Lompat ke isi

Standar Hitam

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 2 Oktober 2022 09.45 oleh Fazoffic (bicara | kontrib) (→‎Ragam Warna Ar-Rayah: Pembodohan umat)
Al-Liwa, bendera resmi negara Islam pada zaman Muhammad, berukuran besar
Ar-Rayah, panji perang pada zaman Muhammad, berukuran lebih kecil

Ar-Rayah dan Al-Liwa adalah salah satu dari sekian banyak variasi bendera dan panji dalam Islam. Cirinya adalah warna dasar putih dan hitam.Panji penanda pasukan Muhammad dinamai Rayat Al-Uqab atau Panji Elang dan warnanya polos. Namun kemudian seluruh panji hitam dari pasukan islam juga dinamai Rayat Al-Uqab.[1]


Bendera hitam seperti Al-Rayah diriwayatkan akan mengiringi kemunculan Imam Mahdi di akhir zaman.[2][3]

Sejarah Mencatat Bahwa Ar Rayah digunakan Sebagai Panji Perang Pada Masa Nabi Muhammad dan Lalu Digunakan Kembali Pada Masa Kekhalifahan Rasyidin.

Sedangkan Al Liwa Digunakan Sebagai Bendera Negara Pada Masa Nabi Muhammad dan Digunakan Kembali Dalam Pelantikan Abul Abbas AsSaffah Penguasa Pertama Kekhalifahan Abbasiyah.

Saat Ini Al Liwa Dijadikan Referensi Untuk Bendera Taliban Yang Menguasai Afghanistan.

Ar Rayah Dan Al Liwa Saat Ini Digunakan Sebagai Bendera Keagamaan dan Digunakan Dalam Berbagai Aksi Unjuk Rasa Kelompok Islamis Di Dunia.

Asal kata

Ar-Rayah berasal dari kata Rayah yang berarti panji, sementara Al-Liwa berasal dari kata Liwa yang berarti bendera. Didalam sejarah Islam, ada beberapa kata yang bermakna bendera yakni al-Liwa’, ar-Rayah, al-‘Alam dan al-Uqab.

Konteks Pemakaian Bendera

Menurut Wakil Katib PCNU Jember Abdul Wahab Ahmad, Rasulullah maupun para sahabat tidak memakai bendera dalam acara-acara yang menyedot konsentrasi massa. Abdul Wahab menyebut bendera hanya digunakan dalam konteks ketika berada di medan perang saja.[4]

Warna Bendera

Meskipun yang banyak dikenal masyarakat adalah warna hitam dan putih. Namun sebenarnya tidak ada warna khusus yang ditentukan oleh Rasulullah sebagai warna bendera kaum muslimin. Hanya saja, ada beberapa warna yang memang dipakai dimasa itu. Warna-warna tersebut sebagai berikut:[5]

Ragam Warna Al-Liwa'

Ragam Warna Ar-Rayah

• Ar-Rayah (Al-Uqab) berwana putih dengan sedikit warna hitam

Tulisan Pada Bendera

Menurut Wakil Katib PCNU Jember Abdul Wahab Ahmad, bendera Rasulullah bertuliskan kalimat tauhid tidak bisa dipastikan kebenarannya. Bendera perang Rasulullah hanya merupakan kain kosong tanpa tulisan tertentu. Adapun bendera yang dipakai oleh Khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib, hanya bertuliskan “Muhammad Rasulullah” saja. Berbagai kekhalifahan mempunyai bendera versi masing-masing sebagai simbol negara atau simbol komando dalam perang.[5][6]


Dalil

Penjelasan Al-Liwa sebagai bendera negara Islam dan Ar-Rayah sebagai panji perang dijelaskan oleh beberapa hadis:[7][8]

قَالَ ُونُسُ بْنُ عُبَيْدٍ مَوْلَى مُحَمَّدِ بْنِ الْقَاسِمِ: بَعَثَنِي مُحَمَّدُ بْنُ الْقَاسِمِ إِلَى الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ يَسْأَلُهُ عَنْ رَايَةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاهِىَ؟ فَقَالَ: كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ

"Yunus bin Ubaid diutus Muhamad bin al-Qasim untuk bertanya kepada Bara bin Azib tentang bendera Nabi Saw, Bara menjawab, “Bendera Nabi SAW berwarna hitam, berbentuk segi empat (bujur sangkar), terbuat dari kain wol.” (HR. Abu Daud, hadits hasan gharib)

أَنَّهُ كَانَ لِوَاؤُهُ يَوْمَ دَخَلَ مَكَّةَ أَبْيَضَ

"Bahwasanya panji Nabi Saw saat memasuki Makkah berwarna putih" (HR. Abu Daud dari Jabir)

كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ، وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ

“Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih.” (HR. Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah dari Ibn Abbas)

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْفَتْحِ أَبْيَضَ، وَرَايَتُهُ سَوْدَاءَ قِطْعَةَ مِرْطٍ مُرَجَّلٍ ، وَكَانَتْ الرَّايَةُ تُسَمَّى الْعُقَابَ.

"Dari Aisyah rha., ia berkata, ‘Panji Rasulullah saat memasuki kota Makah berwarna putih, sedang benderanya berwarna hitam berbahan potongan kain wol, dan bendera itu dinamai Al-Uqab” (HR. Al-Baihaqi)

كَانَتْ رَايَةُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ وَلِوَاءُهُ أَبْيَضَ، مَكْتُوبٌ فِيْهِ: لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللهِ

"Bendera Rasulullah Saw berwarna hitam, sedang panjinya berwarna putih dan ada tulisan kalimat tauhid". (HR. Abu Asy-Syekh, hadits dlaif menurut mayoritas ulama, sedangkan menurut Ibnu Hajar, sangat dlaif[9])

Demonstrasi di Indonesia

Ar-Rayah dan Al-Liwa di Indonesia sering digunakan dalam demonstrasi yang berhubungan dengan Islam. HTI berargumen bahwa bendera hitam dan putih tersebut representasi Muhammad dan wajib digunakan umat Islam. Hal ini dibantah oleh Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Cholil Nafis, yang menyatakan bahwa hadis yang mengarahkan kepada hal tersebut berlaku dalam kondisi khusus di masa lalu.[10]

Referensi

  1. ^ Hinds, Martin (1996). Studies in Early Islamic History. Darwin Press. hlm. 108. ISBN 978-0-87850-109-0. 
  2. ^ David Cook (2002). Studies in Muslim ApocalypticAkses gratis dibatasi (uji coba), biasanya perlu berlangganan. Darwin Press. hlm. 197. ISBN 9780878501427. 
  3. ^ The Black Flags From Khurasan. dari situs al-islam.org
  4. ^ Ahmad, Abdul Wahab. 2018. Mengenal Bendera Islam (I): Nama-nama dan Fungsinya. Akses 28-04-2021
  5. ^ a b Ahmad, Abdul Wahab. 2018. Mengenal Bendera Islam (III): Warna dan Tulisan di Dalamnya. NU Online. Akses 28-04-2021
  6. ^ Ahsan, Ivan Aulia. Apa Sebenarnya Warna & Tulisan Bendera Islam di Zaman Rasulullah?. Tirto.Akses 28-04-2021
  7. ^ Ahmad, Eko. 2017. Warna dan Bentuk Bendera Nabi Muhammad. NU Online. Akses 28-04-2021
  8. ^ Mengenal Bendera Rasulullah Bertuliskan Kalimat La Ilaha Illallah. Diarsipkan 2017-12-14 di Wayback Machine. dari situs mediaumat
  9. ^ Khalimi M & Hengki Ferdiansyah. Pandangan Ulama terkait Kualitas Hadits Bendera Rasulullah. NU Online. Akses 28-04-2021
  10. ^ KH Cholil Nafis Kritik Hizbut Tahrir Soal bendera Al Liwa dan Ar Rayah. dari situs NU