Lompat ke isi

Syekh Abubakar bin Salim

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 8 Mei 2022 03.13 oleh Klrfl (bicara | kontrib) (Menambah templat penanda)

Kelahiran dan Masa Hidup

Syekh Abubakar bin Salim Lahir di Kota Tarim, Hadramaut pada 13 Jumadil Akhir tahun 919 H. Terlahir kembar dengan saudara kembarnya yaitu Agil bin Salim (leluhur keluarga Al-Athas).

Syekhabubakar lahir dari pasangan: Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Imam Qutb Abdurrahman Assegaf dan

Thalhah binti Agil bin Ahmad bin Syaikh Abu Bakar Assakran bin Imam Qutb Abdurrahman Assegaf.

Pada suatu ketika Syeikh Abubakar berniat belajar kepada salah seorang gurunya, Syeikh Makruf Bajamal yang tinggal di kota Syibam. Namun ia terpaksa berhenti di pinggir kota, karena Syeikh Makruf Bajamal belum berkenan menemuinya. Setiap kali dikatakan kepada Syeikh Makruf, “Anak Salim bin Abdullah meminta izin untuk menemuimu.” Jawabnya selalu, “Katakan kepadanya bahwa aku belum berkenan menerimanya”, meskipun ayah beliau adalah seorang yang dihormati karena kesalehannya. Syeikh Abubakar bin Salim tetap bersabar di bawah teriknya matahari dan dinginnya angin malam. Ia menguatkan hati dan mengendalikan nafsunya demi memperoleh asrar.

Baru setelah lewat 40 hari ia menerima kabar bahwa Syeikh Makruf bersedia menemuinya. Syeikh Makruf hanya memerlukan beberapa saat saja untuk menurunkan ilmu kepadanya. Sewaktu keluar dari kediaman Syeikh Makruf, ia mendapati sekumpulan kaum wanita yang mengelukan-elukan kedatangannya, “Selamat wahai Ibnu Salim, selamat wahai Ibnu Salim.” Mereka berbuat demikian dengan harapan mendapatkan sesuatu darinya. Iapun segera menyadari hal ini dan kemudian mendoakan agar mereka mendapatkan suami yang setia. Menurut Habib Ali hingga saat ini kaum wanita Syibam memiliki suami yang setia. Ketika Habib Ali ditanya, “Apakah Syeikh Ma’ruf juga termasuk salah satu dari guru-guru Syeikh Abubakar bin Salim?” Ia menjawab, “Ya, akan tetapi beliau kemudian mengungguli syeikhnya”.

Syeikh Abubakar bin Salim mempelajari Risalatul Qusyairiyah yang sangat terkenal dalam dunia tasawuf di bawah bimbingan Syeikh Umar bin Abdullah Ba Makhramah. Disebutkan dalam Kitab Tadzkirun Naas, sekali waktu Habib Ahmad bin Hasan Al-Atthas shalat ashar di masjid Syeikh Abdul Malik Baraja di Kota Seiwun, ia menunjukkan sebidang tanah sambil berkata : “Ini adalah sebidang tanah yang mana pernah terjadi satu peristiwa antara Syeikh Umar Bamakhramah dan Syeikh Abubakar bin Salim. Tatkala itu Syeikh Abubakar sedang belajar dan membaca kitab tasawwuf yang terkenal Risalah Al-Qusyairiyah, tatkala sedang membahas kekeramatan para wali, Syeikh Abubakar bin Salim bertanya kepada gurunya “Kekeramatan itu seperti apa ?”, dijawab oleh Syeikh Umar, “Contoh kekeramatan itu adalah engkau tanam biji kurma ini kemudian ia langsung tumbuh dan berbuah pada saat itu juga” Kemudian Syeikh Umar yang kala itu memang sedang memegang biji kurma, melemparkan biji kurma tersebut ke tanah dan kemudian langsung tumbuh dan berbuah, sehingga orang-orang yang hadir saat itu dapat memetik dan memakan buahnya. Orang-orang yang hadir pada saat itu berkata pada Syeikh Abubakar bin Salim “Kami menginginkan lauk pauk darimu yang ingin kami makan bersama kurma ini”. Tersirat dalam perkataan ini seolah-olah mereka bertanya kepada Syeikh Abubakar apakah ia mampu melakukan seperti yang telah dilakukan oleh Syeikh Umar. Lalu Syeikh Abubakar bin Salim berkata, “Pergilah kalian ke telaga masjid, lalu ambillah apa yang kalian temui disana”. Kemudian mereka pergi ke telaga masjid dan mendapati ikan yang besar disana. Lalu mereka ambil dan makan sebagai lauk pauk yang mereka inginkan.

Kegemaran Syeikh Abubakar bin Salim dalam menekuni ilmu pengetahuan dibuktikannya dengan menghatamkan Ihya’ Ulumuddin-nya Hujjatul Islam Al-Ghazali sebanyak 40 kali dan menghatamkan kitab fiqih syafi’iyah, Al-Minhaj karya Imam Nawawi sebanyak 3 kali. Dan diantara kebiasaannya adalah memberikan wejangan kepada masyarakat setelah sholat Jumat.

Diantara ibadah dan riyadohnya, pernah dalam waktu yang cukup lama ia berpuasa dan hanya berbuka dengan kurma yang masih hijau. Juga selama 90 hari ia berpuasa dan sholat malam di lembah Yabhur dan selama 40 tahun beliau sholat subuh di Masjid Baa Isa, di kota Lisk, dengan wudhu Isya. Setiap malam ia berziarah ke tanah pekuburan Tarim dan berkeliling untuk melakukan sholat di berbagai masjid di Tarim diakhiri dengan sholat Subuh berjamaah di masjid Baa Isa. Sepanjang hidupnya ia berziarah ke makam Nabiyullah Hud sebanyak 40 kali. Setiap malam, selama 40 tahun, ia berjalan dari Lisk menuju Tarim, melakukan sholat di setiap masjid di Tarim, mengusung air untuk mengisi tempat wudhu, tempat minum bagi para peziarah, dan kolam tempat minum hewan. Dan sampai akhir hayatnya sang Syeikh tidak pernah meninggalkan sholat witir dan dhuha.

Berbeda dengan para wali di Tarim yang hampir semuanya menutupi hal (keadaan) mereka, Syeikh Abubakar bin Salim mendapatkan perintah agar ia meng-izhar-kan (menampakkan) kewaliannya. Pada awalnya ia sendiri merasa enggan dan ragu, sampai akhirnya hal ini sampai kepada gurunya, Al-Imam Ahmad bin Alwi Bajahdab. Ia manyatakan, “Tidaklah maqam-nya Syeikh Abubakar bin Salim akan berkurang dengan nampaknya kewalian yang dimilikinya, karena kalimat Bismillah telah diletakkan di setiap perkataannya. Dan sungguh tidak berkurang sama sekali kadar maqam kewalian dikarenakan masyhurnya beliau, terkecuali seperti berkurangnya satu biji dalam makanan”. Tatkala perkataan guru beliau ini disampaikan kepadanya, Syeikh Abubakar bin Salim melakukan sujud syukur kepada Allah SWT dan berkata, “Aku merasa cukup dengan isyarat pengukuhan ini, sebagai lambang kemegahan dan keagungan yang diberikan Allah SWT”.

Setelah kejadian itu, ia berangkat dari Inat menuju Tarim untuk berziarah dan berjumpa dengan guru beliau tersebut, maka setelah sampai gurunya bertanya, “Bagaimanakah bentuk isyarat yang telah engkau terima ?”. Ia menjawab, “Sesungguhnya telah datang kepadaku serombongan pemuka kaum Ba’alawi dan bersama mereka ada Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani, mereka semuanya memerintahkan kepadaku agar aku mengizharkan diriku. Bagaimanakah pandangan anda sendiri ?. Apakah saya dilarang ?. Sesungguhnya diriku sendiri kurang menyukai kemasyhuran ?”. Setelah mendengar perkataan beliau, gurunya diam sesaat dan setelah itu ia berbincang dengan Syeikh Abubakar bin Salim dengan perkataan yang tidak dipahami oleh orang yang hadir kala itu, kemudian gurunya berwasiat kepada Syeikh Abubakar dengan beberapa wasiat dan memerintahkan beliau untuk pulang dan menetap di kota Inat. Pulanglah Sang Syeikh ke Kota Inat, dan disanalah ia kemudian termasyhur. Namanya yang harum semerbak dikenal di seluruh penjuru negeri. Cahaya ilmu dan kemuliaannya berkemilau menerangi orang-orang yang berjalan di jalan Allah SWT. Ia hidupkan kota Inat dengan ilmu. Manusia datang dari berbagai pelosok daerah guna menuntut ilmu darinya sehingga Inat menjadi kota yang ramai oleh pencinta ilmu. Murid-murid beliau datang dari berbagai kota di Yaman dan mancanegara, antara lain Syam, India, Mesir dan berbagai negara lainnya. Diantara beberapa muridnya yang terkenal adalah Habib Ahmad bin Muhammad Al-Habsyi, Shohibus Syiib, Habib Abdurrahman bin Muhammad Al-Jufri, Habib Muhammad bin Alwi, Sayyid Yusuf Al-Qodhiy bin Abid Al-Hasany, Syeikh Hasan Basyaib serta beberapa murid lainnya.

Demi kepentingan pendidikan dan pengembangan dakwah, ia mendirikan sebuah masjid dan membeli tanah pekuburan yang luas. Al-Mualim Ahmad bin Abdurrahman Bawazir berkata, “Ada satu kisah yang diriwayatkan dari Al-Mualim Abdurrahman bin Muhammad Bawazir yang ia terima dari beberapa orang arifin, Beliau berkata, “Sesungguhnya tatkala Sayyidina Syeikh Abubakar bin Salim mendirikan masjidnya yang masyhur di Kota Inat, beliau berkata kepada orang yang sedang membangunnya dikala itu yaitu Ibnu Ali sambil menunjuk satu dinding yang baru didirikan, “Dinding yang didirikan ini tidak akan dimakmurkan oleh orang-orang, kami menginginkannya agar sedikit maju”. Ibnu Ali menjawab, “Ya Sayyidi yang engkau inginkan adalah kemaslahatan tetapi bagaimanakah kami akan merubahnya lagi, karena dinding ini sudah terlanjur didirikan di tempat ini”. Syeikh Abubakar yang saat itu sedang memegang tongkat memukul dinding tersebut, maka dengan izin Allah SWT dinding tersebut berpindah tempat dari tempatnya semula sampai pada tempat yang diinginkan olehnya”.

Penduduk Inat sangat mencintai Syeikh Abubakar, hal ini antara lain dikarenakan keluhuran budi pekerti yang dimilikinya. Beliau merupakan seorang dermawan yang suka menjamu tamu. Jika tamu yang berkunjung banyak, maka ia memotong satu atau dua ekor onta untuk jamuannya. Karena sambutan yang hangat ini, maka semakin banyak orang yang datang mengunjunginya. Dalam menjamu dan memenuhi kebutuhan para tamunya, ia tidak segan-segan untuk turun tangan sendiri. Mereka datang terhormat dan pulang pun dengan terhormat. Dalam kesehariannya, ia mengeluarkan sedekah sebagaimana orang yang tidak takut jatuh miskin, setiap hari ia membagikan seribu potong roti kepada fakir miskin.

Beliau dikenal sebagai seorang yang sangat tawadhu, tidak ada seorang pun yang pernah melihatnya duduk bersandar ataupun bersila. Syeikh Abdurrahman bin Ahmad Ba Wazir, seorang yang faqih, berkata, “Selama 15 tahun sebelum wafatnya, di dalam berbagai majlisnya, baik bersama kaum khusus ataupun awam, Syeikh Abubakar bin Salim tidak pernah terlihat duduk, kecuali dalam posisi duduknya orang yang sedang tasyahud akhir”.

Kitab Kitab Karangan Syekh Abubakar bin Salim

Semasa hidupnya beliau mempunyai beberapa wirid dan selawat. Antara lain sebuah amalan wirid besar miliknya yang disebut Hizb al-Hamd wa al-Majd yang ia diktekan kepada muridnya sebelum fajar tiba di sebuah masjid. Itu adalah karya terakhir yang disampaikan ke muridnya, Allamah Faqih Syeikh Muhammad bin Abdurrahman Bawazir pada tanggal 8 bulan Muharram tahun 992 H.

Syeikh Abubakar bin Salim juga banyak menulis kitab, terutama yang berhubungan dengan masalah tasawwuf, antara lain Miftah as-Sara’ir wa Kanz adz-Dzakha’ir yang beliau susun sebelum usianya melampaui 17 tahun. Mi’raj Al-Arwah yang membahas ilmu hakikat. Beliau memulai menulis buku ini pada tahun 987 H dan menyelesaikannya pada tahun 989 H. Fath Bab Al-Mawahib yang juga mendiskusikan masalah-masalah ilmu hakikat. Ia memulainya di bulan Syawwal tahun 991 H dan dirampungkan dalam tahun yang sama tangal 9 Dzulhijjah. Ma’arij At-Tawhid, serta sebuah diwan yang berisi pengalaman pada awal mula perjalanan spiritualnya.

Buku Biografi

Perjalanan kehidupan Syeikh Abubakar bin Salim banyak dibukukan oleh para ulama terkenal, tidak kurang dari 25 buku yang menceritakan biografi kehidupan beliau, antara lain Bulugh Azh-Zhafr wa Al-Maghanim fi Manaqib As-Syeikh Abi Bakr bin Salim karya Allamah Syeikh Muhammad bin Sirajuddin. Az-Zuhr Al-Basim fi Raba Al-Jannat fi Manaqib Abi Bakr bin Salim Shahib Inat oleh Allamah Syeikh Abdullah bin Abi Bakr bin Ahmad Basya’eib. Sayyid al-Musnad pemuka agama yang masyhur, Salim bin Ahmad bin Jindan Al-Alawy mengemukakan bahawa dia memiliki beberapa manuskrip (naskah yang masih berbentuk tulisan tangan) tentang Syeikh Abu Bakar bin Salim. Di antaranya Bughyatu Ahl Al-Inshaf bin Manaqib Asy-Syeikh Abi Bakr bin Salim bin Abdullah As-Seggaf karya Allamah Muhammad bin Umar bin Sholeh bin Abdurrahman Baraja Al-Khatib. Banyak dari kitab-kitab tersebut yang mencantumkan kisah kekeramatan Syeikh Abubakar bin Salim. Seperti yang diriwayatkan oleh Faqih Muhammad bin Sirojuddin Jamal Rohimahullah dalam kitabnya Bulughizhofri wal Maghanimi fi Manaqibi As-Syeikh Abu Bakar bin Salim RA. Saat bermusafir ke negeri India pada bulan Asyura, tahun 973 H dengan naik kapal, sampai akhirnya pada satu tempat yang dikenal dengan Khuril Gari.

Silsilah

Secara silsilah, Syekh Abubakar merupakan keturunan (dzuriyat) dari Rasulullah Muhammad SAW yang bersambung melalui Fathimah azzahrah dan Ali bin Abu Thalib ra.

Berikut adalah silsilah Syekh Abubakar bin Salim:

Syekhabubakar bin Salim bin Abdillah bin Abdurahman bin Abdullah bin Abdurahman Assegaf bin Muhammad Al-Mudawailah bin ‘Ali bin ‘Alwi Al-Ghuyur bin Muhammad bin ‘Ali bin Muhammad Shahib Mirbad bin ‘Ali bin ‘Alwi bin Muhammad bin ‘Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin ‘Isa Ar-Rumi bin Muhammad An-Naqib bin ‘Ali Al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin ‘Ali Al-Ashghar Zainal Abidin bin Husein Sayyidus Syuhada bin ‘Ali Karaamallahu wajhah wa Sayyidatina Fathimah Az-Zahra binti Rasulullah Muhammad S.A.W. .

Putera dan Puteri Syekh Abubakr bin Salim

Beliau memiliki 17 anak, 4 anak perempuan dan 13 laki-laki.

Anak beliau yang perempuan yaitu: As-Syarifah Fathimah, As-Syarifah ‘Aisyah, As-Syarifah Alwiyah, dan As-Syarifah Thalhah.

Anak beliau yang laki-laki yaitu: As-Sayyid ‘Abdurrahman, As-Sayyid Ja’far, As-Sayyid ‘Abdullah Al-Akbar, As-Sayyid Salim, As-Sayyid Al-Husein, As-Sayyid Al-Hamid, As-Sayyid ‘Umar Al-Mahdhar, As-Sayyid Hassan, As-Sayyid Ahmad, As-Sayyid Shaleh, As-Sayyid ‘Ali, As-Sayyid Syekhan, dan As-Sayyid ‘Abdullah Al-Asghar.

FAM (Family Name) dari Keturunan Syekh Abubakr bin Salim

Nama Syekh Abubakar bin Salim menjadi salah satu nama FAM (Family Name) dari keturunan Allawiyyin dari jalur putera beliau yang bernama "Husen bin Syekh Abubakar bin Salim" yang tersebar di berbagai wilayah.

FAM (Family Name) Syaikh Abubakar bin Salim dikenal dengan beberapa sebutan lain, yaitu :

Syekhbu,

Syekhabubakar,

Syechbubakar,

Bin Syekh Abubakar,

Binsyekhabubakar atau Binsyekhabubakr

Bin Syaikh Abubakar (terkadang disingkat BSA).

Adapun beberapa Putera dan Keturunan dari Syekh Abubakar bin Salim juga memunculkan FAM (Family Name) baru seperti:

  • Al Abu Futhaim
  • Al-Haddar
  • Al-Hamid
  • Al-Hiyyid
  • Al-Muhdar
  • Al bin Jindan
  • Al-Khumur
  • Al bin Hafidz

Keturunan Syekh Abubakr bin Salim

Keturunan (dzuriyah) dari Al Imam Fakrul Wujud Syaikh Abubakr bin Salim telah tersebar di beragam tempat, termasuk di Indonesia. Adapun Keturunan dari Syekh Abubakar bin Salim memunculkan FAM (Family Name) yaitu:

Beberapa Keturunan beliau antara lain:

  • Habib Pangeran Syarif Ali ibn Abubakar Binsyekhabubakar (lahir di kota Palembang, pada tahun 1208 H/1790 M, sebagai kerabat Kesultanan Palembang). Pangeran Syarif Ali wafat pada 27 Muharram 1295 H/1877 M dalam usia 87 tahun di kota Palembang. Jenazahnya di-makamkan di kompleks pemakaman keluarga, yaitu di Gubah 3 llir Palembang.
  • Habib Hamid Nagib bin Muhammad Binsyekhabubakr
  • Habib Syafiq bin Ali Ridho Binsyekhabubakr (Pimpinan Majelis Riyatul Jannah Jakbar)
  • Habib Umar bin Hafidz Bin Syekh Abubakar (Pendiri dan Pimpinan Darul Mustafa Hadramaut, Yaman)
  • Habib Segaf bin Mahdi Binsyekhbubakar (Pendiri Pondok Pesantren al-'Ashariyyah Nurul Iman, Pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Agama Islam al-'Ashariyyah Nurul Iman, Parung, Bogor)
  • Habib Syafiq bin Ali Ridho Bin Syekhabubakar (MT Riyaadhul Jannah)
  • Habib Abubakar bin Abdullah Binsyekhabubakr (Maluku Utara)
  • Habib Sholeh bin Muhsin Al-Hamid, atau yang terkenal dengan Habib Sholeh Tanggul (Jember)
  • Habib Ali Zaenal Abidin bin Abu Bakar Al Hamid (Pendiri dan Pimpinan Majlis Ta'lim Darul Murtadza, Kuala Lumpur, Malaysia).
  • Habib Hadi bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Soleh Al-Haddar. Lahir pada tahun 1908 M (1325H) di Banyuwangi.
  • Habib Muhammad bin Ahmad Al Muhdhar (Ulama Bondowoso,Jawa Timur yang lahir di Quwairoh Hadramaut Yaman sekitar tahun 1280 H/1859 M, dan Wafat tanggal 4 Mei 1926)
  • Habib Salim bin Ahmad bin Jindan. Lahir di Surabaya,18 Rajab 1324/7 September 1906 dan wafat di Jakarta,16 Rabiulawal 1389/1 Juni 1969, dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
  • Habib Jindan bin Novel bin Salim bin Jindan (Ponpes Al-Fachriyyah di Ciledug, Tangerang)
  • Prof. Dr. Irjen Pol. (Pur) Farouk Muhammad bin Salim Binsyekhabubakar, SH, MBA, MCJA. (Mantan Kepala Biro Ortala Dephan R.I. , mantan Kapolda Nusa Tenggara Barat (NTB) , mantan Kapolda Maluku, Guru Besar Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian PTIK, mantan Gubernur PTIK (Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian; sekarang berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, Kebayoran Jakarta), Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI.
  • Dr. Taufik Alwi, S.E., M.M. (Akademisi)
  • Mustafa Husein SH, MM (Mantan Pejabat Tinggi Kementerian Keuangan; Komisaris PT. Pelindo)
  • Abdurrahman Syekhabubakar (Ketua Dewan Pengurus The Institute for Democracy Education/IDe, pegiat Pembangunan Manusia dan Penanggulangan Kemiskinan)
  • Drs M. Saleh Mbodjo Binsyekhabubakar (Mantan Kepala Biro Rumah Tangga Depnaker R.I)
  • Rossy Pratiwi Dipoyanti Syechbubakar (atlet nasional tenis meja, Pelatih Timnas PTMSI, Penyumbang 13 Medali Emas, 9 Medali Perak dan 2 Medali Perunggu sejak SEAGAMES 1987)
  • Aziz Mochdar Binsyekhabubakar (Praktisi Bisnis dan Bendahara Yayasan Majelis Dzikir SBY Nurussalam)
  • Muchsin Mochdar Binsyekhabubakar (Praktisi Bisnis)
  • Fatma Bin Syekh Abubakar (Anggota DPRD Kota Manado Sulawesi Utara)
  • Hj. Masni Bin Syekh Abubakar, SH. MM (Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB Propinsi Maluku Utara)
  • Ir. Zainal MS BSA, MBA (Direktur PT Amalia Citra Pratama)
  • Ir. Isa MS BSA, MM (Pendiri STIKOM Bina Insan Unggul, Direktur PT. Mouliska)
  • Rifqi Idrus Alhamid (Pendiri Yayasan Arrahmah Ambon Maluku)
  • Prof. Dr. Muhammad Al-Hamid, SIP, MSi, (Ketua Bawaslu/Badan Pengawas Pemilu, Guru Besar FISIP Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar, Penerima Penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Penegak Demokrasi Utama dari Presiden Joko Widodo sebagai tokoh penegak demokrasi)
  • Prof. Dr. Ir. Muhammad Idrus Alhamid (Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Indonesia)
  • Dr. Asma Alhamid, MD (Geriatric Medicine and Internal Medicine)
  • Sayyid Fuad Rizal Heyder Al Hamid (tokoh pejuang politik independen)
  • Dr. Abdulaziz al-Hamid (Vice President for Graduate Studies and Scientific Research of the University of Leicester, UK)
  • Dr. Husein AlHamid (Internal Medicine, Detroit MI, USA)
  • Dr. Asma Alhamid, MD (Spectrum Medical Group, Michigan, USA)
  • Prof. Dr. Abdullah AlHamid, (a founding member of the Saudi Civil and Political Rights Association /ACPRA),
  • Haedar Al Hamid, (Pemimpin Cabang Bank Papua)
  • Prof. Dr. Idrus AlHamid, S.Ag, M.Si (Dosen IAIN Fattahul Muluk Papua)
  • Dra. Rugaya AlHamid, M.Si. (Dosen Universitas Pattimura)
  • Saleh Al-Hamid, (Anggota DPRD Mimika Papua)
  • Thaha Al Hamid, (Sekretaris Jenderal Presidum Dewan Papua)
  • Sayid Fadhal Alhamid (Mantan Aktivis Mahasiswa era 1990, Mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam / HMI Jayapura, Pengurus Dewan Adat Papua)
  • Husein Al Hamid, S.Pd.I, M.Pd (Kabid Urusan Agama Islam dan PHU, Papua Barat)
  • Dr. Idrus Al-Hamid, S.Ag., M.Si.(Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri STAIN AL-FATAH Jayapura)
  • Dr. Ir. H. Fadel Muhammad Al-Haddar (Pengusaha Bukaka Group, Anggota DPR RI, Gubernur Provinsi Gorontalo Periode 10 Desember 2001 s/d 22 Oktober 2009; Pada pilkada Gorontalo 2006 yang dilaksanakan pada 26 November 2006, ia memperoleh 81 persen suara. Nilai ini merupakan tertinggi di Indonesia untuk pilkada sejenis dan tercatat di rekor MURI sebagai rekor pemilihan suara tertinggi di Indonesia untuk pemilihan gubernur. Menteri Kelautan dan Perikanan pada Kabinet Indonesia Bersatu II,
  • Dr. Ivan Al Hadar (Kolumnis, Aktivis LSM, Arsitek, Direktur Eksekutif IDe)
  • Dr. Ali AlHaddar, SpA (Dokter Spesialis Anak)
  • Nasser Hussein AlHaddar (GM Al-Haddar Golden Trading Est, Dammam, Saudi Arabia)
  • Dr. Sopyan AlHadar, S.P., M.P. (Dosen Universitas Bina Taruna Gorontalo)
  • Helmi AlHadar, S.Sos, M.Si (Dosen Universitas Muhammadiyah Maluku Utara)
  • Smith Alhadar (The Indonesian Society for Middle East Studies)
  • Usamah Muhammad Al Hadar (Anggota DPR RI 2004-2009 F- PPP Dapil Jawa Timur 3.)
  • Dr. Fadliah M AlHadar (Dosen Uniersitas Khairun)
  • dr H. Muhammad Al Muhdor, M.Kes

Gelar

Syekh Abubakar bin Salim digelari sebagai "Shohibul Inat", juga digelari "Al-Fakhrul Wujud" juga Syeikh Abubakar bin Salim mendapatkan gelar Maula Katsib

Adapun Gelar "Syaikh" Abubakar bin Salim. Berdasarkan bahasa Arab, terdapat 2 pengertian yaitu:

  • pertama, "Syaikh"berarti lanjut usia,
  • kedua, "Syaikh" berarti Guru Besar.

Dia termasuk kategori syaikh yang berarti maha guru dalam bidang ilmu agama pada zamannya. Dia adalah seorang sufi dan waliyullah yang bergelar "Al-Quthub".

WAFAT

Syekh Abubakar bin Salim meninggal dunia di Kota Inat, Hadramaut Yaman pada 27 Dzulhijjah tahun 992 Hijriah.

(makam beliau berada di tengah kota Inat – sekitar 20 kilometer dari kota Tarim)