Lompat ke isi

Laporan Delors

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 28 Oktober 2022 11.34 oleh Wagino Bot (bicara | kontrib) (top: artikel yatim)
(beda) ← Revisi sebelumnya | Revisi terkini (beda) | Revisi selanjutnya → (beda)

Laporan Delors merupakan sebuah laporan di bidang advis-advis dunia kependidikan yang disusun oleh Komisi Delors pada tahun 1996. Laporan ini mengajukan satu pandangan yang terintegrasi antara 2 konsep utama, yakni belajar di sepanjang hidup dan 4 pilar pembelajaran: yakni untuk mengetahui, untuk melakukan sesuatu, untuk hidup bersama, dan untuk menjadi sesuatu. Laporan itu sendiri bukanlah satu bentuk cetak biru untuk mereformasi pendidikan, namun lebih merupakan suatu dasar untuk refleksi dan debat tentang pilihan apa yang musti diambil dalam merumuskan satu kebijakan, yakni dalam kependidikan. Laporan itu mengargumentasikan bahwa pilihan mengenai pendidikan itu ditentukan oleh pilihan mengenai jenis masyarakat apa yang ingin dibuat sesudahnya. Di samping mengenai manfaat tak langsung dari pendidikan, laporan ini pun menganggap pembentukan pribadi secara menyeluruh juga merupakan bagian penting dari manfaat pendidikan. Laporan Delors ini digariskan secara rapat dengan kaidah-kaidah moral dan intelektual yang mendasari UNESCO, oleh sebab itulah analisis dan rekomendasi laporan ini lebih humanistik dan lebih jauh dari bersifat instrumental dan dikendalikan pasar daripada kajian-kajian reformasi pendidikan yang pada zaman itu.[1][2]

Empat Pilar Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Salah satu konsep yang paling berpengaruh dari Laporan Delors tahun 1996 adalah tentang empat pilar belajar. Menurut laporan itu, pendidikan formal cenderung hanya menekankan jenis pengetahuan tertentu sehingga mengabaikan jenis pengetahuan lain yang penting untuk menopang perkembangan manusia.

  1. Belajar untuk mengetahui - pengetahuan umum yang luas dengan kesempatan untuk mendalami sejumlah kecil mata pelajaran.
  2. Belajar untuk melakukan - tidak hanya untuk memperoleh keterampilan kerja tetapi juga kompetensi untuk menghadapi beragam situasi dan kemampuan untuk bekerja dalam tim.
  3. Belajar untuk menjadi - untuk mengembangkan kepribadian seseorang dan untuk dapat bertindak dengan mandiri, pengambilan keputusan, dan tanggung jawab pribadi yang berkembang.
  4. Belajar untuk hidup bersama - dengan mengembangkan pemahaman tentang orang lain dan penghargaan akan saling ketergantungan.

Ide pendekatan terpadu untuk pendidikan yang tercermin dalam empat pilar pembelajaran telah memiliki pengaruh yang signifikan pada perdebatan pembuat kebijakan, pelatihan guru, dan pengembangan kurikulum di berbagai negara di seluruh dunia.[1] Penting untuk dicatat bahwa empat pilar belajar digambarkan dengan berdasar pada gagasan 'belajar seumur hidup', yang merupakan adaptasi dari konsep 'pendidikan seumur hidup' sebagaimana semula dikonseptualisasikan dalam publikasi Faure 1972 Learning to Be.[3][4]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Rethinking Education, towards a Global Commons Good? (PDF). UNESCO. ISBN 978-92-3-100088-1. 
  2. ^ Power, C.N (1997). "Learning: a means or an end? A look at the Delors Report and its implications for educational renewal". Prospects. 27: 187–199. 
  3. ^ Tawil, S. and Cougoureux, M. 2013. Revisiting learning: the treasure within. Assessing the in uence of the 1996 Delors report. Education Research and Foresight Occasional Paper no. 4, January. Paris, UNESCO.
  4. ^ Keevy, James; Chakroun, Borhene (2015). Level-setting and recognition of learning outcomes: The use of level descriptors in the twenty-first century (PDF). Paris, UNESCO. hlm. 28. ISBN 978-92-3-100138-3.