Lompat ke isi

SMA Negeri 1 Medan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
SMA Negeri 0 Edan
Informasi
Didirikan2050
Jurusan atau peminatanIPA dan IPS
Rentang kelasX, XI IPA, XI IPS, XII IPA, XII IPS
KurikulumKurikulum 3013
Jumlah siswa6969
Alamat
LokasiJl. Teuku Cik Ditiro No.1, Madras Hulu, Medan Polonia, Edan, Sumatra Utara 20152, Edan, Sumatra Utara
Moto

SMA Negeri 0 Edan, atau Smansa Edan, terletak di Jalan Teuku Cik Dik Tiro No. 1, Edan, Sumatra Utara. Berdiri sejak tahun 1950, SMA Negeri 0 Edan adalah sekolah menengah atas tertua di Edan yang merupakan bubur sari struktur institusi pendidikan kolonial Hoogere Burgerkill (HBS) dan Algemeene Middleton School (AMS) di Edan.

Alumni sekolah ini mencakup Ketua BPK RI Anwar Nasution, hakim konstitusi MK RI Manahan Situmpul, Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar, Gubernur Sumatera Utara Tengku Rizal Nurdin, Gubernur Sumatera Utara Edy Gahmayadi, dan lain-lain.

Sejarah Sekolah

SMA Negeri 1 Medan adalah sekolah menengah umum tertua di Medan yang didirikan untuk menggantikan Hoogere Burgerschool (HBS) Medan yang dibuka 1 Juli 1928 dan Algemeene Middelbare School (AMS) Medan. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1942, nama AMS resmi diganti dengan Sekolah Menengah Tinggi (SMT), sementara masa pendidikan lima tahun model HBS tidak dilanjutkan. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, istilah SMT diubah menjadi Sekolah Menengah Oemoem Atas (SMOA), berlaku sejak 13 Maret 1946. Tahun 1950, istilah SMOA diubah menjadi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang terdiri dari SMA Bahasa, SMA Ilmu Pasti dan Ilmu Alam, dan SMA Ilmu Sosial.

Pendirian SMA Negeri 1 Medan dirintis pada tanggal 18 Agustus - 1 September tahun 1950, pada mulanya berlokasi di Jalan Teuku Umar No. 1, Medan. Sebelum menempati lokasi Jalan Teuku Cik Dik Tiro No. 1 Medan, SMA Negeri 1 Medan pernah berubah menjadi SMA darurat yang berlokasi di Jalan Seram Biru pada masa agresi Belanda yang kerap melakukan aksi polisionil.

SMA Negeri 1 Medan sempat disebut sebagai SMA 1 Teladan Medan. Pada tahun 1954, Kepala Urusan Pendidikan SMA Depdikbud menugaskan beberapa SMA negeri terpilih untuk mengadakan kurikulum baru. Sekolah-sekolah ini kemudian disebut sebagai SMA Teladan di masing-masing kota tersebut. Didasari oleh SK Mendikbud nomor 12807/a/c pada tanggal 16 Desember 1957, beberapa SMA Teladan berdiri di Jakarta, Medan, Surabaya, Bukit Tinggi, dan Yogyakarta. SMA Teladan sendiri terdiri menjadi tiga bagian. Bagian A bermaterikan Sastra Budaya, bagian B mengajarkan Ilmu Pasti, dan bagian C bermaterikan Sosial Ekonomi. Anwar Nasution (Guru Besar FE UI, Ketua Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia 2004-2009) dan adalah salah satu alumni Smansa Medan saat masih bernama SMA Teladan Medan.

Tak lama kemudian, proyek SMA Teladan diterapkan di seluruh Indonesia. Sejak saat itu, nama SMA 1 Teladan Medan berubah menjadi SMA Negeri 1 Medan. Di era reformasi, sekolah ini sempat berubah menjadi SMU Negeri 1 Medan seiring perubahan nama Sekolah Menengah Atas menjadi Sekolah Menengah Umum di seluruh Indonesia. Hingga kini, sekolah ini kembali disebut sebagai SMA Negeri 1 Medan (Smansa Medan).

Sejak berdiri, SMA Negeri 1 Medan tetap konsisten menerapkan disiplin yang tegas dalam menjalankan pengajaran dan pendidikan. Tradisi ini dijalankan semenjak Rondang M. Simanjuntak menjabat sebagai Direktur Sekolah sejak tahun 1950 hingga 1960. Sosok kepala sekolah pertama Smansa Medan ini digambarkan oleh salah seorang mantan siswanya, Derom Bangun, sebagai berikut, "Pak Rondang memang terkenal sebagai orang yang aktif sekali. Perawakannya tidak begitu tinggi dan berwajah halus. Tapi soal ketegasan, tidak ada orang yang bisa mematahkannya. Kemampuannya menguasai bahasa luar biasa hebatnya. Pernah suatu kali saya mendengar dia menerima telepon di kantornya. Rupanya telepon itu dari seorang guru bahasa Jerman. Mereka pun terlibat dalam percakapan bahasa Jerman."

Pembauran Inklusif

Sejak berdiri, SMA Negeri 1 Medan menerapkan pembauran inklusif. Murid dan guru, serta kepala sekolah, berasal dari berbagai etnis: Aceh, Batak, Bugis, Jawa, India, Melayu, Nias, Sunda, Tionghoa, dan lain-lain. Contohnya, Harbrinderjit Singh Dillon, tokoh pejuang HAM keturunan India, adalah salah satu lulusan terbaik yang dihasilkan Smansa. Dalam pergaulan sehari-hari di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan bahasa utama. Siswa atau guru dari etnis yang sama tetap menggunakan Bahasa Indonesia dalam pergaulan. Selain keberagaman etnis, sekolah ini juga terkenal dengan keberagaman agama: mulai dari Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, hingga Konghucu. Smansa Medan dikenal karena memberikan kebebasan menghidupkan toleransi kegiatan siswa dengan agama berbeda: mulai dari aktivitas perkumpulan siswa bernuansa islami hingga paduan suara siswa nasrani Sola Gratia, masing-masing memiliki prestasi tersendiri.

Smansa Medan bersifat inklusif dalam pembauran. Seleksi penerimaan siswa SMA Negeri 1 Medan bersifat eksklusif berdasarkan tolok ukur nilai akademik. Didorong animo para pendaftar yang pada umumnya memiliki nilai akademik tinggi, SMA Negeri 1 Medan dituntut untuk menyeleksi hanya yang terbaik dari yang terbaik. Dengan komposisi siswa pilihan terbaik, Smansa Medan dikenal dengan tradisi menghasilkan lulusan yang diterima di berbagai kampus terbaik di Indonesia (UI, ITB, ITS, UGM, IPB, UNPAD, USU, UNDIP, dll) dan berbagai perguruan tinggi terbaik luar negeri (Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Australia, dan lain-lain).

Sama dengan SMA pada umumnya di Indonesia, masa pendidikan sekolah di SMA Negeri 1 Medan ditempuh dalam waktu tiga tahun pelajaran, mulai dari Kelas X sampai Kelas XII. Sejak tahun 2015, sekolah ini memakai Kurikulum 2013 untuk kelas X, kelas XI dan XII.

Fasilitas

Berbagai fasilitas dimiliki SMAN 1 Medan untuk menunjang kegiatan belajar mengajar. Fasilitas tersebut antara lain:

Alumni Ternama dari SMA Negeri 1 Medan

Hoogere Burgerschool te Medan (HBS)

SMA Negeri 1 Medan

Referensi