Lompat ke isi

Cijoro Pasir, Rangkasbitung, Lebak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cijoro Pasir
Negara Indonesia
ProvinsiBanten
KabupatenLebak
KecamatanRangkasbitung
Kode Kemendagri36.02.14.1008 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS3602180019 Edit nilai pada Wikidata
Luas364,97 Ha
Jumlah penduduk9.917 Jiwa (2020)
Kepadatan3.920 Jiwa / KM2

CIJORO PASIR adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Indonesia. Yang dipimpin oleh Lurah Dadi Riyadi S.E., M.M terhitung mulai tanggal 24 Desember 2021 s.d sekarang

Penamaan

Kemungkinan besar asal nama Cijoropasir diambil dari nama sungai "Cijoro" (sebuah anak sungai dari sungai Ciujung), sedangkan kata "pasir" diambil dari bahasa sunda yang memiliki arti "daerah yang lebih tinggi". Dengan demikian Cijoropasir secara makna kata memiliki arti "daerah disamping sungai cijoro yang secara umum posisinya lebih tinggi dari sungai tersebut", daerah di seberang Kelurahan Cijoropasir yang ketinggiannya lebih rendah disebut Kelurahan Cijorolebak. Versi lain nama CIJOROPASIR diberikan oleh Nyai Buyut Jaro Ummu Hasan (Lurah Cijoropasir pertama, 1851-1856) di Kampung Tanjong, disaat ditanyai mau dinamakan apa wilayahnya oleh Patih Jahar. Nyai Buyut Jaro Ummu menamainya CIJOROPASIR. CI (Air) JORO (diambil dari Kata Jero/dalam tanah) dan PASIR (daerah yang lebih tinggi) yang berarti Air didalam Tanah yang lebih tinggi. terbukti dengan lebih banyaknya air deras dalam tanah dibanding daerah lain, sehingga di Cijoropasir dahulu lebih sering menggunakan sumur.

Sebelum menjadi kelurahan, Cijoropasir merupakan sebuah desa , sebelum pemekaran wilayahnya meliputi Kelurahan Cijoropasir, Desa Cimangeunteung, Desa Jatimulya, Desa Narimbang Mulya dan sebagian Desa Sukamanah. Begitu besarnya wilayah kekuasaan Sang Lurah Pendekar Wanita itu, Raden Tumenggung Adipati Karta Natanagara (Bupati Lebak) menjadikan Nyai Buyut Jaro Ummu Hasan (Lurah Cijoropasir) bertanggung Jawab langsung kepada Patih Jahar (Patih Lebak) tanpa melalui Demang Rangkasbitung.

Pemerintahan

Kelurahan Cijoropasir dibentuk pada bulan April tahun 1851 oleh Patih Jahar (Patih Lebak Kedua Pengganti Patih Lebak pertama yaitu Patih Derus), dan untuk menentukan JARO (Lurah) di Cijoropasir Raden Tumenggung Adipati Karta NataNagara (Bupati Lebak Kedua, 1830-1865) memerintahkan Wakilnya yaitu Patih Jahar untuk mengadakan Acara Sayembara Adu Jago Kesaktian/perkelahian dari kalangan para Pendekar/Jawara, dan yang menang hadiahnya diangkat menjadi Jaro/Lurah di Cijoropasir. Juara Sayembara dimenangkan oleh seorang Pendekar Wanita yaitu Nyai Buyut Ummu Hasan dari Kampung Tanjong, beliau ialah istri Ki Buyut Abu Hasan. Namun Beliau menjadi Lurah hanya 5 tahun saja, karena dibulan januari tahun 1856 ia wafat diracuni Asisten Residen Belanda di Rangkasbitung, kemudian Nasib Asisten Residen Belanda tersebut diracuni balik oleh Raden Tumenggung Adipati Karta Natanagara (Bupati Lebak), lalu datanglah Eduard Douwes Dekker atau Multatuli sebagai Asisten Residen Belanda yang baru di Rangkasbitung. Kelurahan Cijoropasir sekarang ini membawahi beberapa kampung yakni; Malangnengah, Papanggo, Jujuluk, Kebon Cau, Tarikolot, Lebong, Pasir Limus, Malangbong, Perumahan Pepabri, Komplek Pemda, Cisalam, Lembursawah Lebak, Lembursawah Pasir dan Pasir Ngeuper.

Posisi Kantor Kelurahan Cijoropasir adalah di sekitar perempatan lampu merah Kp. Malangnengah.

Ciri khas kelurahan Cijoropasir diantaranya adalah diadakan pengajian keliling setiap 1 bulan sekali dengan mengambil tempat selalu berpindah bergiliran antar kampung se Kelurahan Cijoropasir. Kegiatan ini menyebabkan warga masyarakat antar kampung menjadi saling mengenal.

Pada Masa Pemerintahan Nyai Buyut Jaro Ummu Hasan (Lurah Cijoropasir Pertama, 1851-1856) , Nyai Buyut Lurah Ummu menertibkan perkampungan yang terpencil dan terpisah pisah menjadi satu, contohnya para penduduk mengosongkan Kampung Pasir Kerud dan dipindahkan ke Kampung Lembur Sawah Pasir. Perkampungan Gunung Puntang pun dikosongkan dan para penduduk dipindahkan ke Pasir Ngeuper dan Pasir Turi. selanjutnya hutan belantara MalangNengah dibuka dan dijadikan perkampungan. Lurah Ummu pun bergotong royong bersama warga kampung dan para pekerja untuk membuat jalan raya dan menghubungkan jalan keseluruh pelosok perkampungan, dimasa Pemerintahan Nyai Buyut Jaro Ummu, Kelurahan Cijoropasir aman dari gangguan, karena sang Lurah sendiri sosok Pendekar yang sangat sakti mandraguna, Para Jawara dan Pendekar lainnya di Rangkasbitung ketakutan jika menghadapinya. Lurah Ummu juga sangat memperhatikan Bahan pokok warganya agar tidak kelaparan, maka dibukalah hutan hutan belantara salah satunya hutan di Pojok Ciupas untuk dijadikan lahan pesawahan. setelah Nyai Buyut Jaro/Lurah Ummu wafat tahun 1856 diusia 65 tahun dan dimakamkan di TPU Kramat Tanjong disamping makam suaminya (Ki Buyut Abu Hasan) dan makam anaknya (Ki Buyut Jamat). pada tahun 1899 Kampung Tanjong (Kampung Halaman Nyi Buyut Ummu) terpecah menjadi dua bagian karena terkena Proyek Jalur Rel Kereta Api yang dibuat Pemerintah Belanda. setengah dari Penduduk Kampung Tanjong pindah ke Kampung Lembur Sawah Lebak, ke Kampung Ciawi, ke Kampung MalangNengah, dan sebagian menetap di pinggiran jalan raya yang kelak menjadi kampung cisalam. pada tahun 1910 warga masyarakat Cijoropasir dan seluruh penduduk Rangkasbitung bergotong royong menggali tanah membuat saluran Air Ciujung untuk mengalihkan aliran sungai yang mengalir dari Kalimati ke kampung Malangnengah terus ke Kolelet itu agar beralih aliran sungainya ke jln.sukarno-hatta Jembatan Baypash selahaur sekarang sampai ke pamarayan sana.

GAMBARAN UMUM KELURAHAN CIJORO PASIR KECAMATAN RANGKASBITUNG KABUPATEN LEBAK Tahun 2022

I Luas Wilayah 364,97 Ha

1 Jumlah RT 55


2 Jumlah RW 11


3 Jumlah Penduduk 9.917 Jiwa

4 Rata-rata jiwa / Rumah tangga 3 Jiwa

5 Kepadatan Penduduk / KM2 3.920 Jiwa

6 Rasio Beban Tanggungan 46.40


7 Rasio Jenis Kelamin 105.96


8 Penduduk 15 tahun ke atas melek huruf 7.174 Jiwa

9 Penduduk 15 tahun yang memiliki ijazah tertinggi



a. SMP / MTs 1.782 Orang


b. SMA / MA 1.915 Orang


c. Sekolah Menengah Kejuruan 1.005 Orang


d. Diploma I / Diploma II 208 Orang


e. Akademi / Diploma III 370 Orang


f. S1 / Diploma IV 380 Orang


g. S2 / S3 (Master / Doktor) 25 Orang

Pranala luar