Ondel-ondel
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Agustus 2021) |
Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat [[] yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Tampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.
Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.
Asal-usul
Mulanya, ondel-ondel pada zaman dahulu digunakan sebagai penolak bala dan penjaga kampung. Biasanya ia diarak saat ada pagebluk (wabah) yang melanda kampung, selametan, hajatan besar (Cap Go Meh, dll.) atau sedekah bumi setelah panen raya. Karenanya bentuk ondel-ondel laki-laki yang asli lebih seram dengan mata melotot dan adanya gigi taring. Awalnya ia juga dikenal dengan sebutan "barongan". Kata "ondel-ondel" menjadi lebih populer ketika Benyamin Sueb membawakan lagu "Ondel-ondel" pada tahun 1971 dalam irama gambang kromong yang digubah oleh Djoko Subagyo. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta-pesta rakyat, atau diarak untuk mengamen. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.
Ondel-ondel di daerah lain
Sebenarnya ondel-ondel adalah tokoh yang dihilangkan pada sendratari Reog versi "Wengker" dari Ponorogo yang merupakan tokoh sepasang makhluk halus dengan tubuh raksasa, tetapi karena mengganggu perjalanan Singo Barong, maka dikutuklah mereka menjadi burung gagak dan burung merak dalam bentuk raksasa pula. Namun pada pemerintahan Bathara Katong, tokoh-tokoh yang tidak terlalu penting dihilangkan.
Di dalam kesenian Jathilan, dikenal dengan nama Genderuwo Gede, di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, yang sudah ada sejak pasca Perang Bubat yang dibawa pejabat sunda yang masih hidup dengan membawa Angklung Reog, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung yang merupakan jenis Barong Bali yang dibawa Raja Airlangga saat menyelamatkan diri. Menurut perkiraan jenis pertunjukan ini sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.
Musik pengiring
Musik yang mengiringi ondel-ondel tidak menentu, tetapi biasanya diiringi dengan irama gambang kromong. Ada juga yang diiringi tanjidor, seperti sanggar ondel-ondel pimpinan Gejen, Kampung Setu. Ada yang diiringi dengan pencak Betawi seperti sanggar “Beringin Sakti” pimpinan Duloh, sekarang pimpinan Yasin, dari Rawasari. Adapula yang diiring bende, remes, ningnong dan rebana ketimpring, seperti sanggar ondel-ondel pimpinan Lamoh, Kalideres.
Pada umumnya, pementasan ondel-ondel diiringi oleh musik pengiring dan pencak silat diantaranya:
- 2 buah gendang yang dimainkan oleh 2 orang
- 1 buah rebana/kecrekan yang dimainkan oleh 1 orang
- 1 buah gong yang dimainkan oleh 1 orang
- 1 buah kong'ahyan/tehyan yang dimainkan oleh 1 orang
- 1 orang yang melakukan pencak silat yaitu Pencak Bunga Kembang.[1]
Lihat juga
- tōa-sian ang-á, "ondel-ondel" versi Hokkien, populer di Taiwan.
Referensi
- ^ "Ondel-ondel". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-12. Diakses tanggal 2019-02-10.