Harga diri
Harga diri adalah pandangan keseluruhan dari individu tentang dirinya sendiri.[1] Individu melakukan penilaian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan dirinya.[2] Harga diri juga mencakup bagaimana individu memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap, berharga, serta berhasil. Penghargaan diri juga kadang dinamakan martabat diri atau gambaran diri.[1] Misalnya, anak dengan penghargaan diri yang tinggi mungkin tidak hanya memandang dirinya sebagai seseorang, tetapi juga sebagai seseorang yang baik.[1]
Rasa rendah diri yang menetap dan berlebihan dapat diakibatkan oleh prestasi yang buruk, depresi, gangguan makan, dan tindak kejahatan.[3] Keseriusan masalah ini akan tergantung bukan hanya kepada sifat dari rasa rendah diri individu, tetapi juga pada kondisi lainnya.[3] Saat perasaan rendah diri diiringi dengan kesulitan pada masa transisi atau masalah keluarga, maka masalah seorang individu mungkin bisa bertambah berat.[3]
Harga diri berkaitan dengan bagaimana seseorang berperilaku.[4] Apabila seseorang memiliki harga diri yang tinggi, maka memiliki kecenderungan untuk berperilaku positif. Sebaliknya, jika harga diri yang dimiliki rendah, maka seseorang akan cenderung berperilaku negatif. Selain itu, seorang individu yang memiliki harga diri tinggi akan memandang dirinya secara positif dan menyadari kelebihan-kelebihan yang dimiliki dirinya.[5] Berbeda dengan individu yang memiliki harga diri rendah, ia akan cenderung berfokus pada kelemahan-kelemahan yang dimiliki dan memandang dirinya secara negatif. Tidak hanya itu, seseorang yang memiliki harga diri yang rendah merasa dirinya kurang bermanfaat, tidak dicintai, serta kurang berharga.[6]
Aspek dari Harga Diri
Terdapat empat aspek dari harga diri.[7] Pertama, aspek akademis. Aspek ini mencakup evaluasi individu terhadap dirinya berdasarkan nilai-nilai pribadi yang diminati. Kedua, aspek general self. Pada aspek ini melingkupi bagaimana individu memandang kemampuan dirinya secara umum. Lalu yang ketiga adalah aspek keluarga. Aspek ini mencakup bagaimana hubungan kedekatan antara anak dengan orang tua, dukungan sosial yang diberikan orang tua kepada anak, serta bagaimana penerimaan orang tua kepada anak. Kemudian aspek terakhir yaitu lingkungan. Pada aspek ini mengukur bagaimana hubungan individu dengan orang lain.
Referensi
- ^ a b c Santrock, J. W. Psikologi Pendidikan, Jakarta: Kencana, 2010, hal. 112-113.
- ^ Handayani, Muryantinah Mulyo; Ratnawati, Sofia; Helmi, Avin Fadilla (2015-09-30). "EFEKTIFITAS PELATIHAN PENGENALAN DIRI TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN DIRI DAN HARGA DIRI". Jurnal Psikologi. 25 (2): 47–55. ISSN 2460-867X.
- ^ a b c Harter, S. (Inggris)The Construction of the Self. New York: Guilford, 1999, hal.
- ^ Andayani, Budi; Afiatin, Tina (2016-03-15). "KONSEP DIRI, HARGA DIRI, DAN KEPERCAYAAN DIRI REMAJA". Jurnal Psikologi. 23 (2): 23–30. ISSN 2460-867X.
- ^ Aditomo, Anindito; Retnowati, Sofia (2004). "PERFEKSIONISME, HARGA DIRI, DAN KECENDERUNGAN DEPRESI PADA REMAJA AKHIR". Jurnal Psikologi (dalam bahasa Inggris). 31 (1): 1–14. doi:10.22146/jpsi.7033. ISSN 2460-867X.
- ^ Marwati, Eka (2015-10-16). "Pelatihan Berpikir Optimis Untuk Meningkatkan Harga Diri Pada Remaja di Panti Asuhan". MENDIDIK: Jurnal Kajian Pendidikan dan Pengajaran (dalam bahasa Inggris). 1 (2): 147–154. doi:10.30653/003.201512.22. ISSN 2528-4290.
- ^ Marwati, Eka; Prihartanti, Nanik; Hertinjung, Wisnu Sri (2016-05-27). "Pelatihan Berpikir Optimis untuk Meningkatkan Harga Diri pada Remaja di Panti Asuhan". Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi. 1 (1): 23–31. doi:10.23917/indigenous.v1i1.1790. ISSN 2541-450X.