Lompat ke isi

Mapanji Garasakan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 April 2022 13.45 oleh Ibuku (bicara | kontrib)

Sri Maharaja Mapanji Garasakan adalah raja pertama Kerajaan Janggala bergelar Śrī Mahārāja Rake Halu, yang memerintah tahun 1042-1053.

Pembagian Kerajaan oleh Airlangga

Menurut Serat Calon Arang, pada akhir pemerintahannya, Airlangga dihadapkan pada persaingan perebutan takhta antara kedua putranya. Wilayah kerajaan terpaksa dibagi menjadi dua. Bagian barat disebut Kerajaan Kadiri dengan ibukota di Daha, sedangkan bagian timur disebut Kerajaan Janggala dengan ibukota di Kahuripan. Peristiwa ini terjadi pada akhir November 1042 prasasti Pamwatan dan prasasti Gandhakuti.

Berdasarkan prasasti Turun Hyang II (1044) diketahui raja pertama Janggala bernama Mapanji Garasakan.

Perang Saudara

Pembagian kerajaan sepeninggal Airlangga tidak membuahkan hasil. Perang saudara tetap terjadi antara Garasakan raja Janggala melawan Sri Samarawijaya raja Kadiri. Mula-mula kemenangan berada di pihak Janggala. Pada tahun 1044 Garasakan menetapkan Turun Hyang sebagai sima swatantra atau perdikan, karena para pemuka desa tersebut setia membantu Janggala melawan Kadiri.

Dalam Prasasti Kambang Putih tersebutlah, Raja Sri Mapanji Garasakan menceritakan tentang kejadian Kambang Putih yang menyerang Istana Kerajaan Janggala. Kambang Putih merupakan wilayah kekuasaan Kerajaan Panjalu yang berperang dengan Kerajaan Janggala.

Pada tahun 1052 Garasakan memberi anugerah untuk desa Malenga karena membantu Janggala mengalahkan Aji Linggajaya raja Tanjung. Linggajaya ini merupakan raja bawahan Kadiri. Piagam yang berkenaan dengan peristiwa tersebut terkenal dengan nama prasasti Malenga.

Prasasti selanjutnya bernama Prasasti Banjaran 1052, yang mengisahkan tentang putra mahkota Janggala bernama Alanjung Ahyes yang melarikan diri ke hutan Marsma, karena ibu kota Janggala, yaitu Kahuripan diserang musuh. Alanjung Ahyes kemudian berhasil merebut kembali tahta Janggala berkat bantuan para pemuka desa Banjaran.

Kemudian Prasasti Garamān dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari Kerajaan Janggala yang bergelar Śrī Mahārāja Rake Halu pada tahun 975 Çaka atau 1053 Masehi. Prasasti ini berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garamān atas bantuan mereka ketika raja melawan Aji Panjalu, musuh dan adiknya sendiri.[1] Namun tidak diketahui dengan pasti apakah yang disebut Aji Panjalu, raja Kadiri saat itu masih Sri Samarawijaya atau bukan.

Kepustakaan

  • Poesponegoro & Notosusanto (ed.). 1990. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Jakarta: Balai Pustaka.
  • Slamet Muljana. 1979. Nagarakretagama dan Tafsir Sejarahnya. Jakarta: Bhratara
  1. ^ http://lib.ui.ac.id/file?file=pdf/abstrak-20156408.pdf