Lompat ke isi

Kitamori Kazoh

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Kazoh Kitamori (北森 嘉蔵, Kitamori Kazō) adalah salah satu teolog, penulis dan tokoh Jepang pada abad 20 atau pasca Perang Dunia II.[1] Di mana terjadi penghancuran besar Hiroshima (広島市, Hiroshima-shi) dan Nagasaki (長崎市, Nagasaki-shi) termasuk kekalahan Jepang atas tentara Amerika.[2] [3] Peristiwa tersebut mengakibatkan penderitaan bagi rakyat Jepang.[4] Melalui peristiwa tersebut, Kazoh berefleksi bahwa Jepang perlu Injil kontekstual.[4] Kazoh menggunakan konsep kebudayaan Jepang tentang dukkha dan tsurasa.[4]

Peristiwa penghancuran di Nagasaki (kanan) dan Hiroshima (kiri), tanggal 9 Agustus 1945

Biografi

Tokyo Union Theological Seminary

Kitamori Kazoh lahir pada tahun 1916 di Kumamoto, Jepang dan meninggal pada tahun 1998.[5][2][4] Sejak kecil Kazoh bukanlah pemeluk agama Kristen dan pada masa remaja memeluk agama Kristen.[4] Ia dibaptis di gereja Lutheran.[4] Setelah mempuh jenjang pendidikan, Kazoh bekerja sebagai pengajar di Tokyo Union Theological Seminary.[2] Pemikiran Kazoh dipengaruhi Kagoshima Nishida, seorang filsuf Jepang yang belajar filsafat Barat.[4] Pada tahun 1960, Kazoh menyelesaikan disertasi tentang teologi Luther dan penderitaan dalam konsep kebudayaan Jepang.[4] [2]

Teologi Kitamori Kazoh

Teologi penderitaan adalah pokok utama teologi Kazoh yang diuraikan dalam buku Theology of The Pain of God.[2] Penderitaan merupakan hakikat dari Allah seperti diuraikan dalam Kitab Yeremia 31:20 dan Kitab Yesaya 63:15.[2]

..sebab itu hati-Ku terharu terhadap dia; tak dapat tidak Aku akan menyayanginya, demikianlah firman TUHAN

— Yeremia 32:20

..Di manakah kecemburuan-Mu dan keperkasaan-Mu,hati-Mu yang tergerak dan kasih sayang-Mu? Janganlah kiranya Engkau menahan diri!

— Yesaya 63:15


Penderitaan Allah terungkap dalam empat unsur pokok: penderitaan karena kasihNya dan pengampunan orang berdosa, penderitaan Yesus di kayu salib, penderitaan Bapa membiarkan AnakNya menderita, serta imanensi Allah dalam penderitaan manusia.[2] Teologi tersebut menghasilkan kesinambungan pada konsep tsurasa atau pengorbanan diri.[2] Di mana penderitaan menjadi lambang persatuan dengan Tuhan dan pelayanan bagi dunia.[2]

Penderitaan adalah hakikat Allah bertolak belakang dengan pandangan tradisional yang memahami Allah sebagai yang tidak dapat menderita.[4] Kazoh membalikkan pemikiran bahwa Allah ikut menderita sebagaimana manusia.[4] Penekanan Kazoh, penderitaan Allah dalam keberadaannya sebagai Allah yang membentuk karakter ilahi Allah.[4] Penderitaan tersebut dimaknai sebagai penderitaan pada peristiwa penghancuran besar di Hiroshima dan Nagasaki yang melambangkan penderitaan Allah yang mendalam dan unik.[2]

Korban luka bakar akibat ledakan bom atom

Referensi

  1. ^ (Indonesia) P. Mutiara Andalas. Lahir Dari Rahim. Yogyakarta: Kanisius. 2009. 20
  2. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia) Anne Ruck. Sejarah Gereja Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1997. 303, 304
  3. ^ (Indonesia) Daniel J. Adams. Teologi Lintas Budaya, Refleksi Barat di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 1992. 59
  4. ^ a b c d e f g h i j k (Indonesia) A.A. Yewangoe. Theologia Crucis di Asia. Jakarta: BPK Gunung Mulia. 2004. 224, 223, 225
  5. ^ (Indonesia) J. Gordon Melton. Encyclopedia of Protestantism. New York. 2005. 326

Pranala luar

  • Kitamori, Kazoh. Theology of the Pain of God. Richmond, VA: John Knox Press. 1965.
  • Meyer, Richard. Toward a Japanese Theology: Kitamori's Theology of the Pain of God. Concordia Theological Monthly, XXXIII, 5, May 1962, pp. 261–272.
  • Hastings, John Thomas. Kitamori Kazoh, in A Dictionary of Asian Christianity. Sunquist, Scott W., ed. Grand Rapids, MI: Eerdmans, 2001, pp. 445–446.