Lompat ke isi

Duampanua, Pinrang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 9 Oktober 2022 03.52 oleh Bung Gerald (bicara | kontrib) (Perubahan kecil)
Duampanua
Negara Indonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenPinrang
Pemerintahan
 • CamatAndi Ikbal Babe Tanri.,S,Sos.,M.SP
Populasi
 • Total45,761 jiwa
 • Kepadatan156,79/km2 (40,610/sq mi)
Kode Kemendagri73.15.06 Edit nilai pada Wikidata
Kode BPS7315070 Edit nilai pada Wikidata
Luas291.86km²
Desa/kelurahan10 desa
5 kelurahan

Duampanua adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan, Indonesia. Daerah ini juga merupakan kecamatan kedua terluas wilayahnya setelah Kec. Lembang dan kecamatan kedua dengan jumlah penduduk terbanyak setelah Kec. Watang Sawitto menjadikan Duampanua salah satu kecamatan terbesar di Kab. Pinrang. Duampanua juga kaya akan SDA yang besar di wilayahnya, keberagaman penduduk juga sangat beragam di kecamatan ini. Pusat pemerintahan di tingkat kecamatan berada di Kel. Lampa dan pusat kegiatan terbesar masyarakat berada di Kel. Pekkabata. Di kecamatan ini juga terdapat bangunan bersejarah yaitu Saoraja Bola Camming Batulappa di Bungi yang merupakan peninggalan dari Kerajaan Batulappa masa sebelum kemerdekaan dan sejarahnya tidak lepas dari Kecamatan Duampanua.

Sejarah Duampanua

Kecamatan Duampanua tidak lepas dari sejarah Akkarungngeng Ri Batulappa (Kerajaan Batulappa) 1665-1960, ketika Arung Batulappa Kesembilan naik tahta pada tahun 1665 yakni La Baso Puang Buttu Kanan generasi kesepuluh dari Tomanurung Palipada masa itu Belanda telah meletakkan upaya penguasaannya di kerajaan-kerajaan di wilayah Sulawesi Selatan sekarang, yang diawali dengan penandatangan Perjanjian Bongaya 18 November 1667 di Makassar antara Belanda yang diwakili Cornelis Spelman dengan Sultan Hasanuddin Raja Gowa ke 16. Penandatanganan Perjanjian Bongaya (Bongaais Verdrag) 1667 tersebut, kelihatannya Belanda belum dapat menata Pemerintahannya sebagai wilayah jajahannya yang lain, karena munculnya perlawanan kerajaan-kerajaan lokal seperti perlawanan Batara Gowa I Sangkilang. Oleh karena itu, pengaruh langsung Belanda kepada Kerajaan-Kerajaan lokal Sulawesi Selatan termasuk Kerajaan Batulappa. ini berarti Kerajaan Batulappa sebuah kerajaan yang berdaulat, dalam mengurus pemerintahannya sendiri beliau memimpin Kerajaan Batulappa hingga 1700 hinga Arung memimpin di Batulappa sampai generasi ketujuhbelas di tahun 1960. Baginda La Baso Puang Buttu Kanan, sebagai Raja Kerajaan Batulappa, kawin dengan seorang perempuan keturunan Batulappa bernama Besse Pinrang, yang kemudian melahirkan seorang anak laki-laki bernama Wellangrungi yang kelak menjadi Raja Kerajaan Batulappa yang kesepuluh. Pada masa pemerintahan beliau, pusat kerajaan Batulappa yang sebelumnya terletak di gunung Tirasa di pindahkan ke Watang Batulappa (sekarang menjadi Desa Batulappa). Pada akhir abad ke XIX, kerajaan Batulappa dipimpin oleh Arung La Baso Puang Moseng. Baginda adalah cucu Arung Batulappa ke 12 La Sompa dari perkawinannya dengan Fatima Enrekang, ibunya adalah Buku anak kandung Sompa yang kawin dengan Datu Lanrisang dari Jampue. Ia memerintah di kerajaan Batulappa sebagai raja ke 14 yang berpusat di Bungi. Beliau dalam masa pemerintahannya berhasil memindahkan pusat kerajaan Batulappa ke Bungi. Oleh karna itu, baginda biasa dikenal dengan istilah Babae ri Batulappa dan Bulurompenna Bungi Pinrang. Bungi menjadi ibukota Kerajaan dari tahun 1840-1960, kantor Arung Batulappa beserta Saoraja dibangun di Bungi pada masa pemerintahan Padoeka Toean Jm Andi Tanri Karaeng Lolo Petta ArungE 1941-1946. Di Bungi terdapat peninggalan Kerajaan Batulappa yakni dua bangunan Saoraja, yakni Saoraja Arung Andi Tanri atau Saoraja Bola Camming dan Saoraja Petta Mangga Arung Batulappa ketujuhbelas, dimasa pemerintahan Baginda Arung Petta Tanri terdapat satu bangunan peninggalan dari nenek baginda (Puatta I Tjoma Arung Batulappa XV) berupa Saoraja, itu berarti di Bungi pernah memiliki tiga Saoraja dari Akkarungeng Ri Batulappa. Bungi juga menjadi ibukota bagi Daerah Swapraja Batulappa hingga 1960.

Kemudian setelah proklamasi Republik Indonesia bersama dengan kerajaan kerajaan di Sulawesi Selatan Kerajaan Batulappa menyatakan bergabung kedalam Indonesia, dan daerah-daerah di indonesia yang masih berbentuk monarki menjadi dan diteruskan status sebagai daerah swapraja atau pemerintahan sendiri dari tahun 1945-1960.Pada masa republik indonesia wilayah daerah swapraja batulappa atau Kerajaan Batulappa menjadi negara bagian di dalam Negara Indonesia Timur yang merupakan Negara Bagian RIS, sedangkan Arung dan Penguasa terakhir swapraja Batulappa adalah Andi Mangga Tanri Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa Ke-17 masa 1945-2002. Yang menggantikan sang ayah yakni Andi Tanri Karaeng Lolo Petta Matinroe Ri Bungi Arung Batulappa ke-16 periode 1941-1945. Pada masa kerajaan, Batulappa membawahi beberapa Distrik dan Lili' serta beberapa daerah di utara Distrik Bungi (ibukota swapraja) pada 23 November 1890-1945 Kerajaan Batulappa berbatasan dengan Sawitto (dipisahkan oleh Sungai Sadang) diselatan, Enrekang di timur, Selat Makassar dan Binuang dibarat, dan Toraja di sebelah utara. Wilayah kerajaan ini sekarang berada di Kabupaten Pinrang (Duampanua & Batulappa).

Di era sekarang wilayah kerajaan ini masuk kedalam Kabupaten Pinrang,sulawesi selatan. Peninggalan Sejarah dari kerajaan ini adalah saoraja camming Batulappa atau istana Batulappa di Bungi dan Saoraja batulappa (kediaman Arung terakhir batulappa) di Bungi, Kecamatan Duampanua,Kabupaten pinrang dan beberapa pusaka Kerajaan, lukisan, lontara, dan barang kelengkapan saoraja.

Wilayah

Kecamatan Dampanua pada awalnya merupakan tujuh kecamatan pertama sejak 1960 pembentukan Kabupaten Pinrang wilayah Kecamatan Duampanua merupakan bekas wilayah dari bekas Swapraja Batulappa. Seiring dengan perkembangan waktu dan untuk memenuhi pembangunan kemajuan daerah maka Kecamatan Duampanua dimekarkan menjadi:

  • Kecamatan Cempa
  • Kecamatan Batulappa

Pusat Pemerintahan Kecamatan

Ibukota Kecamatan berada di Kelurahan Lampa, kantor camat dan rumah jabatan camat berada di Lampa, sedangkan Pekkabata merupakan pusat ekonomi dan pusat kegiatan masyarakat, Pekkabata merupakan daerah kedua yang padat dan ramai setelah Kota Pinrang di Kecamatan Watang Sawitto.

Pemerintahan

Kecamatan Duampanua terdiri atas 5 Kelurahan & 10 Desa

  • Kelurahan Lampa
  • Kelurahan Pekkabata
  • Kelurahan Tatae
  • Kelurahan Data
  • Kelurahan Bittoeng
  • Desa Bungi
  • Desa Massewae
  • Desa Kaballangang
  • Desa Katomporang
  • Desa Paria
  • Desa Maroneng
  • Desa Buttusawe
  • Desa Barugae
  • Desa Bababinanga
  • Desa Kaliang

Batas Wilayah

  • Disebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Lembang
  • Disebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cempa & Kecamatan Patampanua
  • Disebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batulappa
  • Disebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar

Tokoh Berpengaruh Masa Kerajaan, Swapraja & Kemerdekaan

Tokoh yang berpengaruh pada masa 1850 hingga 1945 antara lain:

  • La Baso Puang Moseng Arung Temmate Arung Batulappa XIV 1840-1875 (memindahkan ibukota kerajaan batulappa ke Bungi)
  • Puatta I Tjoma Arung Batulappa XV 1875-1941
  • Andi Unga Petta Naki, Arung Maiwa (Ibunda Arung Andi Tanri & Anak tunggal Puatta I Tjoma dengan La Naki Arung Maiwa)
  • Andi Kiti' Manggabarani Petta Lolo KaraengTa BallaPangka, Arung Maiwa, Pangeran Gowa & Wajo (ayahanda Arung Andi Tanri)
  • Arung Andi Tanri Petta ArungE (Petta Tanri) Karaeng Lolo Arung Batulappa XVI 1941-1946 & Penguasa Swapraja Batulappa
  • Andi Maradjina Arung Makkunrai Ri Batulappa (istri Petta Tanri)
  • Andi Hanisu Petta Andi (istri Petta Tanri)
  • Andi Maisori Datu Sori (istri Petta Tanri)

Tokoh berpengaruh dimasa kemerdekaan, Swapraja hingga bergabungnya Swapraja Batulappa ke Kabupaten Pinrang, beberapa Putra Putri dari Petta Tanri, yang menjadi Tokoh, Pengusaha besar, Politisi, hingga Bangsawan yang memiliki pengaruh kuat di Kabupaten Pinrang antara lain:

  • Arung Haji Andi Mangga Petta Tanri (Petta Mangga) Arung Batulappa XVII 1946-2002 & Penguasa Swapraja Batulappa (Raja Batulappa yang menggabungkan Batulappa didalam NKRI setelah Proklamasi Kemerdekaan, dikenal pada seluruh wilayah Pinrang sebagai Petta ArungE)
  • Hj. Andi Dellung Petta Caramming (Tokoh dan Bangsawan berpengaruh besar di Kabupaten Pinrang)
  • Hj. Andi Saribulang Petta Tanri
  • H. Andi Babe Petta Tanri (Petta Babe putra dari Petta Tanri Arung Batulappa 1941-1946, Petta Babe Arung Batulappa XVIII)
  • H. Andi Madjadji Petta Tanri (Petta Djaji)
  • Hj. Andi Djalante Petta Tanri (Petta Lante), beliau menjadi Anggota Dewan Panitia Pembentukan Kabupaten Pinrang
  • H. Andi Parenrengi Petta Tanri (Petta Renreng)
  • Andi Cuma Petta Tanri (Petta Cuma),

Sebagai Daerah Swapraja

Batulappa yang sebelumnya meliputi wilayah di sebelah utara Kabupaten Pinrang sekarang, menjadi sebuah Daerah Swapraja dengan ibukota berada di Distrik Bungi (masa Swapraja 1950-1960) didalam lingkup Daerah Parepare, Negara Indonesia Timur. Swapraja yang berarti pemerintahan sendiri yang dapat dikelola dan diatur pemerintahannya sesuai dengan sistem yang ada pada daerah bersangkutan, pada 1905 Kerajaan Batulappa merupakan proktetorat/bagian HindaBelanda sebagai Zelfbestuur. Setelah kemerdekaan maka Batulappa kemudian menjadi dan diteruskan statusnya menjadi Daerah Swapraja Batulappa.

Tercatat dalam sejarah Batulappa bahwa ada dua penguasa dari Swapraja Batulappa yakni:

  1. Jm Paduka Tuan Arung Andi Tanri Karaeng Lolo
  2. Jm Tuan Hadji Arung Andi Mangga Petta Tanri

Hingga pembentukan Kabupaten Pinrang di tahun 1960, Swapraja Batulappa, Swapraja Sawitto, & Swapraja Suppa menjadi bagian dari kabupaten pinrang hingga sekarang, dan masa swapraja berakhir pada 1960.

Pada bagian tengah Pinrang, timur hingga barat merupakan bekas Swapraja Sawitto, bagian utara pinrang sekarang, utara barat/perbatasan dengan selat makassar, dan utara timur merupakan bekas Swapraja Batulappa, dan bagian selatan pinrang bekas bagian Swapraja Suppa.