Lompat ke isi

Sintong Panjaitan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 13 April 2009 00.51 oleh Wsaragih (bicara | kontrib) (←Membuat halaman berisi 'Mayor Jenderal (Purn) TNI Sintong Panjaitan (lahir di Sumatera Utara 4 September 1941; umur 68 tahun) adalah seorang purnawirawan TNI lulusan …')
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Mayor Jenderal (Purn) TNI Sintong Panjaitan (lahir di Sumatera Utara 4 September 1941; umur 68 tahun) adalah seorang purnawirawan TNI lulusan Akademi Militer Nasional (kini Akademi Militer) tahun 1963.

Karir Militer

Sintong memulai karir militernya saat bergabung dengan Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD), pasukan elit TNI Angkatan Darat (kini bernama Komando Pasukan Khusus - Kopassus). Pada tahun 1965 Sintong berperan aktif dalam menggagalkan Gerakan 30 September melalui partisipasinya merebut stasiun / kantor pusat Radio Republik Indonesia (RRI) hingga pemberantasan pendukung gerakan tersebut di Jawa Tengah. Pada tahun 1969 Kapten Feisal Tanjung mengikutsertakan Sintong dalam upaya membujuk kepala-kepala suku di Irian Barat untuk memilih bergabung bersama Indonesia dalam Penentuan Pendapat Rakyat.[1] Berbagai prestasi Sintong di kesatuan khusus TNI-AD ini mengantarkannya ke kursi Komandan Jendral Kopassandha di periode 1985-1987, menggantikan Brigjen. Wismoyo Arismunandar.

Keterlibatannya dalam operasi militer di daerah Timor Timur kemudian menjadi salah satu penyebab diangkatnya Sintong menjadi Panglima Daerah Militer IX Udayana yang mencakup Provinsi Timor Timur. Sintong kemudian dicopot dari jabatannya sebagai Pangdam oleh Jenderal (Purn) Feisal Tanjung (Menkopolkam saat itu) akibat Insiden Dili di pemakaman Santa Cruz, 11 November 1991, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Beberapa pihak menyatakan bahwa peristiwa ini turut mengakhiri karir militer Sintong.[2]

Menristek Prof. Dr. Ing. Bacharuddin Jusuf Habibie menunjuk Sintong sebagai penasihat bidang militer di kantor Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada tahun 1994. Sejak saat itu Sintong menjadi penasihat kepercayaan Habibie hingga Habibie menjadi Presiden Indonesia di tahun 1998.

Referensi

  1. ^ Usamah Hisyam (Ketua Tim Penyusun), Feisal Tanjung:Terbaik untuk rakyat, terbaik bagi Abri, Jakarta: Dharmapena, 1999, hal.227
  2. ^ Hamish McDonald, Desmond Ball, James Dunn, Gerry van Klinken, David Bourchier, Douglas Kammen, and Richard Tanter, Masters of Terror: Indonesia's Military and Violence in East Timor in 1999, Canberra: Strategic and Defence Studies Centre, Australian National University (Canberra Paper #145), 2002