait dan akomodasi atlet. Pada London 2012, inklusi menjadi salah satu kebijakan dasar untuk pencalonan tuan rumah, dengan jumlah makalah akademis dan kebijakan yang belum pernah ada sebelumnya yang didedikasikan kepada pentingnya untuk tidak hanya merencanakan pertandingan Paralimpiade yang hebat, tetapi juga mempersiapkan warisan pasca-acara yang lebih baik mencakup disabilitas, aksesibilitas, dan inklusi di masyarakat. Oleh karena itu IPC mengembangkan Panduan Aksesibilitas (Accessibility Guide) untuk memberdayakan Paralimpiade, disabilitas dan aksesibilitas, mengubahnya dari sebuah pertimbangan ad hoc menjadi peluang strategis untuk berkontribusi terhadap peningkatan materi bagi penyandang disabilitas di kota dan negara tuan rumah Paralimpiade.[13]
Proses penawaran untuk menjadi tuan rumah terbagi dalam tiga tahap yang di tiap tahapannya membutuhkan penyerahan dokumen resmi, yang menyusun keseluruhan penawaran. Fase pertama berfokus pada 'visi, konsep pertandingan, dan strategi' dan meminta pengucapan mengenai warisan. Fase kedua meliputi 'tata kelola, hukum, dan pendanaan tempat'. Fase terakhir 'pelaksanaan pertandingan, pengalaman dan warisan tempat' membutuhkan strategi untuk perencanaan warisan. Penawaran dapat ditangguhkan oleh IOC di akhir fase pertama dan kedua. Keputusan akhir IOC dibuat diantara para kandidat yang berlanjut hingga akhir fase ketiga.[28]
Kota tuan rumah
Tahun | Paralimpiade Musim Panas [8][12] | Paralimpiade Musim Dingin [29] | |
---|---|---|---|
Kota (Negara) Tuan rumah | |||
1960 | Roma (Italia) | ||
1964 | Tokyo (Jepang) | ||
1968 | Tel Aviv (Israel) | ||
1972 | Heidelberg (Jerman Barat) | ||
1976 | Toronto (Kanada) | Örnsköldsvik (Swedia) | |
1980 | Arnhem (Belanda) | Geilo (Norwegia) | |
1984 | New York (Amerika Serikat)
Aylesbury (Britania Raya) |
Innsbruck (Austria) | |
1988 | Seoul (Korea Selatan) | Innsbruck (Austria) | |
1992 | Barcelona dan Madrid (Spanyol) | Tignes dan Albertville (Prancis) | |
1994 | Lillehammer (Norwegia) | ||
1996 | Atlanta (Amerika Serikat) | ||
1998 | Nagano (Jepang) | ||
2000 | Sydney (Australia) | ||
2002 | Salt Lake City (Amerika Serikat) | ||
2004 | Athena (Yunani) | ||
2006 | Turin (Italia) | ||
2008 | Beijing (Tiongkok) | ||
2010 | Vancouver (Kanada) | ||
2012 | London (Britania Raya) | ||
2014 | Sochi (Rusia) | ||
2016 | Rio de Janeiro (Brasil) | ||
2018 | PyeongChang (Korea Selatan) | ||
2020 | Tokyo (Jepang) | ||
2022 | Beijing (Tiongkok) | ||
2024 | Paris (Prancis) | ||
2026 | Milan dan Cortina d'Ampezzo (Italia) | ||
2028 | Los Angeles (Amerika Serikat) |
Referensi
- ^ Editors of Encyclopaedia Britannica. "Paralympic Games | History, Sports, Locations, & Facts | Britannica". www.britannica.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20.
- ^ Majid, Rofi Ali (24 Agustus 2021). "Apa Itu Paralympic, Kapan Digelar, dan Perbedaan dengan Olimpiade". tirto.id. Diakses tanggal 2022-02-18.
- ^ a b c Leprêtre, Pierre-Marie; Goosey-Tolfrey, Victoria L.; Janssen, Thomas W. J.; Perret, Claudio (2017-05-25). Rio, Tokyo Paralympic Games and beyond: How to Prepare Athletes with Motor Disabilities for Peaking (dalam bahasa Inggris). Frontiers Media SA. hlm. 7, 24. ISBN 978-2-88945-171-5.
- ^ a b c Bailey, Steve (2008-02-28). Athlete First: A History of the Paralympic Movement (dalam bahasa Inggris). West Sussex: John Wiley & Sons. hlm. 1, 2. ISBN 978-0-470-72431-6.
- ^ Purna, Sapta Kunta; Kardiyanto, Deddy Whinata; Angga, Prayogi Dwina (2020-11-09). KERANGKA PEMBINAAN OLAHRAGA DISABILITAS. Sidoarjo: Zifatama Jawara. hlm. 5. ISBN 978-623-7748-38-0.
- ^ a b DePauw, Karen P.; Gavron, Susan J. (2005). Disability Sport (dalam bahasa Inggris). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 142, 182. ISBN 978-0-7360-4638-1.
- ^ a b Brittain, Ian (2016-07-01). The Paralympic Games Explained: Second Edition (dalam bahasa Inggris). New York: Routledge. hlm. 9, 202, 203. ISBN 978-1-317-40415-6.
- ^ a b Brittain, Ian; Beacom, Aaron (2018-02-15). The Palgrave Handbook of Paralympic Studies (dalam bahasa Inggris). London: Springer. hlm. 134. ISBN 978-1-137-47901-3.
- ^ a b Derr, Aaron (2020-01-01). Sports of the Paralympic Games (dalam bahasa Inggris). South Egremont, MA: Red Chair Press. hlm. 6. ISBN 978-1-63440-744-1.
- ^ Herman, Gail; HQ, Who (2020-03-17). What Are the Paralympic Games? (dalam bahasa Inggris). Penguin. hlm. 6. ISBN 978-1-5247-9264-0.
- ^ a b Johnson, Robin (2009-08). Paralympic Sports Events (dalam bahasa Inggris). Crabtree Publishing Company. hlm. 3. ISBN 978-0-7787-4025-4.
- ^ a b c d e Bell, Daniel (2016-03-17). Encyclopedia of International Games (dalam bahasa Inggris). McFarland. hlm. 315–319. ISBN 978-1-4766-1527-1.
- ^ a b c d e Darcy, Simon; Frawley, Stephen; Adair, Daryl (2017-02-08). Managing the Paralympics (dalam bahasa Inggris). London: Springer. hlm. 2–6, 9. ISBN 978-1-137-43522-4.
- ^ a b c d MacIntosh, Eric; Bravo, Gonzalo; Li, Ming (2019-03-05). International Sport Management (dalam bahasa Inggris). Champaign, IL: Human Kinetics. hlm. 166, 168. ISBN 978-1-4925-5679-4.
- ^ a b CNN Indonesia (24 Agustus 2021). "Mengenal Klasifikasi dalam Paralimpiade Tokyo". CNNIndonesia.com. Diakses tanggal 2022-02-18.
- ^ Grey-Thompson, Tanni (5 September 2021). "'Great moments in Tokyo but Para-sport faces challenges'". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-18.
- ^ National Paralympic Committee Jakarta. "Tentang NPC Indonesia". npcjakarta.or.id. Diakses tanggal 18 Februari 2022.
- ^ "Operational Structure". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20.
- ^ "Paralympics History - Evolution of the Paralympic Movement". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-15.
- ^ a b Muhtar, Tatang; Lengkana, Anggi Setia (2019). Pendidikan jasmani dan olahraga adaptif. Sumedang: UPI Sumedang Press. hlm. 3, 4, 6. ISBN 978-602-6438-60-7.
- ^ "Your guide to Paralympic classification". BBC Sport (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20.
- ^ "Beijing 2022 Paralympic Qualification Criteria | IPC". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20.
- ^ a b Sharma, V. K. (2020). Health and Physical Education for Class XI. New Delhi: New Saraswati House. hlm. 66–67. ISBN 9789353621889.
- ^ Gilbert, Keith; Schantz, Otto J.; Schantz, Otto (2008). The Paralympic Games: Empowerment Or Side Show? (dalam bahasa Inggris). Maidenhead, UK: Meyer & Meyer Verlag. hlm. 18–23. ISBN 978-1-84126-265-9.
- ^ Parent, Milena M.; Ruetsch, Aurélia (2020-11-29). Managing Major Sports Events: Theory and Practice (dalam bahasa Inggris). New York: Routledge. hlm. 344. ISBN 978-1-000-21088-0.
- ^ Brittain, Ian (2009-09-11). The Paralympic Games Explained (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1st). New York: Routledge. hlm. 80–82. ISBN 978-1-134-02342-4.
- ^ "Refugee Paralympic Team". International Paralympic Committee (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2022-02-20.
- ^ Gold, John; Gold, Margaret M. (2016-07-11). Olympic Cities: City Agendas, Planning, and the World’s Games, 1896 – 2020 (dalam bahasa Inggris). London: Routledge. hlm. 12. ISBN 978-1-317-56531-4.
- ^ CBC Kids. "What are the Paralympic Winter Games all about". CBC. Diakses tanggal 20-02-2022.
Pranala luar
- Situs resmi Paralimpiade Kanada
- Situs resmi IPC
- IMNO Wawancara dengan Curt Brinkman, pemenang lima kali medali emas Paralimpiade Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
- Arsip digital CBC – Main untuk Menang: Kanada di Paralimpiade
- http://www.paralympicsport.tv/