Lompat ke isi

Tragedi Stadion Kanjuruhan 2022

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Oktober 2022 01.15 oleh Fikri RA (bicara | kontrib) (gabung dari sebelah)
Tragedi 1 Oktober Kanjuruhan
LokasiStadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur
Koordinat8°9′2″LS,112°34′23″BT
Tanggal1 Oktober 2022 (2022-10-01)
Korban tewas
127
Korban luka
180 (perkiraan)

Tragedi 1 Oktober Kanjuruhan adalah tragedi kerusuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang pada 1 Oktober 2022. Kerusuhan ini merupakan bagian dari rivalitas lokal Derbi Jawa Timur yang mempertemukan Arema FC dengan Persebaya Surabaya.

Tragedi kerusuhan ini juga dianggap sebagi kerusuhan suporter sepak bola yang terbesar dalam sejarah sepak bola Indonesia.[1]

Latar Belakang

Putaran pertama Liga 1 musim 2022–2023 dimulai pada 23 Juli 2022. Pada pekan ke-11 terjadi derbi super Jawa Timur yang mempertemukan dua tim yang dianggap bersaing keras, Arema FC dan Persebaya. Laga ini digelar pada 1 Oktober 2022 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur bermula pukul 20.00 WIB. Diperkirakan sekitar 40.000 penonton datang menyaksikan laga ini.

Tim tamu awalnya memimpin dengan 2 gol, sebelum dikejar oleh tim tuan rumah pada akhir babak pertama. Bagaimanapun, Persebaya mampu mencetak 1 gol tambahan di babak kedua. Skor 3–2 untuk kemenangan Persebaya ini bertahan hingga peluit panjang ditiup menandai selesainya pertandingan.[2]

Kronologi

Kerusuhan terjadi setelah para suporter Arema yang tidak terima kekalahan atas Persebaya turun ke lapangan. Para suporter merangsek masuk dengan mendorong dan melompati pagar pembatas tribun.[3] Karena massa yang semakin banyak menerobos masuk ke lapangan, polisi akhirnya melemparkan gas air mata ke tribun penonton. Karena aksi tersebut kepanikan penonton pun semakin bertambah. Karena penonton berlarian menyelamatkan diri banyak dari mereka yang terinjak-injak dan berdesak-desakan.[4]

Akibat

Akibat kerusuhan pada tragedi ini, 127 orang tewas dan 2 diantaranya merupakan anggota polisi. Menurut Kapolda Malang Irjen Pol. Nico Afinta, 34 orang tewas di stadion sementara sisanya tewas di rumah sakit. Selain itu, sekitar 180 orang juga mendapatkan perawatan di sejumlah rumah sakit seperti RS Wava Husada, RSK Teja Husada, RSUD dr. Saiful Anwar, dan RSUD Kanjuruhan.[5][6][7]

Referensi